Risty Azalea, gadis cantik yang berasal dari keluarga sederhana bertekad merubah hidupnya menjadi wanita yang sukses dan dihormati semua orang, tapi siapa sangka kisah asmaranya tidak semulus karirnya saat ini. Dia malah jatuh cinta pada Bima Arya Dalwyn, seorang laki-laki menyebalkan dan bermulut tajam yang tidak menyukainya sama sekali. Penasaran kan bagaimana lika-liku perjalanan kisah cinta mereka? Yuk ikuti terus kisah mereka, jangan lupa beri like dan komen ya kesayangan!😍😍
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ocha Zain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21.Pasrah
Sore itu sepulang dari kantor, Risty dan Yona asistennya berada di cafe langganannya. Sebelumnya dia telah mandi dan berganti baju di ruangan pribadinya di kantor. Risty terlalu jenuh jika harus di apartemen sendirian, kesepian dan terpuruk sendiri. Dia memutuskan untuk bersenang-senang bersama asistennya, nongkrong dan nyalon di Mall seperti biasa.
"Boss, beberapa hari ini aku liat kamu nggak bersemangat. Apa ada masalah lagi sama suamimu Boss? Padahal minggu kemarin dia gencar bener anter jemput ke kantor tapi sekarang malah nggak keliatan lagi," Yona menyelidik.
"Emang gue aja biniknya! Binik dia diluar sana tuh banyak! Gue di rumah cuma jadi pajangan doank!" ucap Risty dengan gaya konyolnya.
"Ceilehhh... Gue-gue an segala sekarang Boss!" Yona terkekeh geli, selama jadi temannya sejak kuliah, Risty tidak pernah mengikuti gaya bahasa gaul anak Ibukota. "Udah kesel banget ya Boss?! Kayaknya Boss Bima bikin ulah lagi nih!" Yona terkekeh lagi.
Risty menghela nafasnya panjang mendengar ucapan Yona. Yona adalah asisten sekaligus sahabat yang selalu menampung semua keluh kesahnya, selalu menemaninya disetiap kondisi. Sungguh jika Yona dilukai seperti yang dia rasakan seperti ini, Risty juga akan menjadi garda depan untuk melindungi sahabatnya itu.
"Bima menghamili kekasihnya," ucap Risty dengan sangat pelan terdengar seperti bisikan, tapi Yona masih bisa mendengarnya.
"Apa?!!"
"Braaakkkk!!"
Semua orang memandang Yona dengan tatapan sinis, saat dia yang spontan menggebrak meja karena terkejut.
"Hei kecilkan suaramu na! Kita lagi ditempat umum ini! Astaga!!" ucap Risty yang menarik tangan asistennya.
"Ya ampun Boss kaget akutuh! Suamimu lebih br*****sek dari yang aku kira Boss! Punya suami tampan tapi tukang selingkuh buat apa Boss! Udah pisah aja, udah gatal tanganku Boss pengen aku pukul itu suami l*knatmu!" cerocos Yona tanpa berhenti.
Dia sangat kesal dan marah melihat Bossnya yang cantik dan baik hati itu malah disakiti. Kalau dilihat-lihat Risty adalah tipe wanita yang hampir sempurna tapi kenapa suaminya tega menyakiti wanita seperti Risty.
"Tenang aja semua udah aku bicarain sama pengacara pribadiku, setelah bukti-bukti udah aku kantongi, sebentar lagi berkas akan aku daftarkan ke pengadilan. Aku udah muak berpura-pura manis didepan dia, aku kira dia bisa berubah ternyata dia malah berbuat diluar batas. Entah julukan apa yang cocok untuk ba****gan seperti dia," ucap Risty sembari menerawang melihat keramaian kota.
"Bagus Boss! Aku dukung semua keputusanmu yang penting kamu lepas dari laki-laki seperti Boss Bima. Aduh kesel banget tau nggak Boss, sumpah pengen aku hantam aja kepala suamimu itu Boss!" Yona masih tidak bisa menahan emosi.
"Udah sabar! Daripada kita pusing mikirin si buaya buntung mending kita creambath aja ke salon langganan kita, biar kepala adem dan rileks yekan?" ucap Risty beranjak dari duduknya dan Yona mengikutinya.
***
Di Mansion milik keluarga Vania, sang dokter telah memeriksa kondisi Vania. Dia terlihat sudah siuman, wajahnya masih pucat dan tubuhnya masih saja lemah.
Bu Sherly membawa sang dokter untuk bicara di ruang kerja suaminya.
"Bim, temani Vania dulu ya! Mama mau ngomong sama dokter bentar," ucap Bu Sherly yang mulai membiasakan Bima memanggilnya dengan sebutan "Mama".
"Baik tan.. Hmm Ma.." ucap Bima meralat panggilannya.
Saat berada didalam ruang kerja Pak Anton, sang dokter mengatakan kondisi Vania sangat lemah dan tidak boleh stress maupun banyak pikiran karena akan berpengaruh pada kondisi janinnya. Dokter juga mengetahui dari Bima kalau Vania habis dirawat inap di Rumah sakit dan hari ini baru diperbolehkan pulang.
Ucapan dokter, membuat Pak Anton dan Bu Sherly menjadi iba pada putri kesayangannya. Bu Sherly tak bisa menahan airmatanya melihat putrinya lemah dan menderita, karena Vania terbiasa hidup mewah dan dimanja sejak kecil.
Setelah Bu Sherly berbincang sebentar dengan sang dokter, sang dokter pun pamit pulang dari Mansionnya.
"Pa, aku mohon maafkan kesalahan putri kita! Apa papa tidak kasihan dengan keadaannya? Aku nggak tega melihatnya menderita seperti itu pa," ucap Bu Sherly yang tiba-tiba berlutut dihadapan suaminya.
"Apa yang kau lakukan sayang?! Jangan seperti ini!" Pak Anton memegang tangan istrinya agar berdiri.
"Aku nggak akan berdiri sebelum kamu memaafkan putrimu Pa! Dan menerima apapun yang mereka putuskan!" ucap Bu Sherly menangis tersedu-sedu.
"Sayang, jangan begini! Kamu nggak pantas meminta maaf atas perbuatan hina mereka!" Pak Anton mencoba membuat istrinya untuk berdiri kembali tapi Bu Sherly masih kekeh dengan posisinya.
"Putri kita juga manusia yang bisa khilaf dan melakukan kesalahan, yang terpenting mereka sudah mengakui dan bertanggungjawab atas kesalahan mereka Pa! Yang kita bisa lakukan saat ini hanya mendukung apapun demi kebahagiaan mereka," Bu Sherly mengiba.
Pak Anton terdiam kemudian menghela nafasnya panjang. Dia tidak tega kedua wanita kesayangannya saat ini meneteskan air mata, dengan perasaan yang berat hati dia memutuskan untuk mengikuti kemauan putri dan calon menantunya.
"Baiklah aku janji akan memaafkan putrimu saja, tapi tidak dengan pacarnya itu. Aku akan benar-benar menerimanya sebagai menantu jika dia rela menceraikan istrinya dan membahagiakan putri kita! Aku ingin bicara empat mata dengan laki-laki itu, panggilkan dia kemari sayang,"
Pak Anton mengangkat tubuh istrinya yang masih terduduk dilantai.
"Terimakasih sudah memaafkan putri kita sayang!"
Bu Sherly memeluk suaminya dengan binar bahagia.
"Tapi tolong kendalikan emosimu sayang, jangan menyakiti calon menantu kita lagi! Mungkin dia memiliki alasan kenapa dia masih berhubungan dengan Vania padahal dia sudah menikah, dengarkan dulu semua penjelasan dia sayang!" ucap Bu Sherly memperingatkan.
"Hmmm!"
"Papa jangan seperti itu! Ini demi kebahagiaan putri kita sayang!"
"Iya sayang! Aku nggak macam-macam lagi! Sana panggil bocah tengik itu dulu!"
"Namanya Bima Pa!" Bu Sherly berkacak pinggang.
"Iya-iya!"
***
Bu Sherly masuk kedalam kamar Vania dan menyuruh Bima kembali ke ruang kerja Pak Anton.
Bu Sherly mendekati ranjang putrinya dan mengelus kepala putrinya dengan sayang.
"Bagaimana keadaanmu sayang?" tanya Bu Sherly dengan lembut.
"Aku udah lebih baik Ma! Mama maafin Vania Ma! Huhu.. Papa pasti nggak mau maafin Vania Ma.. Huhu.. "
Vania kembali menangis, sefatal apapun kesalahannya, mamanya selalu menyayanginya. Dia sangat beruntung memiliki orangtua yang begitu sayang padanya.
"Ssssstttt! Udah nggak papa sayang, mama dan papa memaafkan kamu! Papa pasti setuju dengan semua keputusan kalian, udah jangan khawatir! Mama maunya putri mama selalu bahagia dan tersenyum!" ucap Bu Sherly menghapus airmata putrinya lalu memeluknya penuh sayang.
Sementara di Ruang kerja Pak Anton, Bima duduk di hadapan calon mertuanya itu.
"Katakan padaku kenapa kamu masih berhubungan dengan Vania padahal kamu sudah memiliki istri! Kamu itu hanya merusak putri semata wayangku saja!" ucap Pak Anton dengan nada tegas.
"Maaf om, pernikahan saya yang sekarang ini karena dijodohkan oleh papa. Saya tidak mencintainya sama sekali, hubungan kami tidak seperti pasangan pada umumnya. Makanya saya dan Vania masih mempertahankan hubungan kami, karena tadinya saya dan istri sepakat akan bercerai setelah satu tahun pernikahan. Tapi sepertinya rencana itu akan lebih cepat kami dilakukan karena Vania sudah terlanjur hamil, karena saya yakin Vania maupun istri saya tidak mungkin mau dipoligami." terang Bima, sesaat dia menghirup udara lalu melanjutkan penjelasannya.
"Saya mohon agar Om Anton bisa bersabar, saya harus pelan-pelan mengatakan kesalahan fatal saya pada keluarga saya. Papa saya memiliki riwayat penyakit jantung, saya tidak mau membuat beliau sakit karena ulah saya. Saya mohon ijinkan saya menikahi putri anda secara agama terlebih dahulu, karena Vania tidak bisa jauh dari saya Om. Kondisinya begitu lemah saat tidak berada bersama saya, jika semua sudah saya bereskan saya janji akan menikahi Vania secara sah. Saya mohon berikan saya sedikit waktu untuk membujuk keluarga saya om!" ucap Bima berusaha meyakinkan Pak Anton.
Pak Anton tahu betul posisi Bima yang serba salah, dia tidak mungkin terus memaksa pemuda itu segera menceraikan istrinya. Pasti semuanya juga butuh proses, apalagi wanita yang sudah menjadi istrinya adalah pilihan dari keluarganya. Apalagi papa Bima juga memiliki riwayat penyakit jantung, jika terjadi apa-apa pada calon besannya dia juga akan sangat merasa bersalah.
"Baiklah, aku mengijinkanmu menikahi putriku besok! Tapi setelah semua urusanmu selesai, segera nikahi putriku secara sah! Karena yang terpenting bagiku adalah kebahagiaan putri semata wayangku!"
"Baik om, terimakasih banyak atas restu anda! Saya janji akan membuat putri anda bahagia!" ucap Bima berbinar bahagia.
"Bilang sama Mamamu untuk mempersiapkan semua besok! Dan sekarang pergilah temani Vania!"
"Baik Om, saya pamit dulu!"
"Hhmmm!"
***
Risty berada di Balkon kamar apartemennya, dia menghisap rokoknya dan melihat film action kesukaannya. Dia berusaha untuk tidak memikirkan Bima karena seharian ini suaminya tidak memberikan kabar untuknya sama sekali, dia tahu saat ini Bima bersama kekasihnya.
Kemudian seseorang menelpon dan menganggu kesenangannya saat ini.
"Hallo.. Assalamualaikum! Ada apa Kak?"
"Wa'alaikumsalam.. Ris gimana kabarmu? Apa kamu baik-baik aja? Bima lagi dirumah nggak? Oia apa kamu sudah tahu Vania masuk rumah sakit kemarin? Dia sempat bikin story disuapin Bima lho dirumah sakit!"
Gibran menyerang Risty dengan banyak pertanyaan layaknya ibu-ibu yang sedang bergosip.
"Wahhh benarkah kak?" Risty berpura-pura tidak tahu.
"Iya Ris! Itu aku barusan kirim story yang dia bagikan di akun media sosialnya ke WhatsApp kamu,"
"Oke terimakasih infonya kak!"
"Lha gitu aja!" Gibran mengernyit heran.
"Lha iya! Masak maunya aku samperin terus aku jambakin mereka berdua! Duh berasa kayak di film-film sinetron ya kak, cewek-cewek alay jambak-jambakan ngerebutin satu jantan!" Risty terkekeh geli.
"Ya nggak gitu juga kali Ris!" Gibran pun ikut tertawa terbahak-bahak.
"Biarin aja mereka ketemuan kak! Itu urusan mereka, aku juga udah nggak peduli sama Kak Bima! Bagaimanapun hubunganku dengan Kak Bima nantinya biar Allah yang memutuskan jalan untuk kami, aku hanya berdoa yang terbaik aja kak!" ucap Risty dengan pasrah.
btw thanks thor udah up 2 uluh" sarangheo thor semngaaat trus thor up satu" ngak papa thor asal jngan lama" thor