"Jika aku harus mati, maka aku akan mati karena Allah dan kembali pada Allah, bukan menjadi budakmu."
"Hati - hati Jingga, Semakin tinggi kemampuanmu, maka semakin Allah akan menguji dirimu. Tetaplah menjadi manusia yang baik, menolong sesamamu dan yang bukan sesamamu."
"Karena semakin tinggi kemampuanmu, semakin pula kamu menjadi incaran oleh mereka yang jahat."
Dalam perjalanan nya membantu sosok - sosok yang tersesat, Rupanya kemampuan Jingga semakin meningkat. Jingga mulai berurusan dengan para calon tumbal yang di tolong nya.
Dampak nya pun tidak main - main, Nyawa Jingga kembali terancam karena banyak sosok kuat yang merasa terusik oleh keberadaan Jingga. Jingga semakin mengasah dirinya, tapi apakah dia bisa kuat dan bisa menolong mereka yang meminta bantuan nya? sementara nyawanya sendiri juga terancam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 32. Siapa ibunya Jingga.
Ayah Ilham duduk di ranjang nya dan dia sedang melihat sebuah foto lawas pada saat dia masih berada di pondok pesantren nya dulu.
Yang sedang ayah Ilham tatap adalah foto seorang perempuan yang merupakan santriwati di tempat nya mondok. Dari paras nya saja sudah terlihat itu mirip dengan seseorang, dengan Jingga. Ya.. Itu adalah foto mendiang ibunya Jingga pada waktu masih remaja dulu.
"Aku masih nggak menyangka gadis yang ada di dalam foto ini adalah ibu kandung Jingga."
{Flashback ayah Ilham.}
Tiga tahun yang lalu ayah Ilham mencari informasi di kampung Jingga tentang siapa ibu nya Jingga, karena dia merasa aneh sebab tidak ada siapapun yang datang dari pihak keluarga ibunya Jingga. Dan yang dia dapatkan dari warga adalah bahwa ibunya Jingga itu adalah wanita yang sangat misterius, tidak ada yang tahu siapa dia.
"Dia itu orang asing yang hilang ingatan, nggak tau kenapa bisa sampe di kampung kita. Dulu yang nemuin pertama kali ya Raden, ayah nya Jingga." Ujar salah satu warga, yang tahu asal mula ibunya Jingga ada di desa itu.
"Cantik memang, tapi aneh. Matinya juga aneh, terus ngelahirin anak, anak nya juga aneh." Ujar ibu - ibu yang memang tidak suka pada Jingga.
"Hus! Nggak boleh gitu, orang udah meninggal juga." Ujar yang lain.
"Tapi emang nya kenapa, pak? Kok bapak nyari tahu tentang ibu nya Jingga?" Tanya ibu - ibu itu.
"Karena Jingga kan saya angkat sebagai anak saya, bu. Saya cuma mau memastikan bahwa tidak ada pihak yang akan keberatan." Ujar ayah Ilham.
"Oh, dia nggak punya siapa - siapa lagi, dulu tinggal sama nenek nya doang, nenek nya juga udah meninggal, dengan cara nggak wajar." Ujar ibu - ibu itu, sangat julid memang.
Ayah Ilham lalu di ceritakan sepenggalan dari masalalu pak Raden, awal mula bertemu nya ayah dan ibunya Jingga.
Bermula saat ayah Jingga yaitu pak Raden yang masih muda dulu, dia adalah seorang karyawan di pasar yang sedang mengantar barang, dia bertemu dengan seorang perempuan cantik yang tampak kebingungan sambil menangis, dengan pakaian yang kotor.
Raden saat itu bertanya pada orang sekitar, bahkan pada gadis yang menangis itu juga dari mana dia berasal, tapi gadis itu hilang ingatan dan hanya terus menggeleng. Saat Raden tinggal, gadis itu kembali menangis dan menatap Raden dengan tatapan yang sangat kasihan, hingga Raden tidak tega dan membawa nya pulang. Dan dia di panggil Aruna..
Raden minta tolong pada kelurahan setempat untuk mencari tahu siapa yang kehilangan anggota keluarga, tapi dari desa manapun tidak ada yang merasa kehilangan keluarga, apalagi jaman itu ponsel masih tidak semua orang punya.
Sudah berbulan - bulan masih tidak ada yang mencari Aruna, sementara Aruna yang tinggal di rumah Raden bersama ibunya Raden, sudah merasa nyaman bagai di rumah sendiri. Dan Raden sendiri pun jatuh cinta pada gadis cantik itu, lalu ia memperistrinya.
Satu tahun setelah pernikahan itu, Aruna hamil. Namun pada saat usia kehamilan Aruna sampai 8 bulan, ia di temukan tergeletak di ladang kebun dengan darah dan lumpur di seluruh tubuh nya, Raden dan beberapa warga desa bergotong royong mengangkat Aruna.
"Anakku, mas.. Anak kita.." Yang Aruna pikirkan bahkan anak nya yang berada di dalam kandungan.
"Kalian akan baik - baik saja, tahan ya sayang, mas bawa kamu ke puskesmas." Ujar Raden saat itu.
Tapi tidak ada kendaraan yang datang, Aruna masih tergeletak di pinggiran jalan sambil beberapa warga mencoba mencari pertolongan dengan kondisi nya yang makin lemah.
"Mas, jaga anak kita baik - baik.. aku nggak kuat lagi. Jaga dia.. dia.. dia.. jangan biarin orang itu ambil.." Belum juga selesai bicara Aruna kehilangan kesadaran.
Aruna semakin lemah, tapi dengan keajaiban Allah, dia melahirkan anak nya dengan sisa - sisa nafas dan tenaga terakhir nya.
"Oek! Oek! Oek!"
Setelah melahirkan seorang putri mungil, Aruna meninggal dunia dengan satu mata nya terbuka. Putri cantik nya itu harus kehilangan ibu bahkan saat dia baru di lahirkan.
"Siapa yang tega bunuh istriku!!" Raden saat itu berteriak histeris mendapati istrinya meninggal dunia.
"Arunaaa.." Tangis Raden sangat menggemparkan, bersama dengan tangis anak nya.
Banyak warga desa menyaksikan kematian yang aneh itu, aneh karena Aruna meninggal dengan satu mata nya yang terbuka dan melahirkan bayi di detik terakhir nafas nya.
{Flashback ayah Ilham End."
Itu informasi yang ayah Ilham dapatkan dari warga setempat tempat Jingga tinggal. Dan saat dia melihat foto lawas milik Aruna yang di perbaiki oleh ayah Ilham, betapa terkejut nya dia mendapati bahwa perempuan bernama Aruna yang merupakan ibu kandung Jingga itu rupanya adalah junior nya di pondok pesantren nya.
Rupanya ayah Ilham pernah satu pondok dengan mendiang ibunya Jingga, dia adalah Senior sementara Aruna adalah Junior yang beberapa tahun lebih muda, dan namanya bukan Aruna, tapi Zahra.
Ayah Ilham sedikit tahu keluarga asli Aruna ini, dia masuk pondok adalah pilihan nya sendiri sementara orang tua nya adalah seorang dukun penganut ilmu hitam yang terkenal. Tahun itu ayah Ilham sudah keluar dari pondok, dia tidak tahu menahu kabar hilang nya Zahra/Aruna itu.
Zahra juga di katai aneh karena memiliki kemampuan, tapi dia tidak mengikuti ayah nya dan malah masuk pondok, yang membuat murka ayah nya. Sampai akhirnya terjadilah tragedi penyerangan penganut ilmu hitam melawan pondok pesantren.
"Orang yang memiliki kemampuan spesial itu kembali melahirkan anak yang spesial juga." Gumam ayah Ilham.
"Putrimu tumbuh menjadi anak yang cantik, baik, berbudi luhur dan sangat menghormati orang tua nya. Dia bersama saya, karena dia sebatang kara di kampung nya." Gumam ayah Ilham lagi.
Dan entah bagaimana tiba - tiba angin berhembus dan di sudut dekat jendela muncul sosok berpakaian serba putih, namun wajah nya tidak terlihat. Bukan pakaian tapi lebih seperti kain putih yang di lilitkan menutup seluruh badan dan kepalanya, hanya memperlihatkan tangan pucat nya saja.
Ayah Ilham menatap sosok itu, namun tidak ada rasa terintimidasi sama sekali. Ayah Ilham mengenali sosok itu yang adalah sosok seperti kuntilanak putih yang ikut menghalau serangan kiriman teluh hari itu.
"Siapa kamu sebenarnya?" Tanya ayah Ilham.
"Terimakasih sudah menjaga dan membesarkan putriku." Ujar nya, ayah Ilham pun tertegun.
"Zahra?" Ucap nya.
"Tolong lindungi dia dari yang jahat, banyak yang mengincar nya seperti dulu mereka mengincar aku." Ujar sosok itu.
"Kamu tidak keberatan aku membesarkan putrimu?" Tanya ayah Ilham.
"Kamu orang yang baik, aku percaya kau bisa melindunginya." Ucap nya.. lalu samar - samar sosok itu menghilang.
Ayah Ilham pun termenung, setelah sekian lama.. Mengapa Zahra/Aruna baru menampakkan dirinya padanya. Tapi kini makin jelas, dulu.. Aruna mungkin tidak hilang ingatan, tapi sengaja tidak mau pulang dan memutuskan tinggal dengan Raden.
•○•○•○•
Pagi hari nya, Jingga dan Gani makan sarapan mereka dengan buru - buru, mereka sudah kesiangan sebab kelelahan dalam perjalanan sampai tidur sangat pulas.
"Makan nya pelan - pelan nak.." Ujar ayah Ilham.
"Papa, aku jalan dulu udah telat." Ujar Jingga, ia meneguk susu di gelas nya, lalu salim pada ayah Ilham.
"Astagfirullah, nak.. Pelan - pelan." Ujar ayah Ilham.
"Assalamualaikum, pa." Ujar Jingga berlari dan di ikuti Gani juga dari belakang.
"Waalaikumsalam." Sahut ayah Ilham sambil geleng - geleng.
"Ngga, jangan lari." Teriak Gani sambil mengejar.
"Telat, Ni." Sahut Jingga.
BERSAMBUNG...
Bakar aja skalian dgn rumahnya. Jangan kasih kesempatan idup, berbahaya tuh orang
pokok Ny Makasih 😍,
Msh Ada 2 Jones Belum Ada Jodoh Ny tu