cerita ini masih bersetting di Dunia Globus di sebuah benua besar yang bernama Fangkea .
Menceritakan tentang seorang anak manusia , dimana kedua orang tua nya di bunuh secara sadis dan kejam serta licik oleh sekelompok pendekar kultivator .
Trauma masa kecil , terbawa hingga usia remaja , yang membuahkan sebuah dendam kesumat .
Dalam pelarian nya , dia terpisah dari sang kakak sebagai pelindung satu satu nya .
Bagai manakah dia menapaki jalan nya dalam hidup sebatang kara dengan usia yang masih sangat belia .
Bisakah dia mengungkap motif pembunuhan kedua orang tua nya , serta mampu kah dia membalas dendam ? .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dikira Pecundang, ternyata Terpandang.
Terdorong oleh rasa malu dan penasaran nya, sang Patriak perguruan silat Sin Houw segera mencari Li Yi Feng dan Ran Ma Qiau, tentu saja di ikuti oleh Yin Mei dan si kembar Me Hwa dan Mei Li.
"Apa benar kau sudah mengalahkan putri ku cuma dalam satu jurus saja?" tanya sang Patriak pada kedua anak itu.
"Ampun patriak, ini bukan salah saya, Yin Mei yang menantang kami dengan mengatakan jika dia dapat menumbangkan kami cuma dalam tiga jurus saja, saya cuma membela diri patriak!" sahut Ran Ma Qiau.
"Apakah kau jujur?" tanya patriak.
"Tentu saja saya bertarung secara jujur patriak!" jawab Ran Ma Qiau.
"Tidak dengan cara curang?" tanya patriak lagi.
" Tidak patriak!" jawab Ma Qiau dengan mantap.
"Baiklah kalau begitu, untuk membuktikan kebenaran nya, bahwa kau memang dengan jujur, berani bertanding ulang dengan Yin Mei?" tanya patriak pada Ma Qiau.
Dengan mantap, anak itu menganggukkan kepala nya beberapa kali.
Karena waktu kalah bertanding tadi, Yin Mei tidak terluka sama sekali , sehingga sekarang, dia sudah kembali seperti sedia kala lagi.
Kali ini dia ingin membalaskan kekalahan nya yang sangat memalukan tadi.
Tadi kekalahan nya itu terjadi, dia anggap karena dia terlalu ceroboh meremehkan lawan nya, maka nya kali ini dia akan berhati hati.
Dia berencana jika dia memang nanti, dia akan membuat tubuh Ma Qiau menjadi cacat seumur hidup nya.
"Begini aturan nya, jika Ma Qiau kalah, berarti tadi dia menang dengan curang, dan sebagai hukuman nya, kedua kaki nya harus di patah kan, dan dia dikeluarkan dari perguruan ini!" terdengar suara sang Patriak.
"Tetapi bagai mana jika Yin Mei yang kalah lagi patriak?, apakah hukuman yang sama dia terima?" tanya Ma Qiau dengan berani nya.
Wajah patriak kian memerah menahan amarah nya, "kau berani menentang keputusan ku?" tanya patriak.
"Ampun patriak, saya tidak berani, saya cuma bertanya, bagai mana jika Yin Mei yang kalah lagi?, saya tahu patriak orang yang menjunjung tinggi nilai kebenaran dan kejujuran!" ujar Ma Qiau.
Sang Patriak terdiam beberapa saat lama nya, tadi dia tidak berpikir, bagai mana jika putri nya yang kalah lagi, apa hukuman yang sama yang harus dia berikan, apa dia sanggup mematahkan kedua kaki putri nya sendiri? .
Tetapi, pikiran nya sendiri kembali menyangkal nya sendiri, mana mungkin tingkat pelajaran yang demikian jauh berbeda, dapat di kalah kan begitu saja oleh anak kecil yang jauh berada di bawah nya.
"Jangan banyak protes lagi, ayo sekarang segera bertanding di tempat ini, biar para murid yang lain menjadi saksi nya!" ucap sang Patriak dengan perasaan hati yang membara.
"Awas berhati hati lah kau culas, kali ini akan ku buktikan jika kau bermain secara curang!" ujar Yin Mei sambil memulai serangan nya.
Kali ini dia menggunakan jurus Sin Houw Liong Cam tingkat ke delapan untuk membuat Ma Qiau tumbang dengan segera.
Untung Ma Qiau sudah menguasai semua teori jurus jurus Sin Houw Liong Cam itu dari Cin Hai hingga jurus terakhir, lengkap dengan kelemahan kelemahan nya dan cara membobol titik lemah jurus itu.
Kali ini Yin Mei menyerang Ma Qiau dengan sangat berhati hati sekali, dia tidak ingin kecolongan seperti sebelum nya.
Ma Qiau juga tidak ingin buru buru menumbangkan lawan nya, dia ingin melihat jurus jurus itu beberapa saat terlebih dahulu.
Sepuluh jurus segera berlalu, serangan dari Yin Mei seperti menghantam dinding beton yang tidak memiliki pintu.
Sedangkan sang Patriak memperhatikan jurus jurus dari Ma Qiau itu dengan seksama, dia terperanjat, hingga jurus yang kesepuluh, putri nya seperti tidak berdaya menghadapi anak kecil bernama Ma Qiau itu.
Semua jurus jurus yang di pergunakan Ma Qiau memang jurus dari Sin Houw Liong Cam tingkat empat, tetapi terlihat jauh lebih fleksibel dan sangat rapat sekali, sehingga tidak menyisakan satu celah pun.
Di saat jurus yang kesebelas, tiba tiba tubuh Ma Qiau melambung keatas sambil mengirimkan tendangan tinggi nya.
Untuk melepaskan diri nya dari tendangan tinggi Ma Qiau, Yin Mei mempergunakan kedua tangan nya di silang didepan dada nya.
Namun rupanya serangan tadi cuma pancingan belaka, karena ditengah jalan, tubuh Ma Qiau kembali melenting keatas tanah dengan bertumpu pada kedua tangan nya, sedangkan kedua kaki nya memberikan tendangan kearah uluhati Yin Mei.
Yin Mei yang tidak pernah menyangka serangan keatas tadi berubah seketika menjadi serangan rendah mengarah ke bawah, tidak lagi punya kesempatan untuk menghindar lagi.
Masih untung, serangan menuju uluhati tadi , dirubah Ma Qiau kearah perut saja, jika tidak, niscaya Yin Mei akan cidera berat.
"Buk!" .....
"Buk!" .....
Tendangan kedua kaki Ma Qiau berhasil mendarat sempurna di perut sang putri.
Sang Patriak juga menyadari, andai kan saja Ma Qiau tidak merubah arah serangan nya tadi, niscaya putri nya akan cidera berat.
Yin Mei terlempar hingga beberapa depa kebelakang, dengan posisi jatuh nya tunggang langgang.
Setelah selesai, Ma Qiau segera menjura di hadapan sang Patriak perguruan silat Sin Houw itu.
"Maafkan saya patriak, saya tidak bermaksud menyakiti nona Yin Mei!" ujar Ma Qiau sambil kembali menjura.
Sang Patriak perguruan terdiam mematung melihat kekalahan putri nya tadi, kini dia menyaksikan dengan mata kepala nya sendiri, jika putri nya memang dikalahkan dengan cara jujur.
Cuma dia heran, kenapa jurus yang di pergunakan oleh Ma Qiau tadi seperti jurus Sin Houw Liong Cam yang sudah di sempurnakan oleh seseorang, sehingga sangat rapat dan mematikan sekali.
Sang Patriak menatap kearah Ma Qiau dan Yi Feng dengan seksama, "siapa yang sudah mengajari mu jurus itu?" .....
"Selama ini kami belajar dari Suhu Yin patriak" sahut Yi Feng.
"Bohong!, kau mencoba berdusta kepada ku, Yin Fek Yong tidak serapat tadi jurus nya, aku tahu itu, katakan dengan jujur, atau aku akan memaksa mu!" ujar patriak dengan nada murka.
"Kami memang cuma belajar dari Suhu Yin patriak, tidak ada yang mengajari kami selain beliau, kecuali……!" kata kata Yi Feng tertahan karena ingat dengan janji nya.
"Kecuali apa? ... Katakan dengan jelas, atau aku akan memberikan hukuman berat kepada mu heh!" bentak patriak murka, karena menganggap Yi Feng dan Ma Qiau telah berkhianat kepada perguruan.
"Cin Hai yang memberitahukan kepada kami letak semua titik titik lemah dari jurus Sin Houw Liong Cam seluruh nya, dan mengajarkan kami cara memanfaatkan kelemahan itu, juga sekaligus mengajarkan pada kami cara menutupi kelemahan jurus jurus itu , sehingga jurus itu menjadi sangat mematikan!" jawab Ma Qiau jujur.
Mata sang Patriak terbelalak mendengar pernyataan dari kedua anak itu, "apaaaa?, Cin Hai!, dusta apa lagi yang kau karang heh?, apa kau pikir aku akan percaya?, katakan siapa yang mengajari mu, atau kedua kaki mu kupatahkan!"……
"Patahkan lah!, aku ingin melihat seberapa arogan nya sang Patriak yang hebat ini, bila itu kau lakukan, jangan panggil aku ayah, karena aku akan mematahkan batang leher mu juga!" tiba tiba dihadapan patriak muncul Lau Bin Ong sang leluhur perguruan silat Sin Houw itu.
Gemetar tubuh patriak mendengar bentakan yang menggema seperti Sambaran petir di telinga nya.
Bibir nya pucat pasi, karena seumur hidup nya, baru kali ini sang ayah membentak nya dengan sangat kasar seperti itu.
"Ke… ke napa ayah membela mereka, mereka adalah musuh yang akan menghancurkan perguruan ini ayah!" bantah sang Patriak.
"Apa yang mereka katakan adalah kebenaran nya, tahukah kamu, kenapa aku mengutamakan anak itu untuk mengisi gentong air ku?, karena aku melihat hal yang tidak kau lihat, aku melihat urat dan tulang yang sangat istimewa pada anak itu, dan satu hal lagi, anak itu memiliki kecerdasan diatas rata rata, sehingga dia mampu mengingat jurus seseorang, walaupun jurus itu baru sekali itu dia lihat, dan satu hal lagi, anak itu memiliki mata yang sangat jeli serta sangat tajam, melebihi tajam nya mata Rajawali, dia bisa melihat letak titik titik lemah nya satu jurus silat, dan bisa memanfaatkan letak titik lemah itu, serta dengan kecerdasan nya, dia bisa membuat gerakan yang dapat menutupi titik lemah itu!" kata kata sang leluhur perguruan itu seperti petir yang menyambar di dada nya.
"Tetapi ayah, anak itu seorang pecundang yang tidak bisa berkultivasi, masa depan nya buruk!" ujar patriak mencoba membela diri dengan mengatakan jika Cin Hai adalah pecundang.
"Yang pecundang itu adalah kau!, karena mata mu buta, bisa di kelabui nya, entah bagai mana cara nya, tingkat kultivasi anak itu diatas kultivasi para murid murid perguruan ini, dan yang aku tidak habis pikir, dia mampu memendam tingkat kultivasi nya hingga tampak tidak berkembang, tetapi mata ku dan batin ku tidak bisa dia kelabui, sungguh kalian sudah berhasil dia kelabui!" ucapan leluhur itu membuat patriak terdiam seribu bahasa.
...****************...
tarung ya tarung saja
bukankah trakhir x jiang bi sudah di langit menengah.?