Lusiana harus mengorbankan dirinya sendiri, gadis 19 tahun itu harus menjadi penebus hutang bagi kakaknya yang terlilit investasi bodong. Virgo Domanik, seorang CEO yang terobsesi dengan wajah Lusiana yang mirip dengan almarhum istrinya.
Obsesi yang berlebihan, membuat Virgo menciptakan neraka bagi gadis bernama Lusiana. Apa itu benar-benar cinta atau hanya sekedar obsesi gila sang CEO?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dibuang Di Luar
Lusi begitu terkejut manakala Virgo menempelkan bibirnya. Terasa dingin, Lusi bahkan bingung harus melakukan apa. Sampai akhirnya, lidah Virgo menerobos masuk ke dalam mulutnya. Lusi semakin terkejut, karena Virgo langsung menyesap kuat, semakin dalam dan dibarengi dengan tangan Virgo yang kini berpindah merengkuh pinggang sampai ke bawah.
Jantung Lusi berdegup kencang, saat merasakan jemari Virgo yang kelayapan tidak pada tempatnya. Lusi pun menahan tubuh Virgo, ingin melepaskan diri, akan tetapi Virgo tak membiarkan mereka berjarak. Ia pelet Lusi sampai wanita itu tak bisa lari darinya.
Virgo sudah tak bisa mengendalikan diri, semakin lama, dia semakin tertarik untuk melakukan lebih. Tanpa mau membuang waktu lagi, Virgo langsung mengekploitasi Lusi di sofa. Sebab, di ranjang ada Tirta anak mereka yang sedang tertidur.
Lusi mungkin terlalu malu, meksipun tubuhnya mulai tak menolaknya. Sebab, ketika jemari Virgo berkelana Lusi pun ikut meremanng. Sentuhan Virgo cukup membuat Lusi menggeliat dikuasai rasa geli yang tidak tertahankan.
'Dia sudah basah,' batin Virgo. Ia yakin Lusi sudah siap untuk diajak membajak kebun.
Mungkin sudah di ubun-ubun, Virgo langsung saja mengarahkan benda tumpul itu ke sasaran. Sekali tembak langsung masuk.
Lusi memekik dan memejamkan mata, sedangkan Virgo terus bergerak dan iramanya sekali dipercepat. Menimbulkan suara-suara yang gak lazim.
Wajah Virgo mulai menegang, kelihatan begitu menikmati kegiatan ngebor tersebut. Tidak peduli pada apapun lagi, Virgo hanya ingin melepaskan apa yang seharusnya dilepaskan.
'Ish, cepat sekali akan keluar,' batin Virgo langsung menarik tubuhnya dari Lusi.
Virgo menjauh dan langsung mengambil tisu. Tanpa mengatakan apapun, Virgo meraih jubah mandi dan pergi ke kamar mandi. Meninggalkan Lusi yang lemas dan menahan perih.
Lusi menutup matanya dengan satu tangan, satunya lagi memegangi perut. Mungkin tidak menyangka, malam pertama dengan Virgo akan seperti ini.
Virgo kini di kamar mandi, cukup lama dia di kamar mandi, saat keluar rambutnya sudah basah.
"Kau juga harus mandi," ucap Virgo kemudian jalan ke balkon.
Setelah apa yang terjadi barusan, Virgo kembali bersikap sangat dingin. Bahkan lebih dingin daripada sebelumnya.
Diperlakukan Virgo seperti itu, Lusi diam saja. Dia mandi, membasahi seluruh tubuhnya dari atas sampai bawah. Keramas dan menangis di bawah shower. Kenapa rasanya seperti ini?
Setia perempuan pasti merasa senang menjalani malam pertama pengantin mereka, tapi kenapa Lusi merasa lain? Dia seperti dinikahi hanya untuk memuaskan kebutuhan Virgo saja.
Bahkan tidak ada belaian lembut dan kata manis setelah pelepasan. Virgo menarik diri dengan cepat, bahkan tidak memberikan setetes pun pada Lusi. Lebih memilih dibuang di tisu dah kamar mandi.
"Lusi ... Kau tahu dia tak mencintaimu. Apa yang kau harapkan dari laki-laki itu? Yang penting dia bertanggung jawab atas kamu dan anak kamu!" ucap Lusi pada cermin di depannya.
Setelah selesai mandi dan membasuh wajahnya lagi, agar air matanya tidak kelihatan, Lusi lalu keluar kamar mandi Virgo masih di balkon. Sibuk dengan kepulan asap yang diciptakannya tersebut.
Karena lelah, capek dan badannya sakit semua. Lusi pun berbaring. Sudah pakai baju lengkap. Ia tidur di sisi kiri Tirta.
Beberapa saat kemudian, Virgo masuk kamar. Menutup pintu menuju balkon. Ia tatap Lusi dan Tirta yang tertidur. Sepertinya dia juga bingung, hubungan macam apa mereka ini.
Mulai menguap, karena rasa kantuknya. Virgo kemudian ikut berbaring di ranjang tersebut. Ia berbaring di sisi ranjang yang kosong, kemudian menutup mata, berharap langsung bisa tertidur.
***
Matahari bersinar terang, cahaya masuk lewat pintu jendela yang dibuka lebar. Virgo mengerjap, karena merasa silau.
"Tutup jendelanya!" titah Virgo dengan suaranya yang serak.
Lusi sambil menggendong Tirta, ia pun menutup jendela denga korden.
"Jam berapa ini?" tanya Virgo.
"9," kata Lusi datar.
"Kau tidak membangunkan aku?"
Lusi diam saja, Virgo langsung mencari ponselnya yang ada di atas nakas. Ada panggilan banyak sekali. Ada pesan juga dari istinya.
[Honey, hari ini kita ada janji sama dokter Robert. Aku mau program bayi tabung. Aku mau hubungan kita harmonis kaya dulu. Aku mau kita perbaiki hubungan kita. Aku tunggu di rumah sakit jam 10 pagi ini. Aku udah janjian. Di RSCN]
Virgo mengusap wajahnya, masih mengantuk, ia kemudian mengetik pesan balasan.
[Hari ini aku tidak bisa. Aku sibuk]
Saat pesan sudah terkirim, Reva langsung video call. Ponsel Virgo terus saja berdering, Virgo tak mengangkatnya, karena pasti ketahuan selingkuh.
Tak jauh darinya, Lusi melirik Virgo.
"Ada telpon," kata Lusi.
"Aku tahu! Kau bawa anak ini ke kamar mandi dulu, aku akan mengangkat telepon. Tolong jangan bersuara. Istriku menelpon!" kata Virgo kemudian pergi ke balkon untuk menjawab.
Lusi tercengang, tidak bisa berkata-kata. Tapi kemudian ke kamar mandi sambil gendong Tirta.
***
"Aku tidak bisa kalau hari ini," kata Virgo saat mengangkat video call.
"Kamu di hotel?"
"Ya."
"Oh, hotel mana?"
"Kamu tidak perlu tahu."
"Sama Roy kan."
"Hem."
"Oh." Reva melihat wajah suaminya di layar hp.
'Pantes selalu menolak saat aku ajak tidur, sepertinya dia ke hotel dengan perempuan lain. Tunggu saja, sampai aku benar, wanita itu akan habis di tanganku,' batin Reva dalam hati.
"Ya sudah, honey. Biar aku jadwal ulang sama dokternya."
"Hem."
"Bye."
Virgo hanya mengangguk, lalu menutup telponnya. Ia menghela napas dalam-dalam, kemudian masuk lagi ke kamar.
"Lusi ... Lusi!" panggil Virgo di depan pintu kamar mandi.
"Lusi!!!"
Dipanggil beberapa kali tak menjawab. Virgo pun membuka pintu kamar mandi, tapi malah bersambung.
terimakasih juga kak sept 😇