Karena ditinggalkan oleh kekasihnya dalam keadaan hamil, Felinova terpaksa setuju menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya untuk menutupi aib keluarga.
Faisal Ramadhan, lelaki pekerja keras yang hidup sebatang kara dan pernah diasuh oleh keluarga Handoko pada akhirnya menikah dengan putri tunggal keluarga konglomerat itu sebagai bentuk balas budinya.
Kehidupan pernikahan yang dingin dan tanpa cinta membuat Feli tersiksa, terlebih setelah ia diasingkan di desa kecil bersama suaminya yang lebih tua 15 tahun darinya.
Sanggupkah Feli bertahan dan jatuh hati pada ketulusan Faisal? Atau pernikahan itu akan usai setelah si bayi lahir seperti kesepakatan di awal?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namaku Sarah
Usai sarapan bersama, Handoko dan Faisal berangkat menuju gudang dan kebun teh. Di sana ratusan petani menyambut kedatangan Bos besar mereka dengan hangat. Handoko juga menyempatkan waktu untuk memberi semangat dan sedikit oleh-oleh pada para pekerjanya.
Selama berkeliling ke kebun teh, Handoko berkali-kali memuji hasil kerja keras Faisal yang telah merawat dan mengawasi puluhan hektar perkebunan dengan baik. Handoko sangat bersyukur, Faisal telah membuat usahanya semakin berkembang. Padahal tadinya ia hanya memiliki tak sampai 10 Hektar kebun, namun seiring berjalan waktu jumlah itu semakin bertambah saat Faisal yang menghandle semuanya.
"Kalo butuh sesuatu atau Feli merepotkanmu dengan permintaan yang aneh-aneh, jangan sungkan-sungkan mintalah pada Papi, Sal!" pinta Handoko saat mereka berdua sudah dalam perjalanan kembali ke gudang.
"Iya, Pi." Faisal menyahut singkat.
"Apa Feli betah tinggal di sini?" selidik Handoko sembari menolehi Faisal.
Di tatap dengan intens membuat Faisal mulai gugup. Ia sendiri tak pernah bertanya tentang hal ini pada Feli. Selama ini Faisal terlalu sibuk menghindarinya alih-alih menemani kesendiriannya di tempat baru.
"Sepertinya begitu, Pi."
"Sepertinya?!" tukas Handoko heran mendengar jawaban Faisal yang rancu.
"Feli harus beradaptasi dengan lingkungan baru, dan sejauh ini dia terlihat enjoy dengan semuanya, Pi." Faisal mulai panik.
Handoko menghela napas panjang. "Tak ada pilihan lain, Sal. Feli harus menjalani takdir ini sebagai hukuman atas perbuatannya."
Hening, Faisal tak berani menginterupsi.
"Sebenarnya Papi nggak tega lihat Feli harus tinggal di rumahmu itu. Apa perlu Papi membelikan rumah untuk kalian?"
"Tidak ... tidak perlu, Pi. Selama ini Feli cukup betah di rumah. Lagipula Feli harus terbiasa hidup sederhana, Papi dan Mami terlalu memanjakan dia."
Handoko manggut-manggut, ia setuju dengan pemikiran Faisal. Dia dan Sartika memang terlalu memanjakan Feli dengan kemewahan dan segala fasilitas.
"Aku akan mengajari Feli hidup sederhana, Pi. Tapi bukan berarti hidup kami akan kekurangan."
"Lakukanlah semaumu, Nak. Papi percayakan Feli sama kamu karena Papi yakin kamu bisa menjaganya dengan baik."
Meskipun pernah hidup dengan bergelimang harta, jiwa Faisal tetaplah sederhana. Ia menabung semua gaji yang ia dapatkan dari Handoko, membeli rumah kecil yang cukup untuk dirinya, tak pernah membeli barang yang tak berguna, makan seadanya dan jarang menghambur-hamburkan uangnya. Bila Faisal mau, bisa saja ia membeli rumah paling besar di desa ini dengan uang tabungannya. Namun Faisal tak butuh rumah besar, ia hanya butuh rumah yang hangat dan nyaman setiap kali ia pulang.
"Nah, itu Mami!" Handoko menunjuk seorang wanita berpakain modis yang tengah menunggunya di depan gudang.
"Papi langsung pulang ke kota?" tanya Faisal heran, padahal tadinya ia pikir orang tuanya akan menginap.
"Tentu saja! Kami nggak suka mengganggu pengantin baru," seloroh Handoko sembari tertawa.
Faisal merona, pengantin baru, huh?
Sartika memeluk putranya begitu mereka tiba, ia menepuk-nepuk bahu Faisal dengan hangat.
"Mami titip Feli ya, Sal. Tadi Mami sudah kasi dia wejangan biar manut sama suami," ungkap Sartika setelah mengurai pelukannya.
Faisal mengangguk, ia kehabisan kata-kata.
"Kamu juga jangan terlalu sibuk, Sal. Ajak lah Feli jalan-jalan sesekali. Tadi Mami lihat kayanya Feli kurang piknik, mukanya cemberut terus tiap Mami nasehati."
"Iya, Mi. Nanti minggu depan Feli akan Faisal ajak jalan-jalan."
"Bener?"
Faisal mengangguk cepat.
"Yuk ah, Mi. Keburu malem nanti kita sampe di kota. Kami pulang dulu ya, Sal!" Handoko mengapit lengan istrinya dan membukakan pintu.
"Bye, Sal! Inget pesen Mami! Jangan sering-sering berantem ya kalian!" cerocos Sartika sambil membuka kaca mobil.
Faisal kembali mengangguk entah untuk yang keberapa kali. Mobil SUV itupun mulai melaju perlahan. Sartika melambaikan tangan pada putra sekaligus menantunya itu dengan sedih.
Hembusan napas lega menjadi tanda bila Faisal kini merasa terbebas. Ia berbalik dan masuk ke dalam gudang untuk kembali mengerjakan beberapa laporan pengiriman yang belum sempat di cek. Dengan langkah lebar, Faisal menaiki tangga menuju ruangannya. Langkahnya tiba-tiba terhenti saat ponselnya bergetar di saku celana. Ada panggilan masuk dari tetangga sebelah rumah.
"Halo," sapa Faisal heran.
"Mas Faisal, istrinya pingsan!"
Sekujur tubuh Faisal menegang seketika. Ia lekas memutus sambungan telefon itu tanpa sempat mengucapkan terima kasih. Tangannya mulai mencari nomor Zul di daftar kontak.
"Ha--"
"Zul, kamu di mana? Cepet kesini! Anterin aku pulang ke rumah, Feli pingsan!"
.
.
Aroma menyengat yang sangat tajam menusuk indra penciuman Felinova hingga membuatnya siuman.
"Sudah bangun?"
Suara seorang wanita membuat Feli mengerjapkan mata beberapa kali. Kepalanya masih terasa pusing, entah karena aroma menyengat tadi atau karena -- tunggu, di mana dia sekarang?
Feli mengawasi sekelilingnya yang terasa asing. Apakah dia berada di Rumah Sakit?
"Tadi Mbak Feli pingsan. Terus Mas Faisal bawa Mbak ke sini," terang wanita cantik itu sembari memasang stetoskop di telinganya.
Faisal?
Bukannya tadi lelaki es batu itu sedang bekerja? Bagaimana bisa dia membawa Feli ke tempat ini?
"Saya panggilin Mas Faisal dulu, ya. Daritadi dia nunggu di luar."
"Mbak, eh Dok ..."
"Panggil saja saya Sarah. Saya Bidan di desa ini."
...****************...
wahh sumpah y kak ical jd knytaan mlh lgsung nikah y jg ma kak ical bkn dgn yg mirip sma dia🤣🤣🤣
ku fkir jonas mw bicara klo dia ga akn bw feli k amerika degh krn dia jg ga tega misahin feli n love dr haikal