Sherin mempunyai perasaan lebih pada Abimanyu, pria yang di kenalnya sejak masuk kuliah.
Sherin tak pantang menyerah meski Abi sama sekali tidak pernah menganggap Sherin sebagai wanita yang spesial di dalam hidupnya.
Hingga suatu ketika, perjuangan Sherin itu harus terhenti ketika Abi ternyata mencintai sahabat Sherin sendiri, yaitu Ana.
Lalu bagaimana kisah mereka setelah beberapa tahun berlalu, Abi datang lagi dalam kehidupannya sebagai salah satu kreditor di perusahaan Sherin sedangkan Sherin sendiri sudah mempunyai pria lain di hatinya??
Apa masih ada rasa yang tertinggal di hati Sherin untuk Abi??
"Apa sudah tidak ada lagi rasa cinta yang tertinggal di hati mu untuk ku??" Abimanyu...
"Tidak!! Yang ada hanya rasa penyesalan karena pernah mencintaimu" Sherina Mahesa....
Lalu, bagaimana jika Abi baru menyadari perasaanya pada Sherin ketika Sherin bukan lagi wanita yang selalu menatapnya dengan penuh cinta??
Apa Abi akan mendapatkan cinta Sherin lagi??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melakukan hal yang sama
Hari sudah mulai sore, langit pun sudah mulai tertutup awan gelap. Sebentar lagi pasti akan turun hujan. Sedangkan Sherin dan yang lainnya belum juga kembali.
Abi semakin khawatir karena tadi mereka pergi begitu saja. Kalau tidak segera kembali ke resort, sudah pasti mereka akan terjebak hujan entah itu di mana.
"Di mana Sherin??" Abi langsung menghampiri Anjas dan Nana yang baru saja tiba.
"Jadi dia belum balik lagi ke sini??" Anjas masih mengatur nafasnya.
"Belum" Abi semakin cemas.
"Gue sama Nana udah cari kemana-mana tapi nggak ketemu. Gue balik kesini karena gue pikir dia udah balik duluan" Jawab Anjas.
"Terus gimana dong?? Nomornya juga nggak aktif, mana mau hujan lagi" Di antara semuanya tentu Nana yang paling khawatir. Dia sampai ingin menangis saat ini.
"Semua ini gara-gara dia!!" Tunjuk Anjas pada wanita yang sejak tadi duduk diam tanpa rasa bersalah.
"Lo masih mau belain dia Bi??" Anjas beralih menatap tajam pada Abi.
"Sudah Njas, nggak ada waktu untuk bahas ini. Lebih baik kita cari Sherin lagi. Kita mencari aja biar cepet. Lo sama Nana, gue sendiri"
Ana menatap Abi yang tak mempedulikannya. Pria itu malah jelas menunjukkan kekhawatirannya pada Sherin.
Dia jelas tak bisa mencegah Abi, mengingat apa yang telah terjadi tadi.
"Oke, tapi kita pinjam payung dulu"
Mereka bertiga pun kembali pergi mencari Sherin. Meski tak tau kemana perginya Sherin, tapi mereka yakin Sherin tak akan pergi jauh dari sana.
Abi dan Anjas berpisah di persimpangan jalan, Abi menuju kebun teh di sisi kanan, sedangkan Anjas dan Nana ke sisi kiri.
Titik-titik hujan mulai turun, Abi mulai mengembangkan payungnya. Kabut juga mulai menyelimuti udara di sekitarnya. Membuat jarak pandang Abi sangat terbatas.
"SHERIN!!"
"SHERINAAA!!!"
A
Teriak Abi, walau sebenarnya Abi yakin suaranya akan tenggelam karena derasnya air hujan.
"Kamu di mana Sherin??"
Abi semakin khawatir, membayangkan Sherin sendirian, di tengah hujan dan kabut seperti ini. Belum lagi Sherin tak membawa payung saat ini.
Abi hanya berharap kalau Sherin bisa menemukan tempat berteduh saat ini.
"SHERIIIINNNN!!!" Teriak Abi lagi tak pantang menyerah.
Kakinya yang memijak jalanan tanah yang licin membuat Abi sedikit kesusahan, apalagi dia harus jeli melihat ke sekitarnya siapa tau melihat keberadaan Sherin.
Sudah lumayan jauh juga Abi berjalan dari persimpangan tempat Abi terpisah dengan Anjas tadi. Tapi tanda-tanda keberadaan Sherin belum juga dia lihat.
Dia semakin merasakan dingin yang menusuk sampai ke tulang. Apalagi dia hanya memakai kaos seragam yang dia pakai sejak tadi pagi.
Abi melihat sebuah gubug kecil di kejauhan. Tapi letaknya yang ada di tengah-tengah kebun teh dan cukup kaur dari jalan yang di lewati Abi dapat ini, rasanya tak mungkin jika Sherin ada di sana. Seandainya Sherin melewati jalan itu, pasti Sherin akan berjalan terus menyusuri jalanan.
Abi melanjutkan perjalanannya, tapi mendadak dia berbalik dan turun ke pepohonan teh, menuju gubug yang ada di tengah-tengah sana. Rasanya ada sesuatu yang menariknya untuk mendekat ke sana.
Cukup kesusahan bagi Abi karena harus memilih jalan untuk sampai ke tengah sana. Gubug kecil itu cukup tertutup dengan pagar dari bambu mengelilinginya.
Hati Abi tanpa sadar berharap jika gubug itu mampu menjadi tempat berlindung bagi Sherin saat ini. Setidaknya wanita itu tak akan basah karena hujan yang semakin deras itu.
"Huuffff..." Abi membuang nafasnya kasar. Lebih tepatnya nafas lega karena akhirnya seseorang yang dia cari benar ada di sana.
...Wanita berambut panjang yang ternyata begitu basah itu duduk menekuk kakinya untuk menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya. Baju yang di kenakan wanita itu juga semakin membuat Abi yakin jika dia benar wanita yang membuat Abi kelimpungan sejak tadi....
Abi melempar payungnya begitu saja. Mencoba mendekati Sherin yang sepertinya belum menyadari kehadirannya.
"Sherin" Panggil Abi dengan pelan. Abi mencoba menyentuh bahu Sherin.
"Sherina" Panggil Abi sekali lagi.
Perlahan Sherin mengangkat kepalanya. Melihat pria di masa lalunya itu berdiri di sana dalam keadaan yang sama dengan dirinya, yaitu basah karena kehujanan.
Walau sudah memakai payung, tapi hujan disertai angin mampu membuat Abi tetap basah.
"Ayo pulang, di sini dingin" Abi mengulurkan tangannya untuk Sherin. Dia tidak menyinggung masalah tadi lebih dulu, dia hanya ingin membawa Sherin pulang saat ini.
"Tinggalkan saja saya di sini. Silahkan Pak Abi pergi dulu. Untuk apa juga Pak Abi repot-repot mencari saya sampai ke sini"
Untuk apa pula Abi datang menjemputnya. Harusnya Abi marah kepadanya seperti dulu lagi karena Ana telah membuat sandiwara seakan Sherin tampak buruk di mata orang banyak.
Abi akhirnya memilih duduk lebih dulu. Dia tau kalau Sherin saat ini sedang tidak baik-baik saja. Mungkin dia akan menjelaskan semuanya dulu agar Sherin mau pulang bersamanya.
"Saya minta maaf" Entah maaf Abi itu untuk kesalahan yang mana.
"Untuk apa Pak Abi minta maaf?? Saya kan sudah membuat kekasih Pak Abi jatuh" Menurut Sherin, percuma saja memberikan penjelasan, dia yakin kalau Abi pasti akan membela Ana.
"Semua bukan salah kamu, saya sudah melihat semuanya" Sherin langsung menoleh menatap Abi.
FLASHBACK ON
Abi menjauh untuk mengambil minum untuk Ana. Tapi dia sebenarnya sedang mencoba mengendalikan dirinya yang tidak bisa menahan kesal saat melihat Sherin dan Anjas begitu dekat seperti itu.
"Kurang ajar si Anjas"
Abi justru merasakan seperti seorang pria yang cemburu ketika kekasihnya didekati pria lain.
Abi menyambar sebotol minuman di depannya, lalu kembali lagi mengantri mereka. Setelah sebelumnya menarik nafas panjangnya, untuk mengurai perasaan anehnya itu.
Abi menghentikan langkahnya saat melihat perdebatan Ana dengan Sherin.
"Terserah apa katamu. Aku tidak peduli!! Ayo pergi!!" Sherin tampak ingin pergi dari sana Namun, Abi melihat Ana sengaja menarik tangan Sherin dengan kencang sehingga Sherin yang terkejut secara refleks menarik kembali tangannya, namun Ana justru tersentak ke belakang dan jatuh di kubangan air.
"Akkhhhh..!!" Teriak Ana mengundang perhatian.
"Sherin, kalau jamu emang nggak mau makan siang sama aku, nggak papa kok. Tapi kenapa kamu harus dorong aku kaya gini"
Abi sempat terkejut dengan ucapan Ana itu, apalagi Abi melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau Ana sengaja terjatuh sendiri.
Sherin tampak kebingungan melihat ke sekitarnya. Mungkin dia malu karena menjadi pusat perhatian orang.
Deg...
Mata Abi bertemu dengan manik mata Sherin yang tampak ketakutan itu. Mendadak Abi teringat kejadian waktu itu, di mana Ana juga menangis karena ulah Sherin.
Tapi Abi juga ingat kalau dia membela Ana tanpa mendengar penjelasan Sheri dulu.
"Apa dulu Ana juga berbohong?? Apa dia melakukan hal yang sama??"
"Apa maksud lo Ana?? Jelas-jelas lo jatuh sendiri!!" Anjas tampak marah dengan Ana.
"Kamu kalau benci sama aku silahkan Anjas. Tapi jangan pernah membela yang salah!!"
"Dasar wanita licik!!"
Sherin masih terdiam karena Abi mengunci tatapan Sherin kepadanya. Namun tak berapa lama, Sherin memilih pergi dari sana, berlari menembus banyaknya orang yang ada di sana. Anjas dan Nana pun ikut mengejarnya.
Abi lalu berlatih pada wanita yang masih duduk bersimpuh di tanah. Abi juga melihat dia mengusap air matanya lalu tersenyum penuh kemenangan.
"Jadi seperti ini kamu yang sebenarnya Ana??"
Ana membelalak dan tampak gelagapan melihat Abi yang sudah ada di dekatnya.
"A-abi, t-tadi Sherin mendorongku, l-lalu a-aku...".
"Cukup Ana!!"
Abi ikut berjongkok untuk mensejajarkan dirinya dengan Ana.
"Aku sudah melihat dengan mata kepalaku sendiri kalau kamu sengaja menjatuhkan diri mu sendiri!! Aku tidak percaya kalau kamu ternyata sejahat ini. Aku menyesal telah memilih kamu daripada Sherin hanya karena termakan hasutan kamu!! Dasar kekanak-kanakan!!"
Abi langsung berdiri menjauh dari Ana. Dia ingin mengejar Sherin namun masih ada tanggungjawab yang harus dia pikul. Mungkin dia akan menunggu Anjas lebih dulu.
Dia juga meninggalkan Ana begitu saja. Dia sudah terlanjur marah. Tapi marah pada dirinya sendiri yang begitu mudah terhasut.
FLASHBACK OFF
"Sekarang kita pulang ke resort dulu ya, udah mau gelap. Hujannya juga belum reda dan kabutnya sudah turun"
Mau tak mau Sherin menuruti permintaan Abi. Daripada dia terjebak di gubuk kecil itu semalaman bersama Abi, lebih baik dia kembali sekarang.
Sherin turun dari gubug itu. Kakinya yang hanya berbalut kaus kaki basah membuat Abi mencari sepatu Sherin.
"Tidak ada, tadi tertinggal entah di mana saat aku lari ke sini" Ucap Sherin yang tau kalau Abi mencari sepatunya.
Tapi apa yang di lakukan Abi justru membuat Sheri terkejut.
Pria itu berjongkok melepas sepatunya dan memakaikannya di kaki Sherin.
"Pak Abi tidak perlu melakukan ini" Sherin berusaha menyingkirkan kakinya namun di tahan oleh Abi.
"Pakai ini saja dulu, kalau tidak mau aku gendong"
bukan mcm kmu bermuka dua🤭🤭