Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
Sesampainya di kamar, aku mengedarkan pandangan , kamar yang sangat luas dari kamarku saat ini. Selera mas Dimas masih tidak berubah ternyata. Warna abu-abu dan putih mendominasi kamar ini.
"Sayang, kita pindah ke rumah ini ya. Mama sama papa tadi bilang, kalau meminta kita untuk tinggal disini. Mereka senang karena ada Yessa yang akan membuat rumah menjadi ramai. Mama dan papa juga sudah merenovasi kamar untuk Yessa." kata mas Dimas yang tiba-tiba memelukku dari belakang.
Aku mengangguk setuju. Aku kasihan melihat mama dan papa harus kesepian di hari tuanya. Setidaknya jika ada Yessa disini, bisa membuat hari-hari mereka menyenangkan.
"Tapi aku tidak bisa memecat pekerja di rumah mas. Mereka sudah membantuku sejak aku bercerai dengan mas Dimas." kataku.
"Kita akan membawa mereka kesini, menambah pekerja di rumah ini sepertinya tidak masalah."
"Benarkah, apa mama dan papa tidak apa-apa?"
"Tidak akan masalah sayang. Mulai bulan depan aku memasrahkan semua keuangan untuk kebutuhan rumah ini ke padamu. Bayar para pekerja, listrik, air, kebutuhan dapur. Kebutuhan semuanya aku serahkan padamu, ya."
"Memangnya selama ini siapa yang mengaturnya mas?"
"Mama! Sekarang Aku hanya ingin mama dan papa bahagia bermain dengan cucu nya. Jadi kita yang akan mengambil alih semua urusan. Aku mengambil alih urusan perusahaan menggantikan papa, dan kamu yang mengurus urusan rumah menggantikan mama. Bagaimana?"
"Hmm! Aku bersedia, kalau mama tidak keberatan."
"Tentu tidak akan keberatan."
"Selama ini mas Dimas tinggal disini?" tanyaku penasaran.
"Iya! Rumah kita yang dulu sudah aku jual. Lalu bagaimana rumah yang sekarang kamu tempati jika kita pindah kesini?" tanya mas Dimas.
"Aku hanya mengontrak mas, mana mampu aku membeli rumah. Selama ini aku masih menabung untuk membeli rumah sendiri. Tapi tabunganku belum cukup untuk bisa membeli rumah."
"Ya sudah, kita tinggal disini saja."
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Aku tinggal di rumah bersama Dewi dan Yessa. Sedangkan, mama, papa dan mas Dimas menuju ke rumah orang tua Lisa untuk membatalkan rencana pernikahan mereka.
Entah apa yang akan terjadi disana nanti, aku tidak perduli. Yang jelas saat ini aku bahagia karena hidupku dan Yessa terasa sempurna.
Sekitar pukul 2 siang, mas Dimas dan kedua orang tuanya sudah kembali. Wajah mereka terlihat tidak baik-baik saja.
Aku meminta Dewi untuk mengambilkan air minum untuk mas Dimas. Mas Dimas duduk di ruang tengah, sedangkan mama dan papa langsung masuk ke dalam kamar. Sementara Yessa sedang tidur siang. "Bagaimana mas?" Tanyaku pada mas Dimas.
"Yaah, kami membatalkan pernikahanku dan Lissa. Meskipun mereka menolak, dan Lisa kekeh mengatakan jika anak itu anakku. Tapi kami tetap tidak ingin melanjutkan rencana pernikahan itu. Aku mengatakan akan menikahinya jika tes DNA bisa membuktikan anak itu adalah anakku." kata mas Dimas.
"Mas! Kamu tau Lisa licik kan?" ucapku, aku merasa takut jika hasil tes DNA anak itu benar-benar anak mas Dimas.
"Aku sendiri yang akan mengambil sampel tes DNA itu sayang. Jadi aku pastikan tidak akan ada kecurangan. Papa dan aku memiliki kuasa sayang. Jangan khawatirkan apapun."
Aku mengangguk, merasa lega mendengar perkataan Dimas.
Sekitar pukul 4 sore, aku dan mas Dimas berpamitan pada Yessa dan kedua orang tua mas Dimas.
"Yessa mommy dan daddy pergi dulu ya sayang." pamitku pada Yessa yang sedang di gendong papa. Yessa mengangguk paham. tidak pernah ada drama saat akan meninggalkan Yessa. Seperti tau jika mommy dan Daddy-nya akan pergi bekerja.
"Ma, Pa. Kami pergi dulu ya. Mungkin kami akan menginap di resort tuan River. Perjalanan ke sana lumayan jauh." kata mas Dimas berpamitan pada kedua orang tuanya.
"Iya, menginap saja. Jangan cemaskan Yessa, Mama dan Papa akan menjaganya. Ada Dewi juga yang membantu menjaga Yessa."
Kami akhirnya berangkat dengan diantar supir dan Leo juga ikut bersama kami. Perjalanan menuju ke kepulauan seribu sekitar 2 jam.
Sesampainya di sana sekitar pukul 5 lebih, aku dan mas Dimas langsung masuk ke dalam kamar yang telah di sediakan. Aku dan mas Dimas berada di kamar dengan pemandangan laut lepas.
Menatap sejenak debur ombak, dan menikmati terpaan angin laut, lalu kami bersiap untuk acara pesta nanti malam. Aku memakai dress panjang berwarna biru tua dan kalung berlian hadiah dari mas Dimas yang baru dia berikan. sementara mas Dimas memakai setelan tuxedo, membuat penampilannya sangat gagah dan menawan.
"Mas, Leo sudah menunggu di depan." ucapku. Aku lalu membantu suamiku mempersiapkan dirinya.
"Dasar jomblo, mengganggu saja." kata mas Dimas, meledek Leo.
"Mass! Dia kan memang asisten pribadimu. Jadi wajar jika selalu mengikutimu."
"Ya, tapi aku sudah memintanya untuk mencari pasangan, agar bisa dia bawa malam ini. Jadi tidak mengekori kita."
"Mana tau kalau nanti di pesta dia bertemu dengan perempuan yang menarik hatinya."
"Tidak akan ada perempuan yang tertarik dengan kanebo kering seperti dia An! Aku saja takut jika dia sudah menatapku dengan tajam. Pantas saja sampai sekarang masih jomblo." ucap mas Dimas.
Aku terkekeh mendengar pengakuan mas Dimas. Pasalnya tidak hanya aku yang takut jika Leo sudah menatap tajam, ternyata atasannya sendiri pun takut.
"Apa selama bekerja dengan mas Dimas, mas belum pernah melihatnya menggandeng wanita?" tanyaku penasaran.
"Mana aku tau! Aku baru 6 bulan menjadi Presdir."
"Jadi dulu Leo asisten papa?"
"Bukan, entah papa memungutnya dari mana. Tak jelas asal-usulnya. Dan saat aku menggantikan papa, dia juga baru diangkat papa menjadi asisten pribadiku. Tapi meskipun begitu, Leo sangat bisa diandalkan. Kesetiaannya padaku tidak perlu di ragukan. Makanya meskipun dia galak, aku tetap mempertahankannya." terang mas Dimas.
Aku yang baru selesai memasangkan dasi mas Dimas mengangguk saja mendengar penjelasan mas Dimas. Asisten Leo memang terlihat sangat tidak ramah. Kesan pertama ku saat melihatnya, dia seperti seorang yang angkuh.
Sampai saat ini aku tidak berani berinteraksi dengannya. Hanya jika ada mas Dimas, aku berani berdiskusi tentang pekerjaan dengannya. Selebihnya, aku lebih baik mencari tahu sendiri jika ada yang tidak aku mengerti, daripada bertanya dengannya.
Kami bertiga berjalan menuju ke tempat acara. Aku menggandeng lengan mas Dimas, kami berjalan berdampingan, sementara asisten Leo berjalan di belakang kami.
Melihat ekspresi Leo saat bertemu pemilik acara, benar-benar membuatku kesal. Bisa-bisanya dia tidak mengucapkan sepatah katapun.
Hanya bersalaman dan menunduk sopan, dengan ekspresi datar. Dasar kanebo kering. Aku menyetujui perkataan mas Dimas. Jika tidak akan ada wanita yang mau menjalin hubungan dengannya. Karena sikapnya benar-benar menyebalkan.
ada ada aj kau dim
good job Leo,.maklum lah Dimas kan CEO amatir..
Leo dikerjain bos yang lagi nyidam...