Elisabet Stevani br Situmorang, tadinya, seorang mahasiswa berprestasi dan genius di kampusnya.
Namun, setelah ibunya meninggal dan ayahnya menikah lagi, Elisabet kecewa dan marah, demi menghibur dirinya ia setuju mengikuti ajakan temannya dan kekasihnya ke klup malam, ternyata ia melakukan kesalahan satu malam, Elisabet hamil dan kekasihnya lari dari tanggung jawab.
Karena Ayahnya malu, untuk menutupi aib keluarganya, ia membayar seorang pegawai bawahan untuk menikahi dan membawanya jauh dari ibu kota, Elisabet di kucilkan di satu desa terpencil di Sabulan di Samosir Danau toba.
Hidup bersama ibu mertua yang yang sudah tua dan ipar yang memiliki keterbelakangan mental, Elisabet sangat depresi karena keluarga dan suaminya membuangnya saat ia hamil, tetapi karena kebaikan ibu mertuanya ia bisa bertahan dan berhasil melahirkan anak yang tampan dan zenius.
Beberapa tahun kemudian, Elisabet kembali, ia mengubah indentitasnya dan penampilannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Perduli Lagi
Terus belajar dan belajar, dari kecil hingga menjadi perusahaan, berawal dari sebuah kerja keras dan ketekunan Vani dari sepuluh tahun. Akhirnya ibu satu anak memiliki Startup Ecommers yang di beri nama Jonas Karya.
Awal ia mendirikan perusahaan itu , ia beberapa kali gagal karena ia masih tinggal di desa, untungnya sahabatnya William membantunya, sedikit demi sedikit ia mendapatkan user yang mau berkerja sama dengannya.
Setelah perusahaan itu sudah berdiri, akhirnya Vani memboyong ibu mertua, anak, serta iparnya ke Jakarta, awalnya ia ingin menghancurkan perusahaan besar milik sang ayah dan ingin menggantikannya dengan Jonas Karya.
Tetapi perusahaan itu tidak mau tumpang, ayahnya begitu kuat,
banyak kolega yang mau membantu. Vani tidak mau menyerah, ia menggunakan cara lain, ia jadi salah satu pemegang saham di sana dan mendapatkan posisi sebagai komisaris.
*
Bonar masih duduk di sisi badan mobil, ia berhenti di pinggir jalan, membiarkan angin malam menyapu wajahnya yang terasa masih panas. Bonar baru saja mengantar Sudung ke rumahnya, tetapi pembicaraan ia dan ayah mertua membuatnya masih gugup, lalu ia mengeluarkan ponsel miliknya dan menelepon Vani.
Malam itu kebetulan Vani menyalakan ponsel lama miliknya karena ia mencari nomor teman lama, saat melihat Bonar menelepon ia malas mengangkat, ia tidak ingin merasakan rasa sakit di dalam hati.
“Untuk apa lagi dia menelepon, aku lagi malas berdebat” Vani menghela napas panjang lalu ia mengusap tanda panggil berwarna hijau, “ Ada apa Bang?”
“Kamu sudah tidur?”
“Belum”
“Kenapa ponselmu tidak pernah aktif beberapa hari ini?”
“Sengaja dimatiin”
“Ayo kita bertemu malam ini … ada yang ingin aku bicarakan sama kamu”
‘Dia pasti meminta ke hotel”
“Hotel lagi …”
“Kok kamu langsung bilang begitu sih? aku kan belum bilang apa-apa.
"Ya kan setiap kali abang meneleponku, pasti obrolan kita akan membahas itu”
“Wajarlah Vani, aku ini lelaki normal, burung juga butuh pelampiasan”
“Ya makanya aku bilang sama kamu, setiap kali kamu meneleponku atau mengajakku pasti hanya ingin melakukan itu”
“Ya wajarlah … aku berpikir, dari pada melakukan dengan perempuan lain, lebih baik melakukannya denganmu. Kamu juga menginginkannya kan ? tidak usah munafik, apa jangan-jangan kamu menyewa pria lain”
‘Kurang ajar ni orang’ Vani kesal.
“Aku tidak seburuk kamu yang melakukannya dengan bermacam-macam wanita”
“Ah, lah kamu jangan munafik lah, masa kamu tidak pernah menginginkannya , padahal kamu masih muda”
“Jika aku hanya ingin menginginkan itu darimu, aku tidak perlu memaksa dirimu, aku tinggal pilih alat dan aku bisa memilih pikirannya,” ujar Vani.
“Dug …
Bonar terkejut dengan jawaban Vani, “kamu menggunakan alat?”
“Jika aku hanya menginginkan itu dari kamu, ku lebih memilih alat, itu aku bilang Pak Bonar”
“Harus kamu bersyukur Vani, aku mengajakmu Vani, karena kamu pun …”
“Sudah melakukan dengan pria lain?”potong Vani.
“Ya”
“Ah, pikiranmu kuno, itu saja yang kamu gunakan untuk menekanku, padahal, aku sudah bilang padamu, aku dijebak … tapi, aku bersyukur untuk hal itu, karena dengan itulah ku punya anak yang tampan dan mengenal ibu mertuaku”
“Kamu bersyukur kamu bilang …?”Bonar sangat marah mendengar.
“Ya, kenapa?”
“Kamu bersyukur dan aku menyesal, gara-gara bapakmu memaksaku menikahi wanita sepertimu, hidupku susah, aku tidak punya masa depan. Sampai saat ini Pak Sudung selalu memintaku untuk bertahan denganmu. Apa kamu tidak tahu kalau kamu sudah menghancurkan hidupku!”
Vani juga ikut terbawa amarah, hilang sudah kesabaran wanita cantik itu,” baiklah, aku akan menandatangani surat cerai kita aku akan mengirimnya ke tempatmu.”
Bonar terkejut, ia ikut diam pundaknya nak turun seirama napas yang keluar dari hidungnya.
“Aku akan tutup teleponnya”
“Tunggu aku-”
“Jangan khawatir, aku akan mengirimnya dalam waktu dekat” Vani menutup teleponnya.
“Tunggu! Aku … halo! Halo”
Terlambat, Vani sudah menutup telepon, “ aku ingin bicara denganmu.”
Padahal niat Bonar ingin berbaikan dengan Vani, namun, karena ia tidak bisa menahan diri semuanya jadi rusak, ia panik mencoba menelepon Vani lagi, Vani sudah mematikan teleponnya.
“Jangan penh bicara padaku lagi,” ujar Vani menahan dadanya terasa sangat panas.
Hari yang ditunggu akhir nya tiba Lonax merayakan ulang tahun di kantor, rencananya Sudung akan memperkenalkan para pegawai baru alah satunya Vani .
“Lu sudah siap?” Tanya William.
“Sudah, tapi berhenti menggunakan lu, dan gue, aku takut kamu keceplosan nanti”
“Baiklah, aku akan mengingatnya. Pergilah kejutkan keluargamu,” ujar William ia mengantar Vani sampai ke kantor
Vani dan William menggunakan alat komunikasi, setelah tiba di kantor tersebut, Vani turun menggunakan penutup kepala dan kaca mata , ia tidak mau orang -orang mengenalnya sebelum perkenalan, setelah melewati pemeriksaan satpam di pintu Vani masuk ke kamar mandi
“Kamu sudah sampai di kantor?” tanya Vani menekan satu jari ke kuping.
“Sudah , tunggu bentar aku akan melihat dari laptop”
Vani dan William bekerja sama, William akan melihat keadaan dalam aula pertemuan, Vani tidak ingin bertemu dengan ibu tirinya sebelum acara di mulai, setelah William melihat keadaan dalam aula melalui cctv, barulah ia meminta Vani masuk.
“Ok sekarang kamu masuk, sepertinya mereka semua masih mendengar pengarahan”
“Apa di aula sudah ada orang?”
“Sudah ada tamu undangan mereka para pengusaha UKM”
“Ok aku akan duduk dengan mereka”
Saat Bonar dan para karyawan yang lain sedang mendengar pengarahan, barulah Vani masuk dan duduk di kursi tamu, walau Vani sudah menyiapkan diri jauh-jauh dari. Namun, tetap saja ia merasa gugup.
‘Tenang Vani, kamu wanita yang kuat, mereka semua tidak ada apa-apanya;
“Apa kamu gugup?” tanya William melalui alat komunikasi mereka.
“Sedikit,” Vani menutup wajahnya dengan rambutnya,
“Jangan gugup Van, jangan tunjukkan pada mereka kelemahan mu”
“Baiklah,” sahut Vani
“Tunjukkan pada para lelaki itu kalau kamu wanita yang sangat cantik, buat Bonar menyesal karena terus- terus mengabaikan mu. Bila perlu buat mereka bertekuk lutut padamu”
“Sudah … jangan menyinggung lelaki itu lagi, aku tidak perduli lagi padanya”
“Kamu yakin?” William meledek Vani, karena ia tau kalau Vani mencintai Bonar.
“Sudah, jangan ajak aku bicara lagi, mereka sudah datang,” bisik Vani.
Apakah Vani berhasil membuat kejutan untuk keluarganya?
Bagaimana nanti reaksi Bonar saat melihat Vani akan bekerja di kanor yang sama dengannya bahkan menjadi atasannya.
Bersambung
KAKAK BAIK JANGAN LUPA TEKAN TANDA LOVE, BERI LIKE, KOMEN DAN KASIH KOPI ATAU BUNGA KALAU BERKENAN AGAR AUTHORNYA SEMANGAT UPDATE TIAP HARI.
Jangan lupa juga untuk membaca karyaku yang lain ya kakak akak.
Terima kasih sudah membaca karya saya, semoga Kaka suka dan terhibur.