"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 15
"Kenapa bisa ada di Bang Toni?" Aira memutuskan panggilannya dengan Antares karena ada pesan yang masuk. Dia melebarkan kedua matanya melihat kucingnya yang berada di pinggir kolam renang.
Aira segera masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaiannya. Setelah itu dia memesan ojek online untuk pergi ke rumah Toni mengambil Bintang tanpa berpikir panjang lagi.
Aira keluar dari rumah dan menunggu driver datang. Dadanya sudah terasa sesak. Dia berusaha menghilangkan rasa paniknya tapi tidak bisa.
Aira berjongkok dan mengambil obat yang ada di tasnya. Tidak ada cara lain untuk menenangkan perasaannya sendiri karena dia harus segera mengambil kucingnya. Dia membuka segel botol itu lalu mengambil satu obat dan segera memakannya.
"Aira, kamu jangan ke sana sendiri!"
Aira terkejut mendengar perkataan ibunya hingga membuat botol obat yang dia pegang terjatuh.
"Aira, obat apa itu?"
Buru-buru Aira mengambilnya dan memasukkannya ke dalam tas. "Peduli apa Ibu sama aku? Aku akan ambil kucing itu, lalu aku akan pergi. Aku tidak akan pulang lagi ke rumah ini." Aira segera menaiki motor ojek online yang telah datang.
Aira mengambil napas panjang lalu membuangnya. Meskipun sebenarnya dia takut, dia harus tetap mengambil kucingnya.
Beberapa saat kemudian, dia sampai di rumah Toni. Rumah itu memang mewah berlantai dua dan luas. Di belakangnya ada kolam renang. Aira masuk ke dalam rumah itu tanpa ada yang menghalangi seperti kedatangan sudah dinantikan. Dia langsung menuju ke kolam renang yang berada di belakang rumah itu.
"Akhirnya kamu datang juga," kata Toni yang duduk di pinggir kolam sambil memegang kucing itu.
"Mana kucingku!"
"Kalau kamu mau menikah denganku, aku bisa membelikan kamu banyak kucing."
"Aku tidak akan sudi menikah dengan pria beristri seperti kamu!" Aira semakin emosi. Dia mengepalkan kedua tangannya di samping pahanya.
"Oke, aku akan menceraikan istriku. Bagaimana?"
"Gila! Aku tetap tidak akan mau sama kamu."
Toni berdiri dan semakin membawa kucing itu ke pinggir kolam. "Kamu mau kucing ini tidak? Kalau tidak, aku akan lempar kucing ini ke tengah kolam."
"Jangan dilempar!" Aira mendekat dan akan mengambil kucingnya tapi Toni semakin menjauhkannya.
"Kamu mau menikah denganku tidak?"
"Tidak akan!"
Akhirnya Toni melempar kucing itu ke tengah kolam.
"Tidak! Bintang!" Aira melihat kucingnya yang kesulitan berenang karena kolam itu cukup dalam. Apa yang harus dia lakukan? Dia sendiri juga tidak bisa berenang di kolam yang dalam.
...***...
Setelah panggilan itu terputus, Antares sangat khawatir dengan Aira karena beberapa panggilannya tidak diangkat lagi. "Jangan-jangan Aira nekad ke rumah Toni."
Antares segera melacak nomor Aira hingga akhirnya dia menemukan titik lokasi Aira. Antares segera menghubungi anak buahnya. "Aku butuh bantuan kalian, kalian berkumpul di dekat lokasi yang aku kirim barusan. Aku ke sana sekarang. Kalian pastikan kalau itu rumah Toni."
Setelah memakai jaketnya, dia keluar dari kamarnya dan berjalan terburu tak peduli dengan kakinya yang masih sakit.
"Ares, kamu mau kemana? Kaki kamu masih sakit," tanya Shena pada putranya yang melihatnya berjalan cepat keluar dari rumah.
Antares berhenti sesaat dan justru menghampiri papanya. "Papa, apa Toni adalah pengirim bahan baku di perusahaan kita?"
"Toni? Iya, bahan plastik kita ambil semua dari pabriknya."
"Aku akan putuskan kerjasama. Pabrik bahan plastik bukan hanya dari dia saja." Antares berjalan keluar dari rumahnya sambil menghubungi Riko. Dia memberi kode pada Anton untuk mengantarnya.
"Ikuti titik lokasi yang aku kirim. Lajukan mobilnya dengan cepat!"
"Baik, Pak." Anton segera melajukan mobilnya menuju titik lokasi yang diminta Antares.
Antares sudah tidak sabar menemukan Aira. Dia hanya berharap semoga dia tidak terlambat datang menolong Aira. "Anton, tambah laju mobilnya!"
"Baik, Pak." Mobil itu akhirnya melaju dengan kencang dan menyalip beberapa kendaraan di depannya.
Setelah sampai di titik lokasi, Antares turun dari mobil. Tepat saat anak buahnya di geng motor datang. "Benar kan ini rumah Toni?"
"Iya, dari info yang aku dapat ini rumah Toni. Pemilik pabrik plastik "
Antares tersenyum miring. Dia memberi kode pada anak buahnya agar menyergap satpam yang berusaha menghalanginya. Dia segera masuk ke dalam rumah itu dan mencari Aira. Dia mendengar suara keributan di dekat kolam. Dia segera berlari mendekat dan melihat Aira yang melompat ke dalam kolam.
"Aira!" teriak Antares. Dia berlari sambil melepas jaketnya lalu melompat masuk ke dalam kolam. Dia berusaha berenang meskipun pergelangan kakinya terasa sakit.
"Aira!" Antares menahan tubuh Aira yang hampir tenggelam. Satu tangan Aira memeluk kucingnya yang juga hampir tenggelam.
Antares segera menarik Aira ke tepi lalu membantunya naik. Dia menepuk punggung Aira agar air yang terhirup keluar. "Kamu gak bisa berenang, mengapa nekad nyebur ke kolam?"
"Aku gak mau Bintang tenggelam." Aira menangis terisak sambil mengusap bulu kucingnya yang basah. Lututnya terasa sangat lemas karena untuk sesaat, dunianya seolah akan berakhir.
Antares mengambil jaketnya lalu menutupi tubuh Aira yang basah tapi Aira justru mengambil jaket itu dan menyelimuti kucingnya.
Antares mengepalkan tangannya dan berjalan mendekati Toni yang tersenyum santai di tepi kolam. "Kamu pikir ini pemandangan yang menarik? Bisa-bisanya kamu biarkan Aira masuk ke dalam kolam sedangkan dia gak bisa berenang!"
"Itu pilihannya sendiri. Aku sudah memberi pilihan yang bagus, tapi dia memilih menceburkan diri hanya untuk mengambil kucing itu."
"Pilihan yang bagus? Menikah sama kamu? Mulai sekarang, jangan pernah ganggu Aira!"
Toni berjalan mendekat dan tertawa santai. "Kamu bisa apa? Aku punya kuasa, aku bisa ambil Aira dari siapapun."
"Kuasa? Aku tunjukkan sama kamu, kuasa yang sebenarnya." Antares tersenyum miring. Dia membungkukkan badannya dan mengambil ponsel yang ada di saku jaketnya lalu menghubungi Riko. "Riko, apa kamu sudah berhasil memutus kerjasama dengan Jaya Plastik?"
"Sudah, perusahaan kita tidak akan mengambil bahan baku dari perusahan itu lagi."
Mendengar hal itu Toni melebarkan kedua matanya. "Memang siapa kamu bisa memutus kerjasama secara sepihak?"
Antares membalikkan badannya lalu mengangkat tubuh Aira. "Antares Alexandre, pemilik Galaksi Elektronik. Pembeli bahan baku terbesar di perusahaan kamu. Kita lihat saja, bagaimana perusahaan kamu nanti tanpa Galaksi Elektronik."
"Galaksi Elektronik?" Toni segera mengambil ponselnya tepat saat ada e-mail masuk tentang pemutusan kerjasama itu. "Sial! Ternyata dia memang putranya Pak Sky."
💕💕💕💕
Komen dong. 😌
akhirnya ngaku juga ya Riko...
😆😆😆😆
u.....