Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak ada ikatan anak dan ayah (30)
Senyum jahat terpampang begitu jelas. Mengira jika rencananya akan berhasil sempurna. "Bu, bukankah Salma kembali dari luar negeri? Bagaimana kalau kita membuat pernikahan," ujar pak Surya karena akan mengambil rencana kedua.
"Mereka berdua sahabatan, mana mungkin wanita itu mau." Jawab nenek Sari.
"Perusahaan sedang menurun, aku ingin bernegosiasi agar ayahnya mau membantu kita!" ucap pak Surya yang mulai mengganti topik dan membicarakan soal perusahaan.
"Surya! Jangan membuat malu keluarga kita. Dia hanya anak cacat dan kalau hal itu terjadi. Yang ada semakin jelek keluarga ini. Kamu tenang saja karena aku sudah menyiapkan rencana baru dan Delon sedang menjalankannya," ucap nenek Sari dengan wajah penuh keyakinan akan berhasil. Jari-jemarinya digenggam dengan begitu erat dan perang segera dimulai.
Tepat ketika anak dan ibu sedang bercengkrama. Di mana istri dari pak Surya, mereka segera mengganti topik agar bu Lidya tidak curiga.
Sedangkan di tempat lain.
"Ar, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Deva ketika melihat Ardi beberapa kali batuk.
"Tidak, mungkin hanya kelelahan. Urus semua ini untukku, pergilah sekarang juga!" titah Ardi karena membalas perbuatan mereka memang harus dilakukannya.
"Apa kamu yakin," ujar Deva.
"Ehm."
Deva pun segera pergi dan bengkel juga ditutup untuk perbaikan. Beristirahat untuk sejenak seraya menatap matahari dari balik jendela.
"Bu, maaf. Kehadiranku telah menciptakan kebencian semua orang padaku karena akulah yang mencelakai ibu," batin Ardi karena semuanya dimulai dari situ.
Ketika Ardi masih menatap langit. Tiba-tiba seseorang memanggilnya dengan langkah tergesa-gesa. "Tuan ... Tuan, ada seseorang yang mencari Anda!" ucap lelaki tersebut.
Ardi pun mengernyitkan dahinya. "Siapa mereka?" Itulah yang ada dipikirannya sekarang.
"Siapa?" tanya Ardi.
Belum sempat pekerja Ardi mengatakan, tiba-tiba saja seseorang memaksa masuk. "Itu aku!" sergah pak Surya.
"Bahkan kamu hanya memiliki bengkel kecil, itu sebabnya aku datang untuk meminta ini." Tanpa bertanya apa pun, pak Surya langsung menyodorkan
Akta kepemilikan Perusahaan yang sekarang menjadi rebutan.
"Bukankah perusahaan ini sudah kalian jalankan dan aku juga mendengar jika sedang menurun," ujar Ardi dengan ucapan santainya seolah sedang mengejek.
"Itu sebabnya karena kurangnya fokus pada perusahaan, kamu pun hanya seorang lelaki bodoh dengan memiliki sepetak bengkel, jadi aku memutuskan untuk mengambil alih." Jawab pak Surya tanpa ragu.
"Jika aku tidak mau, apa yang akan terjadi?" Masih dengan wajah tanpa ekspresi Ardi berucap.
"Setidaknya kamu harus tahu malu, yang lebih layak adalah Delon sebagai pewarisnya dan bukan kamu!" dengus pak Surya.
"Atas dasar apa Tuan yang terhormat berbicara demikian," ujar Ardi.
"Kamu tidak pantas mendapatkannya, terlebih kamulah orang yang membunuh istriku. Kehadiranmu membawa bencana bagi keluargaku, ingat itu!"
Pak Surya mencengkram kerah baju Ardi, melampiaskan dendam yang sudah bertahun-tahun ia tahan. Andai bocah 10 tahun kala itu tidak hadir, mungkin saja istrinya masih hidup hingga sekarang.
Dari balik tembok, Kenzie dengan sengaja bersembunyi untuk menemukan sebuah fakta. "Bahkan hewan saja masih bisa mengenali anaknya, sayangnya mereka sebagai manusia telah dibutakan oleh duniawi." Namun, ucapan tersebut hanya bisa diungkapkan di dalam hati sambil terus bersembunyi.
"Seandainya yang mati adalah aku, apakah Anda merasa kehilangan? Aku rasa tidak." Jawab Ardi dengan senyum penuh keterpaksaan.
"Bagiku, sejak saat itu aku sudah menganggapmu mati."
Wajah sendu serta tatapan penuh penderitaan. Namun, Ardi masih bisa menahan semua itu.
"Lalu, aku harus menyalahkan siapa ketika tiba-tiba aku berada di dunia ini? Bukankah seharusnya orang yang bersalah adalah Anda! Tetapi sekarang lihatlah. Bahkan seolah-olah di sini penjahatnya adalah aku," ucap Ardi dengan suara tegas, tanpa memiliki rasa takut ketika menghadapi sosok di depannya.
Semenjak Ardi mendapat kebencian, ketidakadilan. Saat itu juga kata hormat hilang baginya.
Plak!
"Tutup mulutmu! Jika kamu tidak memiliki kekurangan, mungkin ibumu tidak akan mati demi menyelamatkanmu!"
Belum cukup dengan satu tamparan, pak Surya terus saja mengungkit kejadian masa lalu. Di mana Ardi kecil kala itu berada di tengah jalan untuk mengambil bola. Sayang, telinganya tidak dapat mendengar hingga sebuah truk melaju dengan kecepatan tinggi merenggut nyawa sang ibu karena menyelamatkannya.
"Lalu, jika aku yang mati saat itu. Apakah Anda merelakannya?" Lagi … meski Ardi seorang lelaki, bukan berarti dia tidak bisa menangis. Dipersalahkan dan dihakimi atas kesalahan yang tak pernah ia lakukan.
Pak Surya menghela napas, sorot mata dengan sejuta kebencian tidak berkurang sedikitpun. "Mungkin lebih baik kamu yang mati, dari pada istriku."
Ardi yang mendengar seketika tertawa terbahak-bahak karena sesuai dugaannya. Jika pak Surya memang tak pernah berharap jika Ardi hadir di dunia ini.
Dibalik pintu. Melihat dua orang sedang perang dingin. Membuat Kenzie semakin tidak tahan melihat keadaan sang suami yang cukup menderita.
"Zie ...!"
Seketika semua orang berada tempat menatap tidak percaya akan kedatangan Kenzie setelah Ardi menyebut nama istrinya.
"Tuan yang terhormat. Anda sudah memutuskan hubungan darah dengan suamiku, tidakkah malu untuk mengambil hak darinya!" Tanpa memiliki rasa takut, Kenzie langsung menyerang pak Surya dengan ucapan kasar.
"Ini urusan antara aku dengan si tuli ini, tidak ada hubungannya denganmu–."
"Aku istrinya dan aku berhak menentukan untuk ikut campur atau tidak." Suara tegas dari Kenzie, membuat Ardi langsung menghentikan sang istri karena tidak ingin jika ikut terseret juga.
"Zie, jangan, mundurlah dan biarkan aku yang menyelesaikannya." Kata Ardi sedikit memohon.
"Tidak, aku tidak akan tinggal diam ketika orang macam lelaki tua sepertinya menghakimi tanpa punya bukti. Bahkan tega kepada anaknya sendiri–,"
"Diam perempuan ja lang! Setelah dia ... Membunuh istriku, saat itu juga aku tidak menganggap ada!" elak pak Surya dengan tutur kata yang begitu menggebu.
"Jika Anda sudah memutuskan hal itu, lantas kenapa masih mengusik kehidupannya? Atau memang hanya karena harta yang membuat Anda juga sengaja datang dan meminta untuk menyerahkan," ujar Kenzie dengan sudut bibir terangkat.
"Itu karena yang pantas mendapatkan adalah anakku, bukan dia." Pak Surya pun menunjuk ke arah Ardi.
"Aku akan memberikan dan setelah ini jangan pernah menyesali apa pun yang akan terjadi kedepannya," ujar Ardi.
"Ar, apa kamu gila? Itu perusahaan peninggalan ibumu, bahkan pewarisnya adalah kamu, bukan dia yang dengan serakah memintanya!" ucap Kenzie karena dengan mudahnya Ardi memberikan peninggalan ibunya.
"Biarkan dia menikmati hasilnya sebelum rasa menyesal timbul. Biarkan dia juga hidup dengan bayang-bayang rasa bersalah setelah semuanya telah selesai," balas Ardi.
Kenzie semakin tidak mengerti dengan ucapan Ardi, seolah-olah lelaki tersebut sedang memberikan teka-teki yang harus dipecahkan.
"Kenapa dengannya?" batin Kenzie.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...