Di jual oleh Bapak dan di beli Dosen tampan.
Kinayu, gadis berumur 22 tahun di jadikan sebagai alat penebus hutang. Menjadi istri dari Yudha Prasetya, yang ternyata adalah seorang dosen serta anak dari pemilik kampus tempatnya menimba ilmu.
Kenyataan pahit harus kembali ia terima saat dirinya mengetahui fakta jika ia bukan yang pertama. Bahkan harus tinggal satu atap dengan istri pertama.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka?
Apakah Kinayu kuat saat ia tau tujuan Yudha menikahinya?
Ig: weni0192
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon weni3, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Silvi benar-benar tak menyangka jika Yudha tega mengurungnya di kamar. Sedangkan kini ia hanya sendirian karena belum lama ia mendengar suara mobil Yudha keluar dari halaman.
Ingin berteriak dan menggedor pintu berpuluh kali pun tak ada gunanya. Silvi menitikkan air mata, ia semakin membenci Kinayu dan begitu kesal dengan suaminya yang menurut dia bertindak semaunya sendiri.
"Sial sial sial.....kamu jahat mas! kamu jahat!"
hiks
hiks
hiks
"Tapi aku mencintaimu mas! aku mencintaimu!" Silvi terisak seraya membanting semua barang yang ada di sana. Dia betul-betul membenci keadaan ini. Benci di madu dan benci dengan sikap Yudha yang mulai dingin dan datar.
"Kinayu brengs3k... dasar wanita jal@ng! gue benci sama loe!" teriak Silvi.
Prang
Kaca riaspun tak luput dari kemarahannya, ia melempar vas bunga tepat di kaca tersebut hingga hancur tak tersisa. Belum lagi lampu tidur ia banting hingga kacanya berserakan di lantai.
Silvi meraih ponsel yang ada di atas ranjang, ia mencari nomor managernya untuk meminta pertolongan. Tapi saat dirinya ingin menekan tombol hijau, Silvi berpikir ulang. Ia tak mungkin meminta tolong pada Ana. Karena akan menambah masalah jika managernya tau.
Ana bisa saja melabrak Yudha dan ia tak ingin Yudha semakin marah padanya. Kemudian Silvi teringat akan Gilang, tanpa pikir panjang ia segera menghubungi Gilang.
"Halo..."
"Gilang, tolong aku!"
"Silvi, kamu kenapa sayang?"
"Datang ke rumah, aku sedang di kunci oleh Yudha di kamar."
"Kok bisa?"
"Udah jangan banyak tanya, tolong aku dulu. Aku tunggu!"
Tut
Gilang segara beranjak lalu dengan cepat meraih kunci mobil serta jaket. Ia tak perduli dengan keadaan seorang wanita yang sedang mengaduh karena pinggulnya yang terasa panas dan pegal.
"Mau kemana mas?"
"Aku harus pergi, ada urusan penting yang harus aku tangani. Kamu tidurlah!" titahnya dengan nada datar.
Gilang segara pergi dari sana. Masuk kedalam mobil dan melajukannya dengan kecepatan tinggi.
Sampai di rumah Yudha, dia yang merupakan sahabat Yudha sudah pasti paham dimana letak kamar utama.
Gilang segera berlari menuju kamar dimana Silvi berada. Mendobrak pintu kamar tersebut hingga mengejutkan Silvi yang tengah terdiam dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipi.
Melihat Gilang mampu membuka pintu itu, Silvi segera berlari dan memeluk Gilang dengan erat. Tak perduli bagaimana pemikiran Yudha nanti, yang terpenting ia bisa keluar dari kamar itu terlebih dulu.
"Sssttt...tenanglah, ada aku. Ayo kita pergi dari sini!"
Gilang yakin ada sesuatu yang terjadi, apa lagi ia melihat kamar Silvi begitu hancur dengan kaca berserakan di lantai.
"Kemana aku harus membawamu?" tanya Gilang saat mereka sudah berada dalam perjalanan jalan.
"Apartemen aku saja, aku lelah dan ingin beristirahat," keluhnya.
Silvi menatap ke jalan, ntah mengapa walaupun sudah berulangkali melakukan hubungan terlarang dengan Gilang. Tapi rasa risih masih melingkupi hatinya.
Sesampainya di apartemen, Silvi mempersilahkan Gilang masuk. Kemudian pria itu duduk di sofa dengan menatap dalam wajah sendu Silvi.
"Sebenarnya ada apa? bukannya tadi saat aku menelponmu semua baik-baik saja?" tanyanya dengan tatapan menyelidik.
"Aku marah saat Yudha bersama Kinayu di kamar, aku marah melihat mereka asik bercumbu sedangkan aku ada di sana!" lirih Silvi. Ia begitu sedih saat teringat kembali bagaimana Yudha sangat mendamba seorang Kinayu yang baginya hanyalah wanita kampung dan tak lebih dari perusak atau perebut suaminya.
"Lalu apa yang membuat Yudha marah?" tanyanya lagi. Gilang paham sifat sahabatnya, ia tak akan bertindak kasar jika Silvi tak membuat ulah.
"Aku mendorong wanita itu hingga pingsan."
Gilang tercengang mendengarnya, ia menggelengkan kepala dan menyayangkan apa yang Silvi lakukan.
"Lalu bagaimana keadaan dia setelah kamu mendorongnya?"
"Keningnya berdarah," lirih Silvi dengan kepala tertunduk.
Gilang menarik nafas dalam, ia menatap wanita yang ada di depannya dengan perasaan iba. Gilang tau jika Silvi sangat cemburu dan sakit hati pada istri muda Yudha tetapi ia tak membenarkan dengan apa yang Silvi perbuatan. Karena itu akan membahayakan dirinya sendiri jika madunya melaporkan ke polisi.
"Itu kriminal Silvi, jika dia tidak terima dan menuntutmu lalu bagaimana nasibmu nanti? kamu akan di penjara!"
Silvi hanya diam tapi setelah itu ia tersenyum miring menatap Gilang membuat pria itu penasaran dengan apa yang Silvi pikirkan.
"Mas Yudha tidak akan membiarkan aku di penjara. Aku istrinya, jika aku di penjara maka orang akan tau jika mas Yudha berpoligami dan ia akan di hujat satu negeri."
Gilang menghela nafas berat, kemudian mengusap punggung Silvi agar emosinya reda.
"Jika terlalu sakit maka lepaskanlah, jangan kamu paksakan sedangkan itu sangat memberatkanmu." Dengan sabar Gilang berusaha mengerti apa yang Silvi rasakan.
"Tapi aku sangat mencintainya Gilang, aku nggak akan melepaskan mas Yudha, biarkan perempuan itu yang nantinya akan menyerah dan pergi dari hidup suamiku!"
Gilang menatap dalam mata Silvi, ia benar-benar sakit saat mendengar wanita yang ia cintai mencintai pria lain. Namun ia bisa apa jika yang di cintai Silvi adalah suaminya sendiri.
"Lalu bagaimana denganku? aku juga mencintaimu, tidak adakah sedikitpun rasa setelah dua kali kita menikmati malam yang indah bersama?" lirih Gilang dengan penuh harap. Bahkan ia rela merendahkan diri nya demi istri dari sahabatnya.
"Tapi aku tidak mencintaimu Gilang, maafkan aku." Silvi tertunduk mengatakannya. Ntah kenapa ia merasa bersalah. Walaupun apa yang Gilang berikan, ia menikmatinya tapi jika untuk cinta masih Yudha juaranya.
Gilang menganggukkan kepala dengan senyum getir menghiasi wajah penuh kegagalan. Ia segera beranjak dari sana setelah merasa sudah tak ada lagi yang harus di pertahankan.
Kemarin ia masih mencoba mempertahankan apa yang ia inginkan selama ini, apa yang ia cinta dan apa yang ia ingin capai. Tapi setelah melihat Silvi yang benar-benar ingin bertahan dengan Yudha. Ia rasa sudah tak ada lagi harapan.
Gilang beranjak dan melangkah keluar ruangan. Mencoba tegar jika apa yang ingin ia pertahankan tak bisa mulus sesuai rencana.
grep
Langkah Gilang terhenti tepat di depan pintu, pelukan dari orang yang ia cintai menambah perih di hati. Wanita itu tak ingin menerima tetapi tak juga ingin di tinggal pergi.
"Jangan pergi....maafkan aku."
"Dengan begini kamu menyulitkanku Silvi, aku tidak tau harus bagaimana, terus bertahan dengan rasaku atau harus abai dan diam.
"Tetaplah disini, aku membutuhkanmu, hanya kamu yang mengerti aku."
Gilang membuang nafas kasar, ia tak bisa menolak kala wanita yang ia cintai memohon untuknya tetap diam dan tinggal.
"Lalu bagaimana dengan hati aku?"
"Akan aku pertimbangkan, jika kamu mau menjadi yang ke dua."
menantu yang ia banggakan..tiba2 viral 5 menit.
..kmna pikiran nya gilang..istri lagi hamil kok bisa2nya selingkuh..mna selingkuh sama istri temannya sendiri lagi
dasar teman lucknut lu gilang
minimal jambak at sesikit mah