Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. Waspada.
Baby jagoan sudah tidur dalam tempat tidurnya. Tempat tidur khusus yang di desain khusus karena bayi kecil Bang Rama lahir belum pada waktunya. Dilan pun sudah kembali tenang beristirahat di dalam kamar.
Kini Bang Rama duduk berdua dengan Om Juan. Mereka berhadapan sesama pria.
"Itulah kronologi yang sebenarnya terjadi. Dilan terkena imbas dalam penyerangan wilayah tersebut. Dilan tidak punya orang tua dan saya membawanya dalam tanda kutip. Selama kurang lebih tiga bulan Dilan bersama saya, akhirnya saya memutuskan untuk menikahinya. Kamu tau sendiri saya tidak pernah resmi menikah dengan siapapun. Salah satu alasan terbesar saya adalah perlahan saya menginginkan hadirnya seorang anak, namun saya menikahi Dilan tanpa sepengetahuan istri saya Mala, dia istri saya saat itu." Kata Om Juan.
"Kenapa Om menikah lagi secara diam-diam???"
"Banyak faktornya Ram. Terus terang di hati Om hanya ibumu saja. Hingga Om tidak ingin memberikan status untuk wanita lain. Mala sudah saya nikahi selama dua setengah tahun tapi ternyata dia menggunakan penunda kehamilan, di samping itu banyak alasan Mala 'menolak' Om, sedangkan Om sudah begitu menginginkan hadirnya seorang anak. Enam bulan, hanya enam bulan Om menikahi gadis lugu, penurut dan begitu luar biasa. Om akui ada percik rasa sayang dalam hati. Dari sana lah penderitaan Dilan bermula." Cerita Om Juan.
Bang Rama membuang nafas berat. Untuk kisah selanjutnya Bang Rama sudah memahami meskipun Dilan tidak pernah menceritakannya.
Mala yang kesal pada pernikahan dengan Om Juan sengaja mengancam menjual Dilan pada laki-laki hidung belang. Cemas akan nasib Dilan, Om Juan pun berpisah dengan Dilan dan mengasingkannya jauh di luar kota. Namun siapa sangka kelicikan Mala masih terus berlanjut. Tanpa sepengetahuan Om Juan, Mala tetap menjual Dilan dan menjebaknya tapi demi penyelamatan Dilan, Om Juan yang terjerat jebakan tersebut.. hingga beliau tanpa sengaja menghamili Dilan dan kehilangan jejaknya.
Om Juan juga menarik nafas panjang lalu membuangnya asal.
"Jika ingin menyalahkan, salahkan Om saja. Om menyadari, ada keegoisan Om sebagai laki-laki yang akhirnya semua berakhir berantakan."
"Sudahlah, Om. Jangan di bahas lagi..!! Terus terang hati saya lumayan lelah. Pikiran saya sudah panas. Jika Om sepenuh hati mencintai almarhumah Mama, maka tidak akan ada yang lain di hati Om. Tapi saya pun menyadari keadaannya, hingga di akhir hayat, hati Mama hanya ada Hanggar. Sekuat-kuatnya kita laki-laki pasti suatu saat kita akan membutuhkan sandaran untuk kita berkeluh kesah di masa menuju usia senja."
Om Juan menepuk bahu Bang Rama. Kedua pria itu merokok bersama. Sempat terdiam beberapa saat hingga tanpa sadar Bang Rama menitikan air mata.
"Letnan Rama bisa nangis juga, to?" Tegur Om Juan.
Kilas senyum kecil Bang Rama tersungging tipis, secepatnya ia menghapus air matanya.
"Dalam hidup ini, saya sudah ikhlaskan Mama. Tapi untuk Dilan......" Suara Bang Rama seakan tercekat.
Bang Rama seakan tidak percaya akan keikhlasan Om Juan tentang Dilan apalagi Dilan telah memberinya seorang anak laki-laki.
"Kamu tidak memberinya nama?" Tanya Om Juan.
Bang Rama terdiam, entah apa maksud Om Juan mengatakan hal demikian padahal beliau tau pasti bagaimana keadaannya saat ini.
Senyum Om Juan mengembang. "Kalau begitu Om pulang dulu. Jangan lupa beri nama untuk anakmu.."
Bang Rama tertegun mendengarnya tapi tetap ada rasa waspada meskipun semuanya nampak tenang saja. Karena ia pahami peribahasa air tenang menghanyutkan dan kini Bang Rama berharap bahwa perasaannya adalah sesuatu yang salah.
...
Bayi kecil itu menggengam ujung telunjuk Bang Rama dengan rapat. "Kamu harus kuat, laki-laki sejati tidak boleh lemah..!!"
Sungguh ada hati yang begitu menyayangi sosok kecil mungil tanpa dosa itu.
"Jika suatu saat nanti kamu paham silsilah keluarga kita. Maukah kamu memanggilku, Papa?" Ujar Bang Rama lembut.
Bang Rama menoleh dan menatap Dilan yang sudah terbangun malam itu. Bang Rama pun mengalihkan fokusnya pada Dilan. Hati-hati sekali Bang Rama melepas genggaman tangan baby kecilnya.
.
.
.
.
Bab besok ada pemberian nama yang di tunggu. Tapi Nara pun dilema untuk pemberian namanya🤭. Kira-kira ada pendapat dari kakak semua?? Seperti biasa dengan nama tradisional ataukah keluar dari jalur tradisional?? Boleh masukannya??"
.
.
.
.