Era kekacauan telah tiba. Ramalan penyihir ratusan tahun telah terwujud.
Sang Penjahat telah tiba untuk menuntut ketidakadilan.
Menantang dunia dan surga.
Saatnya kalian semua membuka mata dengan kemunculanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Galih Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ancaman
"Kau memiliki tubuh dewa naga?" Yuan Rui menahan napas karena tidak percaya bahwa Luo Yan rupanya begitu luar biasa.
Beberapa detik berlalu dan kesunyian melanda seluruh ruangan.
Kaisar Naga Yin, sosok yang angkuh dan mengesankan, tertawa lepas. Dia tak percaya bahwa di seluruh dataran tengah, ada lagi seseorang yang memiliki konstruksi tubuh persis seperti dirinya. Dan yang lebih mengejutkan, sosok itu adalah anaknya sendiri.
"Selain berbakat, kau rupanya juga beruntung mendapatkan berkah dari langit berupa tubuh dewa naga," kata Yin Mue sambil melangkah keluar dari singgasana, senyumnya menyiratkan kebanggaan yang meluap.
Namun, dalam dunia dimana kekuatan adalah segalanya, biasanya seseorang harus merahasiakan bakat mereka. Mereka yang berbakat bisa menjadi incaran bagi orang-orang yang merasa terancam, dan sebelum tunasnya tumbuh, mereka bisa saja tewas ditangan para pesaing.
Tapi Luo Yan, tanpa ragu, mengungkapkan semua itu dihadapan ayahnya. Dia tidak hanya ingin mengungkapkan kemampuannya, tetapi juga mencari tahu kitab panduan apa yang dipelajari oleh Kaisar Naga Yin sehingga bisa menerobos sampai ke Gerbang Puncak.
Kaisar Naga Yin kini berdiri di hadapannya, tatapannya tajam dan penuh kekuasaan. Yin Mue meletakkan tangannya di punggung Luo Yan, mencoba merasakan kebenaran di balik kata-katanya.
Beberapa detik berlalu, dan tawa Kaisar Naga Yin kembali menggema di ruangan mewah itu. Hanya ada Luo Yan, Yuan Rui, dan pelayan-pelayan istana yang menyaksikan momen menegangkan ini. Namun, setelah mendengar gelak tawa itu, mereka tahu bahwa Luo Yan tidak berbohong.
"Kau ingin tahu kitab panduan apa yang kupelajari?" tanyanya, suaranya terdengar mengancam.
Luo Yan, dalam keadaan tertekan namun berusaha menunjukkan keberanian, segera mengangguk. Namun, senyum Kaisar yang semula cerah itu seketika berubah pahit, wajahnya menampakkan kemarahan yang mendalam.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan setelah menguasai kitab panduan milikku?" Yin Mue bertanya, nada suaranya menusuk ke dalam jiwa. "Kau tidak bermaksud menjadi seorang kaisar, kan?"
Hawa menakutkan mengalir ke ruangan saat aura naga menyelimuti tubuh Yin Mue, mementalkan Luo Yan dan Yuan Rui, membuat keduanya terhuyung.
Kemarahan Kaisar Naga Yin sejatinya telah menggetarkan Istana Naga Yin, dan Luo Yan bisa merasakan betapa beratnya kekuatan yang menindihnya.
"Kau bahkan bukan berdarah murni! Apa yang coba kau lakukan dengan berusaha menjadi kuat, hah?!" kata Yin Mue, mendekat sambil menekan Luo Yan dengan auranya.
Kini mereka berhadapan, Yin Mue terus-menerus menekan tanpa henti, sementara tawa mengerikan itu semakin menambah siksaan bagi Luo Yan. Darah segar meluncur keluar dari sudut mulutnya, menandakan dia sudah tidak mampu lagi menahan kekuatan sang ayah.
Berkali-kali di sana juga, Luo Yan terus menerus diinjak dan ditendang membuat tubuhnya menghitam karena memar dan tulangnya berderit.
"Untuk sekarang, aku akan melepaskanmu," kata Yin Mue, wajahnya bersinar dengan kesombongan.
Luo Yan berjalan dengan tertatih saat melangkah keluar dari istana, merasa sakit dan hancur. Dia tidak mendapatkan apapun dari Istana Naga Yin selain perlakuan kasar dari ayahnya.
Sungguh tak terbayang di kepalanya, bahwa sosok yang seharusnya melindungi malah menganggapnya sebagai ancaman yang bisa menggulingkan tahtanya.
"Oh tidak, sepertinya energiku sudah habis. Aku akan terjatuh," pikirnya, matanya perlahan terpejam.
Hampir saja dia jatuh, namun Yuan Rui dengan cekatan menangkapnya dari belakang.
"Kau terlalu gegabah. Bukannya menjadi lebih kuat, kau malah menambah musuh sekarang," kata Yuan Rui dengan nada mengingatkan, napasnya terengah-engah akibat terseret dipertarungan ayah dan anak itu. Dadanya masih sakit karena terpapar langsung energi dari Yin Mue.
Luo Yan tidak bisa menjawab, energinya telah habis. Seketika pandangannya menghitam.
Ketika akhirnya membuka mata, Luo Yan mendapati dirinya terbaring di kamar. Kenangan tentang perlakuan kasar Kaisar Naga Yin membekas jelas di benaknya.
Dengan amarah membara, Luo Yan mengepalkan tangannya. "Pak tua sialan itu!" ujarnya, bersumpah akan membalas dendam pada Yin Mue di masa depan.