mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.
Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.
Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kombinasi Petir dan Kiryoku
Setelah lebih dari setahun yang penuh dengan pelatihan keras dan penuh dedikasi, akhirnya aku telah berhasil menguasai kiryoku sampai tingkat ketiga. Sejak beberapa bulan lalu, Takashi selalu mengingatkanku bahwa latihan ini bukan sekadar meningkatkan kekuatan fisik, tetapi juga menuntut pengendalian mental dan spiritual. Setiap latihan mengharuskanku memfokuskan pikiran untuk menyelaraskan energi alam dan energi dalam tubuh. Sekarang, setelah perjuangan panjang, aku merasa kiryoku sudah menjadi bagian dari diriku, mengalir dengan mudah dari tanganku.
Pagi ini, di bawah sinar matahari yang redup, aku menggenggam pedang yang diberikan oleh Takashi. Pedang itu bukan sembarang pedang tajam dan seolah menyatu dengan kiryoku-ku, seperti telah menunggu saat ini untuk menunjukkan kehebatannya. Aku mencoba teknik yang telah aku latih selama ini. Saat kuayunkan pedang ke arah batu besar di depanku, aku melapisi bilahnya dengan kiryoku merah darahku. Slaaaasss! Batu besar itu terbelah dengan sempurna, pecahannya jatuh berhamburan ke tanah. Tak hanya itu, pohon-pohon di sekitar juga terpotong dengan rapi saat aku mengayunkan pedang ke arah mereka.
Takashi, yang berdiri tak jauh dariku, mengelus jenggot panjangnya sambil mengamati setiap gerakanku. Dengan wajah datar namun penuh wibawa, dia berkata, “Baiklah, besok kita akan mulai latihan teknik. Teknik yang akan aku ajarkan padamu akan mengubah caramu berpedang. Tapi ingat, Kaelan, teknik penggunaan kiryoku sangat bergantung pada kreativitas individu. Jangan hanya bergantung pada apa yang kau pelajari dariku. Gunakan akalmu untuk mengkombinasikan berbagai teknik dengan caramu sendiri. Jadikan kiryoku sebagai perpanjangan dari dirimu.”
Aku mendengarkan dengan seksama, merasa semangat membara dalam diriku. Kata-katanya benar-benar menggugah sesuatu di dalam diri. “Jadi... bukan hanya sekadar teknik belaka, tapi juga kebebasan berkreasi,” gumamku pelan.
Takashi melanjutkan, “Besok kita akan memulai dengan Kurai Yaiba Pedang Kegelapan. Teknik ini adalah salah satu teknik pedang paling kuno yang melibatkan kiryoku. Dibutuhkan ketenangan dalam menghadapi kekuatan dahsyat yang mengalir melalui pedangmu, dan kau harus bisa menyelaraskannya dengan fokus yang tajam. Sedangkan untuk teknik bela diri, kita akan mulai dengan Tenra Ken Tinju Langit Berdarah. Teknik ini bukan hanya sekedar pukulan biasa, tetapi serangan yang memanfaatkan kiryoku secara mendalam, menciptakan dampak yang luar biasa pada setiap seranganmu.”
Aku mengangguk. Nama-nama teknik itu terdengar mengerikan, namun entah mengapa terasa sangat cocok untukku. Aku merasa seolah semakin mendekati kekuatan yang selama ini aku cari.
Setelah mendapatkan wejangan dari Takashi, aku memutuskan untuk mencoba sesuatu yang baru. Kiryoku merah darahku sudah mampu melapisi pedangku, tetapi bagaimana jika aku mencoba untuk menggabungkannya dengan kekuatan petirku? Gagasan ini muncul begitu saja di pikiranku, seolah ada dorongan dalam diriku yang ingin melihat kekuatanku berkembang lebih jauh.
Aku mulai memfokuskan kiryoku ke bilah pedang, seperti yang sudah kulakukan sebelumnya. Namun kali ini, aku mencoba menarik petir merahku ke arah pedang yang sudah dilapisi kiryoku. Pada awalnya, pedang itu mulai bergetar tak terkendali, energi petir tampak berkilauan, hampir seperti mau meledak. Aku segera menyadari bahwa penggabungan ini membutuhkan kontrol yang sangat halus. Kalau tidak, pedang ini bisa hancur dalam genggamanku. Crack...crack! Suara retakan kecil terdengar saat petir dan kiryoku berusaha berbaur.
“Fokus, Kaelan!” aku mengingatkan diriku sendiri. Aku menutup mataku sejenak, mencoba merasakan energi yang mengalir melalui tanganku, kemudian perlahan-lahan, aku menyeimbangkan kekuatan petirku dan kiryoku. Petir merah itu mulai menyatu dengan kiryoku merah darah, menciptakan lapisan energi yang berkilauan di sepanjang bilah pedang. Perlahan-lahan, pedang itu berhenti bergetar. Aku berhasil.
Zzzztt! Pedang itu kini bersinar dengan kilatan petir merah, dikelilingi oleh aura kiryoku. Sebuah kombinasi sempurna. Aku melayangkan pedang itu ke udara, membuat suara desingan yang kuat. Dengan senyum puas, aku berkata pada diriku sendiri, “Inilah... inilah kekuatan yang kucari!”
Aku menatap pedang di tanganku dan tiba-tiba nama untuk teknik ini terlintas di benakku: Shinkei Raikiri Petir Pengiris Syaraf. Sebuah nama yang menggambarkan kekuatan destruktif yang bisa menghancurkan musuh dalam sekejap. Teknik ini akan menjadi salah satu kekuatan terbesarku, aku yakin itu.
Takashi menatapku dari jauh dan tertawa pelan, “Kau baru saja sampai di lapisan ketiga, Kaelan. Tapi lihatlah dirimu, sudah sangat puas. Kau masih jauh dari yang namanya sempurna.”
Aku tertawa kecil, mengakui kebenaran kata-katanya. “Ya, aku tahu, tapi setidaknya aku bisa merasakan kemajuan.”
“Besok, kita akan mulai dengan teknik-teknik yang lebih serius,” kata Takashi sambil menyilangkan tangannya. “Dan ingat, jangan pernah merasa puas. Selalu ada yang lebih kuat di luar sana. Tapi aku bangga denganmu. Kau telah melangkah lebih jauh daripada yang kuharapkan.”
Aku tidak bisa menahan rasa senang di dalam hati, meskipun Takashi berusaha menyembunyikan rasa bangganya. Dia mungkin tak banyak menunjukkan emosinya, tapi aku tahu, dia melihat potensi dalam diriku.
Di malam hari, aku duduk sendiri, merenungi semua yang telah kulalui. Takashi benar. Di atas kekuatan, ada lebih banyak hal yang harus kupelajari. Seketika, pikiranku melayang ke Lady Evelyne. Bagaimana keadaannya sekarang? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia selamat dari kekacauan waktu itu? Aku berjanji pada diriku sendiri bahwa setelah pelatihan ini selesai, aku akan pergi ke kota untuk menemuinya. Meski mungkin tak mudah, aku harus memastikan dia baik-baik saja.
Aku tersenyum tipis, merasa bahwa masa depan menyimpan begitu banyak tantangan. Tapi, satu hal yang pasti: aku akan menjadi yang terkuat.
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏