Follow IG @thalindalena
Add fb Thalinda Lena
"Tidak mau sekolah kalau Daddy tidak mau melamar Bu Guru!!!" Gadis kecil itu melipat kedua tangan di depan dada, seraya memalingkan wajahnya tidak lupa bibirnya cemberut lima senti meter.
Logan menggaruk pelipisnya yang tidak gatal. Pusing menghadapi putri kecilnya kalau sudah tantrum begini. Anaknya pikir melamar Bu Guru seperti membeli cabai di super market?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lena linol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Usir dia!
“Hei! Apa yang kau lakukan di sini?!” tegur Bibi Jolie pada Logan yang menggelar matras di depan pintu unit apartemen Keira.
Logan yang sedang duduk, seperti orang bertapa, langsung berdiri, menatap wanita paruh baya itu lalu menundukkan setengah badannya.
“Bibi, aku di sini karena ingin bertemu Keira,” ucap Logan.
“Keira? Ada hubungan apa kau dengan Keira?” tanya Bibi Jolie, menatap pria itu dengan curiga.
“A...” Logan membuka mulut, lalu menutup mulut lagi, bingung mau menjawab apa.
“Ck! Anak muda jaman sekarang memang agak gila!” gerutu Bibi Jolie. “Kau di sini karena ingin merayu Keira ‘kan?!” tuduhnya seraya menunjuk wajah Logan. “Aku tahu, putriku sangat cantik dan menawan, tapi kau tidak akan pernah bisa meluluhkan hatinya, jadi cepat pergi dari sini!” usir Bibi Jolie, galak, lalu mendekat ke arah pintu, menekan bel pintu tersebut.
Tidak berselang lama pintu terbuka. “Bibi.” Keira menyembulkan kepala, menatap Bibi Jolie, lalu beralih menatap Logan yang ternyata masih ada di sana.
“Bibi mengantarkan makan malam untukmu. Dan ... usir pria ini dari sini!” Bibi Jolie menunjuk Logan yang berdiri di belakangnya. “Sangat mengganggu penghuni apartemen lain karena dia menggelar matras di di depan sini!”
“Terima kasih, Bibi.” Keira menerima pemberian Bibi Jolie, tidak lupa mengucapkan maaf kepada wanita paruh baya tersebut.
Bibi Jolie pamit pergi, karena hari sudah malam, dan ia pun butuh istirahat.
Setelah Bibi Jolie tidak terlihat, Keira keluar dari pintu, berkacak pinggang dan berhadapan dengan Logan.
“Kenapa kau masih di sini?” desis Keira, marah.
“Aku di sini karena ingin bertemu dengan Mia.”
“Bertemu dengan Mia? Kau pikir aku ini bodoh!” Keira menunjuk kepalanya sendiri dengan perasaan jengkel luar biasa.
Logan berdehem pelan, menundukkan kepalanya sebentar, lalu kembali menatap Keira. “Ya, aku jujur, aku di sini karena ingin bertemu denganmu. Aku ingin minta maaf, dan mendapatkan maaf tulus darimu,” ucap Logan, pada akhirnya.
“Sebelumnya aku sudah bilang kalau aku sudah memaafkanmu, tapi jangan harap aku bisa melupakan semua perbuatanmu di masa lalu!” tegas Keira, menunjuk Logan penuh kebencian.
“Kei, aku salah. Kau bebas ingin memukulku atau memakiku, tapi tolong jangan benci aku,” mohon Logan.
“Cih! Kau sinting?” Keira memaki Logan dengan sengit sambil melotot. “Sayangnya rasa benci itu sudah mendarah daging! Luka yang kau torehkan tidak akan pernah hilang atau berkurang! Setelah sekian lama aku berjuang keras melupakan semuanya, kini aku di pertemukan lagi dengan orang sepertimu, sama saja membuka luka hatiku yang sudah akan mengering! Di sini ...” Keira menepuk dadanya sendiri berulang kali. “Luka hatiku kembali basah!” Keira mengatakan semua itu dengan berapi-api, kedua matanya memerah, menahan amarah dan juga tangis.
Logan terpaku di tempat mendengar ucapan Keira yang di penuhi kebencian yang sangat dalam.
“Katakan padaku, Kei. Katakan bagaimana caranya aku menebus semua kesalahanku?” Logan bertanya lirih, menatap Keira dengan pandangan berkaca-kaca.
“Tidak ada yang perlu kau lakukan! Kau hanya perlu menjauh dariku!” tegas Keira, lalu melangkah mundur, masuk ke dalam apartemen, dan menutup pintu dengan rapat.
Logan hendak mencegah Keira, namun sayangnya lidahnya terasa kelu, dan tubuhnya kaku.
**
Harus sabar ya, Logan. Semua tidak akan mudah, apalagi kamu udah menorehkan luka yang teramat dalam ke hati Keira. Wajar aja sih kalau Keira benci kamu sampai kayak gitu.