Novel ini diilhami dari kisah hidup Nofiya Hayati dan dibalut dengan imajinasi penulis.
🍁🍁🍁
Semestinya seorang wanita adalah tulang rusuk, bukan tulang punggung.
Namun terkadang, ujian hidup memaksa seorang wanita menjadi tangguh dan harus terjun menjadi tulang punggung. Seperti yang dialami oleh Nofiya.
Kisah cinta yang berawal manis, ternyata menyeretnya ke palung duka karena coba dan uji yang datang silih berganti.
Nofiya terpaksa memilih jalan yang tak terbayangkan selama ini. Meninggalkan dua insan yang teramat berarti.
"Mama yang semangat ya. Adek wes mbeneh. Adek nggak bakal nakal. Tapi, Mama nggak oleh sui-sui lungone. Adek susah ngko." Kenzie--putra Nofiya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 20 Tawamu, Bahagiaku
Happy reading 😘
"Zen, besok aku berangkat ke Malaysia."
Nofiya mengalihkan pandangan netra dari keindahan bunga hortensia, lalu memutar tubuhnya hingga berhadapan dengan Zaenal.
Saat ini Nofiya dan Zaenal berada di taman, tempat Atta berjualan cilok.
Selain ingin melarisi cilok yang dijajakan oleh Atta, Zaenal juga ingin menikmati hari libur bersama sang kekasih hati.
"Kenapa mendadak sekali?" Zaenal melontarkan tanya. Ia urung memasukkan cilok ke dalam mulut.
Padahal Zaenal ingin segera menikmati cilok racikan tangan Atta yang selalu membuat para pelanggan ketagihan, tak terkecuali dirinya.
"Karena papa yang nyuruh. Semalam mama menelepon papa. Mama meminta papa supaya ngizinin aku, Langit, dan Mbak Jingga untuk menemui beliau di Malaysia. Kata papa, mama udah kangen berat. Saking kangennya, beliau jatuh sakit," tutur Nofiya dengan raut wajah sendu. Terlintas di bayangan wajah wanita yang telah melahirkannya.
"Aku ikut ya!" pinta Zaenal. Digenggamnya tangan Nofiya dan ditatap lekat netra bening yang selalu membuatnya jatuh hati.
Nofiya menerbitkan senyum dan menggeleng pelan. "Nggak usah, Zen. Kapan-kapan aja ya."
"Kenapa?"
"Kamu 'kan belum ngumpulin tugas dari Pak Tegar."
"Itu bisa diatur."
"Zen, bukan cuma tugas dari Pak Tegar yang belum kamu kumpulin, tapi tugas dari Pak Lutfi dan Bu Endang."
"Ck, sial. Kenapa juga tugasnya borongan?" Zaenal berdecak kesal. Batinnya mengumpat.
"Ya karena kamu nya aja yang nggak rajin ngerjain tugas. Dari kemarin 'kan udah aku ingetin. Tapi kamu selalu bilang 'gampang', 'itu bisa diatur'." Nofiya terkekeh. Ia merasa geli sekaligus sebal menghadapi Zaenal yang sering kali menggampangkan tugas dari dosen mereka.
"Zen, aku bakal ngajak kamu ke Malaysia kok. Tapi bukan besok," ucapnya kemudian.
"Kapan?"
"Kalau kita udah mau nikah."
"Ya udah, yok buruan kita nikah."
"Mana bisa, Zen? Kita masih kuliah. Segala kebutuhan kita masih dicukupi orang tua."
"Aku bakal nyari kerja, Yang."
"Nggak, Zen. Kamu harus lulus kuliah dulu, baru nyari kerja. Seperti pesan papaku --"
"Tapi, aku udah nggak sabar buat halalin kamu." Zaenal memangkas ucapan Nofiya.
"Kamu harus berusaha sabar."
"Kalau nggak bisa?"
"Ya harus bisa."
"Maksa banget. Mana bisa sabar, Yang? Sehari nggak ketemu kamu aja rasanya sewindu."
"Lebay amat."
Nofiya menjepit hidung mancung Zaenal dengan kedua jarinya karena gemas.
Zaenal merintih dan meminta Nofiya untuk segera melepas jepitannya. Namun Nofiya enggan mengindahkan permintaan Zaenal.
"Yang, buruan lepasin!" Suara Zaenal terdengar seperti suara burung kejepit, membuat telinga Nofiya tergelitik.
"Nggak, aku nggak mau lepasin." Nofiya semakin menguatkan jepitan. Ia tak kuasa menahan tawa saat menyaksikan wajah Zaenal yang terlihat lucu dan kian menggemaskan.
"Hidungku sakit, Yang."
"Biarin aja."
"Oke, kalau kamu nggak mau nglepasin, bersiaplah menerima balasanku."
Zaenal meraih tangan Nofiya dan berusaha melepas jepitannya.
Berhasil.
Zaenal berhasil melepas jepitan. Namun ia gagal menyelamatkan hidung mancungnya yang terlanjur memerah, seperti hidung Pinokio.
"Sekarang, bersiaplah menerima balasanku," ancamnya.
Nofiya tertawa kegelian saat Zaenal mulai meluncurkan aksi balasan dengan cara menggelitik perutnya.
"Udah, Zen. Aku geli."
Zaenal tak acuh. Ia terus menggelitik perut Nofiya, hingga Nofiya menggeliat dan tertawa sampai mengeluarkan air mata saking gelinya.
"Udah, Zen! Cukup! Please! Maafin aku."
Tawa yang semula mengudara, berganti suara sesenggukan dan membuat Zaenal seketika menjauhkan tangannya dari perut Nofiya.
"Yang, kamu nangis?" Zaenal menatap khawatir. Terselip rasa bersalah karena telah membuat gadis yang teramat dicinta menangis.
"Maafin aku ya," ucapnya lirih sambil menyeka wajah Nofiya yang basah dengan jemari tangan.
Nofiya menggeleng pelan dan menggenggam tangan Zaenal yang masih berlabuh di pipinya.
"Nggak ada yang perlu dimaafin, Zen."
"Tapi, aku udah bikin kamu menangis, Yang."
"Aku menangis karena bahagia, Zen. Setelah perceraian papa dan mama, aku belum pernah tertawa selepas ini," ucap Nofiya berterus terang diiringi sebaris senyum yang teramat manis.
Jantung Zaenal berdentum saat Nofiya tiba-tiba memangkas jarak.
Terdengar tarikan nafas lembut yang menciptakan gelenyar tak biasa dan membuatnya ingin segera mencecap bibir ranum, yang seolah telah bersiap untuk melabuhkan kecupan di bibirnya.
Plakk
Rupanya, Nofiya hanya ingin memukul nyamuk yang tengah bersiap menyesap darah di pipi Zaenal.
Zaenal meringis kesakitan sambil memegang pipinya yang terasa perih karena gamparan tangan Nofiya yang lumayan keras.
"Maaf, Zen. Tadi ada nyamuk di pipimu." Nofiya melipat bibir. Ia berusaha menahan tawa yang hampir terlepas saat menyaksikan ekspresi wajah Zaenal yang terlihat lucu baginya.
"Ck, kirain mau nyi-um. Ternyata malah gampar."
Celetukan Zaenal sukses membuat Nofiya kembali tertawa.
Zaenal terpaku menatap pahatan cantik yang terbingkai tawa.
Hatinya melafazkan kata pujian.
Ingin rasanya segera memiliki. Utuh, hanya untuknya seorang.
...🌹🌹🌹...
Bahagiaku adalah saat melihatmu tertawa lepas. Melupakan segala kepedihan meski hanya sejenak.
🍁🍁🍁
Bersambung ....
Maaf jika up per bab-nya pelan seperti siput. Meski pembacanya belum banyak, insya Allah kisah Nofiya ini akan berlanjut hingga end.
Jangan lupa like dan subscribe. Terima kasih untuk Kakak-kakak yang telah berkenan mengawal kisah cinta Zaenal dan Nofiya 😊🙏🏻
ada2 gajah deh
dasar Conal
Dia otaknya encer...hehehege
Ampuunnn Dahhh
sini di belakang rumahku..sambil ngingu pitik
Dari tadi, aku baca di Zaenal manggilnya YANG..YANG..terus..
itu nama pacarnya Zaenal, Fiya apa Mayang sih..
Aku juga ketawa nihh
Aku pikir Kirana putri cantiknya Author
yang gantengnya sejagad jiwa..yang kumisnya bikin Author gak bisa lupa