Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.
Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 25 — Genggaman Tangan
Pandangan Jian Chen menjadi waspada, ia pun yakin walau menggunakan seluruh kekuatannya sekalipun ia tidak mungkin menang melawannya. Alam Dewa Cahaya Besi masih terlalu lemah untuk bisa melawan serigala yang berumur 300 tahun.
Jian Chen mungkin masih bisa kabur dengan kecepatannya tapi ia tidak yakin dengan Meily. Gadis itu bahkan sedikit ketakutan hanya menatapnya saja.
Selain itu, sebenarnya kedatangan siluman 300 tahun adalah hal yang mengejutkan. Seharusnya siluman ini muncul dikedalaman hutan yang sangat dalam, pasti ada sesuatu yang terjadi hingga ia harus kesini.
‘Serigala Petir ini bahkan sudah bisa mengeluarkan elemen ditubuhnya…” Jian Chen melihat percikan petir yang ada disekeliling serigala itu.
Selain para pendekar yang bisa menggunakan elemen, siluman tertentu yang sudah berusia ratusan tahun juga bisa melakukannya.
Siluman ber-elemen bukanlah hal yang asing tetapi bertemu dengannya adalah momen yang langka. Serigala Petir ini contohnya, bisanya serigala berusia ratusan tahun tidak akan pergi ke daerah terluar hutan, mereka cenderung menghabiskan hidupnya didaerah terdalam yang tak mungkin dijangkau manusia.
Siluman yang bisa menggunakan elemen untuk menyerang juga sangatlah sulit ditemui, tidak semua Serigala Petir bisa menggunakan elemen petirnya. Kasus ini biasanya muncul 1 kali dari ratusan ribu serigala yang lahir.
Jian Chen berencana menggunakan salah satu dari Teknik Pedang Rembulan yang paling kuat untuk melumpuhkannya hanya saja itu akan menimbulkan kecurigaan bagi Meily.
Dia mungkin menyangka kalau dirinya telah mencuri teknik dari klannya, Jian Chen juga yakin teknik terkuat yang akan digunakannya belum dikuasai oleh gadis itu.
“Kita harus lari dari sini.” Jian Chen berbisik pelan.
“Serigala Petir itu memiliki kecepatan yang tinggi, bahkan kalau kita berlari menggunakan tenaga dalam sekalipun dia masih bisa mengejarnya.” Meily membantah.
Serigala petir bisa menggunakan kekuatannya berlari bagai kilat, meloloskan diri darinya dengan berlari adalah hal yang sia-sia.
“Aku tahu hal itu tetapi aku punya taktik agar lolos darinya.” Jian Chen menoleh pada Meily, “Apakah Nona punya sesuatu yang bisa menghalangi pandangannya?”
Meily berpikir sebentar, walau sebenarnya sulit berpikir dalam kondisi seperti ini, ia lalu teringat sesuatu. “Aku punya bola bom asap hanya saja radiusnya sangat kecil.”
Jian Chen mengangguk, “Tidak mengapa, itu lebih dari cukup.”
Meily memberikan 3 bola kecil dari gaunnya lalu memberikan pada Jian Chen.
“Sekarang kita kita membutuhkan serangan jarak jauh agar aku bisa mendekatinya.”
“Aku bisa melakukannya, ada teknik pedangku yang mengeluarkan energi jarak jauh!”
Walau hanya sebentar, Jian Chen tersenyum karena skenarionya berjalan dengan mulus.
“Bisakah Nona menyerangnya pada area kepala!”
Meily mengangguk lalu memejamkan matanya, ia menghirup napas yang dalam lalu dihembuskan dari mulut dan terlihat ada uap yang tercipta.
“Teknik Pedang Bulan Sabit ~ Cakrawala Langit!”
Dengan ayunan pedangnya, Meily menciptakan energi pedang yang bersinar mengarah pada serigala itu.
Energi itu bergerak cepat dan kuat menuju Serigala Petir namun serigala itu tidak berpindah tempat atau ada tanda-tanda akan menghindar. Sebaliknya, serigala itu justru membuka mulutnya lalu menciptakan energi petir yang berkumpul, energi petir dimulutnya lalu ditembakkan pada energi pedang milik Meily.
Kedua energi akhirnya bertemu dan menimbulkan daya ledak, Jian Chen atau Meily sama-sama terkejut melihatnya, keduanya tidak menyangka serigala itu bisa balas menembak.
‘Serigala Petir ini ternyata sudah mempunyai kecerdasan sampai tingkat ini…” Jian Chen hampir mengumpat.
“Bagaimana ini, serangan energiku tidak cukup melukainya” Meily bertanya cemas.
Sebenarnya bukan teknik itu yang tidak cukup kuat melainkan penggunanya, andai Meily berada dikultivasi yang lebih tinggi serta menguasainya lebih dalam, maka tidak sulit untuk membunuhnya.
“Kita lakukan lagi seperti barusan, kali ini aku juga akan menggunakan teknik yang sama denganmu.”
“Maksudmu, kamu bisa menggunakan teknik pedangku?”
Jian Chen mengangguk. “Aku tadi telah menghafal gerakannya, kita serang bersama-sama dengan kekuatan energi jarak jauh.”
Alasan Jian Chen sebelumnya menyuruh agar Meily menggunakan jarak jauh adalah supaya ia bisa menggunakan teknik tersebut. Dengan begitu gadis itu akan menyangka bahwa Jian Chen meniru gerakannya.
Meily sebenarnya ingin berkata-kata lagi tetapi melihat serigala itu yang hendak membuka mulutnya dan mengeluarkan serangan jadi dia langsung menggunakan teknik yang sebelumnya.
Diwaktu yang sama, Jian Chen sudah menarik nafasnya, bersiap mengeluarkan teknik pernafasan.
“Teknik Pedang Bulan Sabit ~ Cakrawala Langit!”
Jian Chen dan Meily berkata bersamaan, keduanya mengayunkan pedang dan tercipta dua pedang energi.
Jika waktunya memungkinkan, Meily akan terkejut dengan yang dilakukan Jian Chen. Bagaimanapun pemuda itu telah meniru teknik pedangnya dalam sekali lihat. Ketika ia memandang energi pedang yang keluar dari pedang Jian Chen, Meily yakin energi yang dikeluarkannya lebih sempurna dan kuat dibanding dirinya.
Meily mulai bertanya-tanya, siapa pemuda disampingnya yang begitu membuatnya tak henti-henti terkejut. Dia tidak menduga, ketika berlatih ditengah hutan akan bertemu dengan sosok yang luar biasa.
Kedua energi bertabrakan kembali, berbeda sebelumnya yang berimbang, kali ini dua energi pedang mengalahkan energi petir sehingga dengan telak mengenai serigala itu.
Serigala itu terdorong mundur, luka yang dialaminya tidak berat tetapi tetap saja membuatnya kehilangan keseimbangan.
Disisi lain Jian Chen tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia menghilang secara kasat mata dan tiba-tiba tubuhnya sudah ada berada dihadapan kepala serigala itu.
Tanpa basa-basi, Jian Chen melemparkan tiga bom asap pada mata serigala itu, membuat matanya perih serta tak bisa melihat apapun untuk sementara waktu.
Melihat gerakan itu Meily terpana, Jian Chen seperti berteleportasi saat berpindah tempat, sulit baginya bahwa itu semua gerakan karena terlihat tidak demikian.
Jian Chen menghilang lagi dan kini sudah ada disamping Meily. “Pegang tanganku!”
Meily langsung menyambar tangan Jian Chen dan dalam satu kedipan mata dia sudah berpindah lokasi, Jian Chen membawa dirinya jauh dari serigala itu.
“Bagaimana bisa?” Meily tak bisa menahan rasa penasarannya.
“Nona, bukan saatnya bertanya. Aku hanya menjauh setengah kilometer dari serigala itu, sebaiknya kita langsung berlari sebelum dia menyadari posisi kita.”
Meily mengangguk, meski ia sangat penasaran dengan kekuatan pemuda didepannya tapi ia memahami kondisinya saat ini, jika serigala itu tahu posisinya sekarang mungkin ia langsung mengejar dan menyusulnya.
Meily berlari dengan nafas terputus-putus, tenaga dalamnya tinggal 10 lingkaran lagi setelah dia menggunakan Teknik Pedang Rembulan secara terus menerus.
Kepalanya terasa pusing sehingga keseimbangan tubuhnya terganggu, tetapi ia berusaha berkosentrasi untuk melompati dahan-dahan pohon.
Jian Chen yang menyadari kondisi Meily langsung menggenggam tangannya, “Nona tunjukkan arahnya, biar aku yang menuntunmu.” Jian Chen tersenyum lembut.
Perasaan asing melanda hati Meily dan detak jantungnya meningkat drastis saat Jian Chen menggenggam tangannya.
Meily sebelumnya tidak pernah disentuh laki-laki lain kecuali ayahnya, gadis itu merasa pipinya menghangat dan tanpa ia sadari telah memerah.
Sekitar di dekat pembatas hutan Jian Chen berhenti, ia melepaskan genggaman tangannya dari Meily.
“Kita sudah aman sekarang…”
Meily tersadar dan sedikit salah tingkah karena ia menggenggam tangan Jian Chen begitu erat sampai tak mau dilepas.
“Terimakasih telah menyelamatkan nyawaku.” Meily membungkuk penuh hormat sebagai keseriusan dalam ucapannya.
Jian Chen tersenyum, “Tidak apa, itu memang seharusnya aku lakukan. Sebaiknya Nona Meily jangan ke hutan dulu dalam beberapa waktu.” Jian Chen membalikan badannya. “Kalau begitu aku pamit dulu, kita berpisah disini.”
Meily mengangguk, pria itu kemudian melangkah pergi darinya sampai hilang dari pandangan. Setelah beberapa saat Meily menyadari sesuatu. “Ah, aku lupa menanyakan namanya.”