Menceritakan kisah cinta dari seorang Pemuda yang salah jatuh cinta, karna menyukai istri orang, dan di masa depan dia menikahi anak dari wanita itu.
"Mba, gue suka sama Mba." pernyataan tak terduga dari seorang tuan muda Fazakha Almafriz Widjaya.
" Astaghfirulloh Tuan muda!! kan Tuan muda tau saya udah punya anak sama suami," Jawab kaget Miana Tinada Trihaka.
"Bunda, maksudnya om ini suka sama bunda gitu? " Anzia Almana Trihaka
"Iya emang kenapa? dasar bocil." Jawab ngegas Faza.
"Idih...denger ya om! jan ganjen godain bunda ntar Zia kutuk gak ketemu jodoh ampe kepala 3" Asal ceplos Zia.
.
.
.
.
13 tahun kemudian.
"s
Seneng sekarang ya kamu! dulu aja kamu suka istri saya sekarang anak saya jadi istri kamu." Tutur Vandra Trihaka
"Gak papalah ya om... eh maksudnya ayah mertua," senyum tengil "Dari rival jadi menantu." Tambah Faza dengan senyum kikuk
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DeaIsw31, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati yang tergerak dan kebenarannya
"Katakan tujuan aslimu, SEKARANG! " Bentak Amena.
"Heh, bunuh saja aku, aku tidak akan berkata apapun. Dan gilanya mereka mengirim gadis belia sepertimu, lebih baik lepaskan aku dan kita bersenang-senang disini," ucap orang yang babak belur dan sedang di introgasi Amena.
"Sialan! menjijikkan!" Amena dengan pelan.
Dan, di balik ruangan lain, Andreo tengah mengepalkan tangannya, andai ini bukan ujian Amena sudah dia pastikan masuk kedalam dan membunuh pria yang menggoda Amena.
Amena lalu menelisik penampilan orang itu lalu berhenti lantaran melihat sesuatu yang aneh di kuping pria yang tengah dia introgasi.
"Kau tertarik? Mau main denganku? " Ucap pria itu.
Amena menunjukan senyumnya lalu duduk di atas meja dan memegang kuping orang itu, Andreo yqng sedari tadi mengawasi sedang terbakar Api cemburu.
"Hm..." Amena dengan nada genit.
"Lepaskan aku, maka aku akan memuaskanmu."
Amena tetap diam, lalu dengan sigap dia menarik kuping pria itu dan terlihat tombol lalu dia tekan.
Pria itu langsung terdiam dan Amena dengan cepat merobek semua kulit pria tadi,
"Ck, ternyata ini jebakan! ini adalah boneka."Amena.
Andreo langsung masuk dan menarik Amena dari boneka pria itu, Andreo yang sadar mengambil sesuatu di jantung robot itu lalu menembak salah satu kabel disana, karna dia sadar ada bom di robot yang persis seperti manusia, bahkan ada darah buatan juga agar mereka percaya dengan lebam dan luka yang ada di robot itu.
"Kita harus kasih kabar Fikran dan selamatkan kakek Aldhain,sepertinya ini sebuah konspirasi." Amena.
Andreo mengangguk dan segera menghubungi Fikran.
Begitu sambungan telfon tersambung, "Kenapa boy? " Fikran.
"Kak, udah sampe belum? " Andreo.
"Sebentar lagi," Fikran.
"Kalian harus cepat putar balik di tengah jalan ke markas, ada Jebakan disana." Andreo.
" Kamu telat beritahu An, karna jebakan itu sudah di depan kami."Fikran.
Andreo mendengar Fikran membanting setir, sebelum telfon terputus,"Gila. kita sudah telat! kakek sudah masuk perangkap," Andreo.
"Cepat bawa pistolmu,kita akan membantu mereka." Amena.
Andreo bergegas mengikuti Amena yang berlari,mereka menuju ke parkiran, dimana motor milik Amena berada.
Amena hendak duduk menyetir namun Andreo langsung membopong Amena duduk di kursi belakang, dia yang akan menyetir.
"Jangan gila lo, lo emang bisa bawa motor?" Amena dengan takut kalau Andreo tidka bisa bawa motor malah jadi ugal-ugalan.
"Udah diem, biar saya yang nyetir." Andreo.
Mesin motor menyala, mereka memakai masker dan topi lantaran helm tak ada, motor pun melaju dengan kecepatan penuh.
"Gila, keren bangat ni bocah, masih remaja aja bisa bawa motor sebadas ini ngalahin gue." Batin Amena.
Selang beberapa menit mereka sampai ke tujuan, mereka melihat Fikran dan Aldhain bapak belur, dengan cepat Amena menodongkan,lalu menarik pelatuk pistolnya dan dor dor dor peluru mengenai jantung para musuh, tepat sasaran.
Andreo semakin melajukan motornya guna memperdekat jarak mereka dengan musuh.
Terjadilah pertarungan sengit di pagi hari.
...----------------...
"Kamu beneran tidak masalah aku tinggal?" Faza dengan khawatir.
"Tenang sayang, aku baik-baik saja, aku akan istirahat di rumah." Zia.
"Kalo perut kamu sakit, atau muntah-muntah parah ngomong ke aku langsung ya." Faza.
Zia hanya mengangguk sambil merasakan kecupan Faza di keningnya.
Zia benar-benar istirahat total, sementara Faza sedang berkutik dengan laptopNya.
"Hah...,ternyata gibran menikahi orang yang salah." gumam Faza.
Dia segera memberitahu Gibran untuk keperusahaannya. Sekitar 2 jam, Faza menunggu sambil rapat dan menyelesaikan dokumen pekerjaan yang tengah ia kerjakan, Gibran pun datang.
"Kabar penting apa yamg mau lo bilang, Za?"Gibran sambil menikmati kopi yang disuguhkan sekertaris Faza.
" Lo harus dengerin gue, dosa lo bener-bener besar bangat,Gib!"Faza.
"Loh. Kok, kamu bisa tiba-tiba menilai aku gitu? emang kamu malaikat Raqib, Atid?" Gibran sambil terkekeh geli.
"Ini, lo lihat ini, biar tau maksud gue apa," Faza menyodorkan sebuah berkas laporan dari sekertaris kepercayaannya ke pada Gibran.
Gibran dengan bingung menerima itu, lalu membacanya.Betapa terkejutnya, ternyata selama ini dia dijebak istrinya sendiri,
"Ini rekaman cctv 5 tahun lalu, gue gak bisa lihat karna ini privasi lo, yang gue liat cuman pas si cewe pergi." Faza.
"Cewe? Privasi?" Gibran bingung kembali.
Faza menepuk pundak Gibran dan keluar agar Gibran melihat rekaman itu.
Sekepergian Faza, Gibran memutar salah satu file yang diberikan Faza, karna ada dua file.
"Jangan,,, hikss kumohon berhenti lah..." Rintih dan berontak seorang gadis berhijab di balik monitor laptop Faza.
Gibran terus melihat adegan disana, dia bisa melihat gilanya pria didalam video itu terus menjamah gadis yang sudah menangis memohon untuk dilepaskan, memaksanya membuka pakaian, bahkan! dengan bruntak pria di layar yang Gibran lihat menikmati semua perlakuannya pada sanh gadis tampa bekas kasih, sampai adegan dimana pria itu memaksakan kehendaknya.
Tes
Air mata Gibran menetes, dia merasa hina! menjijikkan! karna pria dilayar adalah dirinya, bahunya bergetar,ternyata dia meniduri Melur, anak rekan bisnisnya, bukan mantan istrinya itu. Dengan gilanya dia menyeret Melur daan melecehkan Melur, pria bejad, bajingan nan brengsek yang dividio itu adalah dirinya, yamg berlaku bejat merusak marwah seorang gadis.
Dia tak menghiraukan rintihan dan jerit permohonan gadis itu. Dia, ah...tidak! maksudnya, dirinya sendiri seorang Gibran Hairlizer Bimantara, memperkosa anak rekan bisnisnya. Dia melihat sampai selesai dimana dirinya tertidur dan Melur menangis memakai bajunya dan dia keluar.
Adegan itu belum selesai,saat itu juga mantan istrinya datang sambil mengoleskan darah yang masih basah di sprai itu pada pahanya,mantan istrinya sudah berbaring di kasur dengan tubuh bugil namun terbangun lagi mengambil sesuatu.
"Ah, aku hampir lupa mematikan kamera ini, aku kira aku yang akan menghabiskan malam panas l, eh malah cewe hijab tadi yang di kasur ini, tapi bagus si, kan gue bukan prawan, jadi bisa manfaatin darah gadis tadi." Gumamnya lalu mematikan kamera dan vidio pun berakhir.
Gibran menangis tergugu, sungguh dirinya seorang brengsek yang keji, penjahat wanita, dia telah melakukan kesalahan yang sangat besar, karna salah bertanggung jawab.
"Melur..." Lirih Gibran.
Disaat Gibran kalut, Faza masuk dan menenangkan sohibnya sambil berkata, "Kejarlah Melur, Gib. Dia di Rusia, dia juga memiliki seorang putra."
Mata Gibran melebar seketika,air matanya luruh kembali, " Faza....T-terima ka-kas-sih..."suara Gibran dengan gemetar, bersamaan dengan tangisnya yang sangat penuh penyesalan.
Faza memeluk sohibnya itu, ikut merasakan kepedihan yang Gibran rasakan.
...----------------...
Itali
"Jangan sakiti istriku!" Teriak seorang pria.
"Hahahahaha , Vandra...Vandra...istri lo cantik bangat." Ucap lawan bicaraNya sambil memegang dagu Mia.
Mia dengan sigap meludahi pria itu dan menendangNya, pria itu tersungkur, dia merasa tidak terima, dia hendak menampar Mia tapi ditahan Vandra.
"Cukup main-mainNya!" Ucap Vandra dengan nada dingin dan tatapan tajam, dengan cepat dia menembakkan peluru ke pada pria yang menyaksikan acting dirinya bersama istrinya.
"Ba-bagaimana m-mungkin!" Ucap orang itu sambil memuntahkan darah.
"Ya?" Vandra memiringkan kepalanya sambil smirk khasNya, "Jawabannya, Karna kau masuk jebakan kami." Vandra.
"Hahahahaha." Tawa pria yang hampir sekarat itu, lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir.
"Mas, kayaknya ada yang aneh, kenapa dia tertawa?" Mia.
"Kita harus segera pergi, sepertiNya ini jebakan, dia bukan bos aslinya." Vandra, sambil menggandeng Mia untuk pergi namun na'as, mereka dikepung ratusan orang.