NovelToon NovelToon
Bayi Rahasia Sang Serigala

Bayi Rahasia Sang Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Manusia Serigala / Hamil di luar nikah / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.

Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Raja Peri

Bab 23 -

Pagi itu, kelompok Arion kembali bergerak menyusuri wilayah di sekitar danau dan hutan Estyor, mencari petunjuk tentang kabut sihir halusinasi yang dilepaskan oleh monster rawa. Mereka telah menyusun strategi untuk mengepung area yang dicurigai sebagai sumber kabut, berharap dapat menemukan sisa-sisa monster tersebut atau jejak yang tertinggal.

Namun, setelah berjam-jam menyusuri jalur setapak dan hutan, hasilnya masih nihil. Arion, diiringi oleh Victor, Jenderal Kylen, dan beberapa prajurit, tampak semakin tegang ketika pencarian mereka berkali-kali menemukan jalan buntu, Setiap sudut hutan yang mereka telusuri tampak kosong, seolah-olah monster rawa itu tidak pernah ada.

Arion berjongkok di samping sebuah batu besar, mengamati tanah dengan hati-hati. Jejak monster rawa yang sebelumnya ditemukan di dekat danau kini seolah-olah lenyap begitu saja. Tidak ada tanda-tanda keberadaan monster tersebut.

"Ini tidak masuk akal," gumam Arion dengan suara rendah namun penuh frustrasi. "Monster itu pasti meninggalkan sesuatu. Tapi seolah-olah... ia menghilang tanpa jejak."

Jenderal Kylen yang berdiri tak jauh dari Arion, mengangguk setuju, ekspresinya serius, "Aku sudah memerintahkan prajurit lain untuk mencari di arah yang berlawanan, tapi... hasilnya sama." Dia berhenti sejenak, menatap Arion dengan tatapan penuh kebingungan. "Tidak ada apa-apa di sana. Tidak ada sisa kabut, tidak ada jejak. Seolah-olah monster itu hanya muncul sekali dan kemudian lenyap begitu saja."

Arion mengerutkan kening. Keberadaan monster rawa ini semakin misterius. Jika itu memang monster dari retakan dunia bawah, seharusnya makhluk itu tidak bisa begitu saja menghilang setelah kemunculannya. Namun, kenyataannya, tidak ada petunjuk yang bisa mereka gunakan untuk melacak monster itu lagi.

Frustrasi mulai menggerogoti semangat para prajurit. Suasana di hutan menjadi semakin tegang, karena semakin lama mereka mencari, semakin sedikit harapan yang tersisa.

Di tengah keheningan yang penuh kekecewaan itu, Victor tiba-tiba bersuara, memecah suasana dengan nada candaannya yang khas. "Mungkin kita sedang berhadapan dengan monster iseng, yang selalu hidup berpindah-pindah. Muncul sekali, lalu pergi tanpa pamit, seperti pengembara yang bosan."

Beberapa prajurit yang mendengarnya tidak bisa menahan diri untuk tersenyum kecil, meskipun kelelahan jelas terlihat di wajah mereka. Victor, seperti biasa, menggunakan candaan untuk meredakan ketegangan, bahkan saat situasi seperti ini.

Arion menoleh ke arah Victor, bibirnya menipis, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa. Meskipun Victor berusaha meredakan suasana, Arion tetap serius. Pikirannya masih berfokus pada kabut halusinasi dan monster rawa itu. Ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi, dan dia merasa mereka belum cukup memahami bahaya yang mereka hadapi.

"Aku tahu kita semua lelah," ujar Arion akhirnya, tatapannya masih menyapu hutan di sekitar mereka, "tapi kita tidak bisa menyerah. Ada sesuatu yang kita lewatkan di sini, dan kita harus menemukannya sebelum semuanya terlambat."

Victor mendesah pelan dan mengangkat bahu. "Mungkin kau benar, Arion. Tapi jujur saja, aku lebih suka berurusan dengan monster yang tidak berpindah-pindah setiap kali kita mencoba menangkapnya."

Meskipun Victor jelas sudah lelah, semangat Arion tampak tak surut. Dia masih berusaha keras menemukan jawaban, meskipun kondisi saat ini membuat semua orang frustasi. Arion tahu bahwa monster rawa itu bukan sekadar ancaman biasa-ada sesuatu yang lebih dalam di balik kemunculannya, dan dia bertekad untuk mengungkapnya.

"Kita akan menemukan petunjuknya," kata Arion, kali ini suaranya penuh keyakinan. "Entah bagaimana, kita akan tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini."

Dengan itu, Arion kembali memimpin pasukannya untuk melanjutkan pencarian. Semangatnya yang tidak pernah padam membuat mereka terus bergerak, meskipun jalan di depan masih tampak penuh ketidakpastian.

Di dalam kamar yang sunyi, Rere berdiri dengan gelisah, tangannya menggenggam jubah di dada. Di luar, suasana manor keluarga Estyor masih dipenuhi ketegangan setelah pencarian monster rawa yang tidak membuahkan hasil. Sebagai seorang utusan peri, Rere merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu, terutama jika ada prajurit yang terluka akibat pencarian ini.

Namun, setiap kali dia mencoba keluar untuk bergabung dengan mereka, Undine, peri air yang setia mendampinginya, selalu muncul untuk menghentikannya.

"Tidak, Rere, kau tidak boleh keluar!" seru Undine dengan nada keras, melayang di hadapannya. Cahaya biru lembut peri itu berkilauan di sekeliling ruangan. "Ini terlalu berbahaya, terutama dalam kondisi seperti ini. Kau harus tetap di dalam."

Rere menatap Undine dengan tatapan penuh kekecewaan. "Тарі mereka mungkin membutuhkan bantuanku. Aku bisa membantu menyembuhkan prajurit yang terluka. Aku tidak bisa hanya diam di sini sementara semua orang di luar berjuang."

Undine melayang lebih dekat, ekspresinya berubah serius. "Kau tidak mengerti, Rere. Bahaya di luar sana tidak hanya datang dari monster atau retakan dunia bawah. Ada hal yang lebih besar yang sedang terjadi, sesuatu yang melibatkanmu lebih dari yang kau tahu."

Rere menatap Undine dengan bingung. "Apa maksudmu?"

Undine mendesah, melayang lebih dekat lagi, lalu berbicara dengan nada yang lebih lembut namun tegas. "Aku sudah mencoba melindungimu, tapi sekarang aku harus memberitahumu. Raja Peri Acros mengirimkan pesan untukmu. Sebuah pesan penting yang disampaikan melalui sinyal peri."

Mata Rere membulat, kaget mendengar nama kakeknya disebut.

"Pesan dari Raja Peri? Apa yang dia katakan?"

Undine melayang semakin dekat, hampir berbisik saat dia berbicara. "Dia memperingatkan bahwa kau tidak boleh terlibat langsung dalam pertempuran ini, karena ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di sekitar dunia Luminos. Bayi dalam kandunganmu membawa kekuatan yang bisa mempengaruhi keseimbangan dunia ini. Mana dari bayi itu memiliki hubungan yang erat dengan retakan dunia bawah, dan segala pergerakan di alam sedang dipengaruhi oleh kehadiran bayi ini." Rere terdiam, hatinya berdetak kencang. Bayi dalam kandungannya-anak dari Arion dan dirinya-mungkin adalah kunci dari semua masalah yang terjadi. Tapi bagaimana bisa bayi yang belum lahir memiliki pengaruh sebesar itu?

"Mana bayi ini bisa memengaruhi pergerakan alam, bahkan retakan dunia bawah. Kau harus tetap aman dan tidak boleh terlibat dalam pertempuran apapun," lanjut Undine dengan tegas. "Itulah pesan dari Raja Peri Acros. Dia memintamu untuk tidak keluar dari manor dan menjaga dirimu serta bayi itu dengan baik."

Rere mundur selangkah, merasa terguncang oleh apa yang baru saja didengarnya. Bagaimana mungkin bayi yang belum lahir memiliki kekuatan sebesar itu? Apakah benar keberadaan bayinya yang mengakibatkan munculnya retakan dunia bawah? Banyak pertanyaan berputar di kepalanya, membuatnya semakin bingung.

"Aku... aku tidak tahu harus bagaimana," bisik Rere, merasa kesulitan menerima kenyataan ini. "Apakah semua ini terjadi karena bayiku?"

Undine menatapnya dengan lembut namun tegas. "Bayi ini memiliki takdir besar, Rere. Itulah mengapa Raja Peri mengirim pesan ini. Kau harus berhati-hati. Ini bukan hanya tentangmu sekarang, tapi juga tentang masa depan dunia Luminos."

Rere hanya bisa berdiri terpaku, mencoba mencerna semua informasi yang baru saja disampaikan Undine. Pesan dari Raja Peri Acros menambah lapisan baru pada kekacauan yang sedang terjadi. Sekarang, lebih dari sebelumnya, Rere harus berhati-hati dengan setiap langkah yang dia ambil. Bayi dalam kandungannya bukan hanya anak biasa-dia adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar, sesuatu yang akan mengubah masa depan dunia mereka.

Namun, meski Rere terkejut dan bingung, dia juga merasa perlu memahami peran yang harus dia mainkan dalam semua ini. Apa pun yang terjadi, dia tahu bahwa dia tidak bisa mengabaikan tanggung jawabnya sebagai ibu dan sebagai utusan peri.

Setelah mendengar pesan dari Undine tentang perintah yang dikirim oleh Raja Peri Acros, Rere merasa seluruh dunianya terguncang. Pesan itu bukan hanya tentang dirinya dan bayi dalam kandungannya, tetapi juga tentang ancaman besar yang dibawa oleh Areum.

"Kau harus menghentikannya, Rere." kata Undine lagi, suaranya lebih lembut kali ini, meskipun tetap serius. "Areum De Vorbest tidak boleh menjadi Putri Mahkota. Ramalan mengatakan bahwa jika itu terjadi, sesuatu yang buruk akan menimpa dunia Luminos."

Rere mengerutkan kening, rasa kebingungan menguasai dirinya. "Bagaimana mungkin Areum bisa menimbulkan bencana?"

Undine melayang lebih dekat, sorot matanya penuh dengan kepastian. "Menurut ramalan yang dipegang Raja Peri Acros, jika Areum berhasil menjadi Putri Mahkota, kekuatan gelap dari dunia bawah akan semakin kuat. Pengaruhnya akan merusak keseimbangan di dunia kita, dan mungkin itu akan memicu kehancuran yang lebih besar."

Rere terdiam, merasakan beban yang semakin berat. Bukan hanya soal masa depannya dan bayi yang ada dalam kandungannya, tetapi juga nasib seluruh dunia Luminos. Dan kini, Raja Peri meminta Rere untuk menghentikan Areum-seorang wanita yang begitu ambisius untuk mendapatkan posisi Putri Mahkota, bahkan menggunakan cara apa pun.

Namun, Undine belum selesai. "Raja Peri juga memintamu untuk mendekati Arion. Kau harus menemukan cara agar bisa dekat dengannya lagi, agar kau bisa melindunginya dari ancaman yang tidak dia sadari. Kau harus membuat dia menyadari bahwa kau lebih dari sekadar utusan peri."

Rere merasa seluruh tubuhnya gemetar. Mendekati Arion?

Bagaimana mungkin? Setelah semua yang terjadi, setelah rasa cinta mereka terputus oleh takdir yang mengerikan, bagaimana dia bisa mendekati Arion tanpa membawa beban masa lalu?

Kebingungan merasuki pikirannya. Di satu sisi, Rere tahu dia tidak bisa membiarkan Areum berhasil. Tapi di sisi lain, perasaannya terhadap Arion begitu rumit. Rere menyadari, bahwa jika dia ingin mendekati Arion, dia harus melepaskan belenggu masa lalu yang terus menghantuinya-kenangan-kenangan pahit yang selalu membayangi setiap langkahnya.

Dia ingat betapa dia dan Arion pernah saling mencintai, sebelum semuanya hancur. Dia ingat bagaimana cinta mereka terhalang oleh peristiwa yang tidak bisa mereka kendalikan. Setiap kali dia mendekati Arion, perasaan itu kembali, begitu menyakitkan dan membingungkan. Namun sekarang, jika dia benar-benar ingin menyelamatkan dunia ini dan menghentikan Areum, dia harus terlahir kembali-bukan sebagai Rere yang dulu mengenal Arion, tapi sebagai Rere yang baru, yang berdiri dengan kekuatannya sendiri.

"Aku harus menghapus masa lalu itu," gumam Rere pelan, suaranya penuh tekad. "Aku harus lepas dari belenggu ini... Jika aku ingin melindungi Arion, aku harus melakukannya tanpa terikat pada kenangan lama."

Undine mengangguk pelan, memahami perjuangan batin yang sedang dialami Rere. "Itulah yang diminta oleh Raja Peri. Kau harus menjadi sosok yang baru, Rere. Seseorang yang bisa mendekati Arion tanpa bayang-bayang masa lalu, seseorang yang bisa menghalangi Areum dengan cara yang tak pernah dia duga." Rere menarik napas dalam-dalam, meskipun hatinya masih penuh dengan rasa bingung. Tapi satu hal yang pasti: dia harus berubah. Dia harus menemukan cara untuk mendekati Arion, bukan sebagai seseorang yang pernah mencintainya di masa lalu, tetapi sebagai sosok baru yang kuat dan bisa melindungi dunia mereka.

Namun, bagaimana caranya? Bagaimana dia bisa menghapus rasa cinta dan kenangan yang telah tertanam begitu dalam di hatinya?

Malam itu, di bawah cahaya rembulan yang lembut, Rere berdiri dengan beban baru di bahunya. Tapi kali ini, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Dia harus terlahir kembali. Hanya dengan begitu, dia bisa menyelamatkan Arion-dan dunia Luminos.

Rere berdiri di balik jendela, memandang jauh ke arah Arion yang sedang berbicara dengan Jenderal Kylen dan beberapa prajurit lainnya. Dari kejauhan, dia melihat sosok gagah Arion yang tampak begitu tenang dan kuat, seolah-olah dunia yang penuh masalah ini tidak bisa mengusik ketenangannya. Namun, di dalam hati Rere, perasaan yang bergejolak justru semakin kuat.

Satu sisi hatinya dipenuhi rasa kesal yang sulit dia kendalikan. Raja Peri Acros dengan tegas mengatakan bahwa Rere tidak boleh terlalu dekat dengan Arion. Pesan itu terasa seperti belenggu yang mengikatnya, seolah-olah setiap langkah yang dia ambil diatur oleh tangan takdir yang tak bisa dia lawan.

Namun, sekarang dia dipaksa oleh situasi-dan oleh permintaan Raja Peri-untuk menghentikan Areum dari menduduki posisi Putri Mahkota. Ini adalah kontradiksi yang menyakitkan. Bagaimana bisa dia tidak dekat dengan Arion, tetapi tetap harus melindunginya dari ancaman yang bahkan mungkin Arion sendiri tidak sadari? Rere merasa terperangkap dalam permainan perasaan yang tidak adil.

Dia mengepalkan tangannya, merasa marah pada dirinya sendiri dan pada keadaan. Setiap kali dia melihat Arion, perasaan lamanya kembali, membawa kenangan yang dia pikir sudah terkubur. Namun sekarang, Raja Peri memintanya untuk melindungi Arion tanpa pernah mendekat terlalu jauh-sebuah tugas yang hampir mustahil baginya, terutama karena dia masih merasakan sesuatu yang kuat terhadap pria itu.

"Mengapa ini begitu rumit?" gumam Rere, tatapannya masih terpaku pada sosok Arion yang kini tertawa kecil dengan para prajurit. "Bagaimana mungkin aku bisa melindunginya jika aku harus tetap berada jauh darinya?"

Bayangan Areum terlintas di pikirannya, membuat rasa kesalnya semakin dalam. Wanita itu dengan segala ambisinya, dengan mudah mencoba mendekati Arion tanpa peduli konsekuensi yang mungkin terjadi. Bagi Areum, mendapatkan posisi Putri Mahkota adalah tentang kekuasaan dan status, namun bagi Rere, itu adalah ancaman besar bagi keseimbangan dunia mereka.

Rere menarik napas dalam-dalam, mencoba meredakan emosinya. Dia tahu bahwa apa yang dia rasakan sekarang adalah ujian besar. Perasaannya dipermainkan oleh takdir, tapi dia tidak punya pilihan selain menerima kenyataan ini. Dia harus melindungi Arion, meskipun itu berarti harus menahan diri dari kedekatan yang dia inginkan.

"Aku harus kuat," gumam Rere pada dirinya sendiri. "Ini bukan tentang perasaanku. Ini tentang masa depan dunia ini."

Namun, dalam hati kecilnya, Rere tahu bahwa perasaan itu tidak akan mudah hilang. Mendekati Arion tanpa benar-benar bisa dekat dengannya adalah tantangan terbesarnya. Dan meskipun dia tahu apa yang harus dilakukan, dia masih merasa tidak siap menghadapi perasaan yang terus bergejolak di dalam dirinya.

Dengan mata yang masih tertuju pada Arion, Rere akhirnya memutuskan bahwa meskipun sulit, dia harus melawan perasaannya. Demi Arion, demi dunia Luminos, dan demi bayi yang ada di dalam kandungannya.

1
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut kak
✨💥N༙྇A༙྇B༙྇I༙྇L༙྇A༙྇²💥✨
mampir kak
yumin kwan
baru Nemu....langsung marathon...
pliz jgn digantung ya ...
Zycee: sanzz ae sanz
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Intan PS Army 🐨°°🕊️꧂
keren di awal udah keren
Intan Nurul
menarik..sekali

bikin penasaran kisah selanjutnya
Intan Nurul
seruuuu euyy..lanjutt thoor /Determined/
RiJu
wah, ternyata rere keturunan peri
RiJu
tulisannya bagus.
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?
Zycee: mana ku tau🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!