Warning.!!! 21+
Anindirra seorang single parent. Terikat perjanjian dengan seorang pria yang membelinya. Anin harus melayaninya di tempat tidur sebagai imbalan uang yang telah di terimanya.
Dirgantara Damar Wijaya pria beristri. Pemilik perusahaan ternama. Pria kesepian yang membutuhkan wanita sebagai pelampiasannya menyalurkan hasratnya.
Hubungan yang di awali saling membutuhkan akankah berakhir dengan cinta??
Baca terus kisah Anindirra dan Dirgantara yaa 🤗🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon non esee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Anin terburu-buru memakai pakaian kerjanya setelah membersihkan diri. Menggunakan rok span berwarna hitam selutut, dengan atasan kemeja putih yang biasa ia kenakan. Karna statusnya yang masih karyawan kontrak. Tidak lupa ia mencepol rambutnya. Ia tidak sempat merias diri. Jam sudah menunjukkan pukul tujuh saat ia terbangun.
Tidak seperti biasanya malam ini ia tertidur begitu lelapnya. Apa efek dari hatinya yang sedang berbunga bunga.
Entah lah, Anin sendiri masih tidak mau terlalu berharap banyak. Ia masih membungkus hatinya rapat-rapat.
Walaupun tanpa di sadarinya. Sedikit sudah mulai terkelupas. Hubungannya dengan pria itu masih di anggapnya sebagai timbal balik atas apa yang ia terima. Semalam setelah kepulangan Dirga. Mereka masih melanjutkan obrolan via telfon hingga tengah malam.
"Buu… Anin berangkat dulu." ia meraih tangan bu Rahma dan menciumnya.
"Sarapan dulu An!"
"Tidak sempat Bu, Anin kesiangan! Pamitkan sama Alea ya Bu!" ia bergegas keluar.
Ojek online yang di pesannya sudah menunggu di depan halaman rumah.
"Neng Anindirra ya?" sang driver bertanya dengan ramah.
"Iya pak."
"Sesuai aplikasi ya Neng!" sambil menyerahkan helm yang berlogo gosrek.
"Ya Pak"
Anin tersenyum seraya mengangguk.
Anin memilih menggunakan jasa transportasi ojek online supaya tidak terlambat sampai ke kantor. Di jam kerja seperti ini jalanan pasti macet. Ojek online adalah transportasi nomor satu yang bisa di andalkan untuk bisa menyalip, menikung segala kendaraan.
"Neng, itunya mau di tutupin gak sama kain? Saya selalu siapkan!" dengan logat sundanya yang kental. Mungkin ini salah satu pelayanan darinya agar bisa memuaskan konsumen dan memberi banyak bintang.
"Maksudnya Pak?" Anin balik bertanya.
"Itu Neng, roknya Neng mau di tutupin apa enggak!? Saya ada kain Neng. Siapa tau Nengnya risih takut di lihat orang."
Driver online yang umurnya mungkin sudah di atas empat puluh tahun itu menawarkan lagi.
"Ooh!! Enggak usah Pak, rok saya selutut kog. Masih aman!" Tolak Anin.
"Pak, sedikit ngebut ya! Tapi tetap hati-hati." Anin bicara dan segera naik ke atas jok motor maticnya.
"Siiaaaaappppp!! … berangkat!!..."
Driver itu mengikuti slogan yang biasa di ucapkan tukang ojek pengkolan yang biasa tayang di televisi.
*
*
"Ciiitttttt!!" … suara ban motor yang di naiki Anin berhenti tepat di depan gedung Wijaya grup. Dari arah berlawanan berbarengan dengan Velfire hitam yang di kendarai Pak Dadang. Di dalamnya ada sesosok pria yang tengah duduk di kursi penumpang memperhatikannya.
Anin segera membayar sejumblah uang yang tertera di aplikasi.
"Terimakasih ya Pak! Kembaliannya ambil saja."
Anin sudah melangkah beberapa langkah ketika suara si bapak ojek meneriakinya.
"Neeeenggggg!!"
"Ada apa Pak?" Anin membalikkan tubuhnya.
"Saya kan sudah bayar!"
"Itu, Neng!... Helmnya di kembalikan dulu atuhh!"
"Ya ampun!"
Anin baru tersadar dan segera melepasnya. "Ini Pak. Maaf yaa."
Dengan berlari Anin masuk gedung kantor tanpa melihat orang-orang di sekelilingnya. Karna lima menit lagi jam kerja sudah akan di mulai.
Ia berdiri menunggu pintu lift terbuka. Ia tidak menyadari di pintu lift sebelahnya sudah berdiri Dirga dan asisstennya Bayu. Ekor mata Dirga memperhatikan punggung wanita itu sampai ia masuk dan menghilang dari pandangannya.
"Bruukk!!" Anin mendudukkan bokongnya di kursi meja kerja dengan napas terengah-engah.
"Pas!" Anin berkata sambil melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul delapan.
"Aniiiinnn!! Kamu kemana aja sih? Kenapa baru masuk.? Apa kamu sakit ? Apa anakmu kambuh lagi?"
Dewi sudah berada di sampingnya memberondong banyak pertanyaan.
"Stooppp Wi !!! satu-satu nanyanya? Kita lanjut nanti ya, di jam istirahat. Sekarang kita kerja dulu. Kamu gak lihat tuh! Kepala pimpinan dari tadi memperhatikan kita!"
"Dreettt." ada pesan masuk saat ia akan memulai pekerjaannya. Di lihatnya ternyata Dirga yang mengirimkan pesan.
"Lepaskan ikatan rambutmu! Aku tidak mau berbagi apapun dengan laki-laki lain!"
"Hah! Kenapa dia tau?" Anin mengitari ruangan mencari sosok yang mengiriminya pesan.
"Apa mata elangnya bisa tembus sampai kesini?" Anin berkata pelan.
"Baiklah tuan pemaksa!" Anin segera mengurai rambutnya.
*
*
Di rumah mewah dengan lantai tiga itu.
Seperti biasa, para penghuni rumah di sibukkan dengan rutinitas mereka sehari-hari yang biasa mereka lakukan.
Para asisten rumah tangga sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Para tukang kebun dan penjaga rumah melakukan kewajibannya seperti biasa nampak tidak ada yang berubah.
Tetapi di lantai dua tepatnya di kamar utama. Ratna sedang bersiap siap menunggu kedatangan seseorang yang akan menjemputnya. Hari ini tidak ada jadwal terapi karna terapis akan datang dua hari sekali.
Lia masuk kamar setelah mengetuk pintu. Seperti biasa membawakan nampan berisikan sarapan.
"Pagi Nyonya," ini sarapan anda."
"Taruh saja di atas nakas! Saya belum ingin sarapan!" Berbicara dengan nada Ketus!
Sikap Ratna memang tidak bersahabat dengan Lia. Asisten rumah tangga yang di khususkan untuk melayaninya. Ia merasa kehadiran Lia seperti sedang memata-matainya.
"Baik Nyonya. Kalau Nyonya membutuhkan sesuatu saya berada di bawah." Lia keluar meninggalkan Ruangan.
"Lia." Ratna memanggil saat langkah kaki Lia sudah berada di ambang pintu.
"Ya Nyonya." Lia membalikkan badan menatap sang Nyonya.
"Hari ini saya akan keluar. Kamu di rumah saja, tidak perlu ikut.."
"Tapi Nyonya, saya khawatir kalau Tuan Dirga dan Asissten Bayu bertanya dan memarahi saya. Karna saya tidak mendampingi Nyonya?"
"Kamu cukup diam. Dan turuti perintah saya! Tuan tidak akan tau kalau kamu tidak melaporkannya!"
"Baik Nyonya." Lia melangkah keluar menuruni anak tangga sambil mengeluarkan ponselnya dari dalam kantung baju kerjanya.
****
Bersambung❤️
karna saya sadar diri..
saya ga bisa nulis cerpen..
hee