NovelToon NovelToon
9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

9 MONTHS (Perjanjian Pernikahan)

Status: tamat
Genre:Tamat / Poligami / Hamil di luar nikah / Menikah Karena Anak / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:6.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Yutantia 10

Nuri terpaksa menerima perjanjian pernikahan 9 bulan yang ditawarkan Sabda, kerena Dennis, pria yang menghamilinya meninggal dunia. Sabda adalah kakak Dennis dan sudah memiliki istri. 9 bulan itu menjadi masa yang sulit bagi Nuri karena dia selalu mendapatkan intimidasi dari mertuanya dan istri pertama Sabda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 20

Nuri mengacak acak almari dikamarnya. Dia sangat gelisah saat satu-satunya barang berharga miliknya hilang dari laci. Nuri tak peduli pakaiannya berserakan diatas ranjang. Mengobrak abrik seluruh isi almari, berharap dia lupa melatakkan, tak menaruhnya didalam laci melainkan di sudut lain.

Setelah almari kosong, Nuri duduk diatas ranjang sambil menyeka keringat. Tak mungkin benda itu bisa hilang begitu saja, jelas ada yang mencurinya.

Nuri yang emosi, langsung mendatangi kamar Yulia. Tak ada orang lain yang dia curigai selain mertuanya itu.

Tok tok tok

"Ibu, buka pintunya Bu, buka." Teriak Nuri dari balik pintu. Tak kunjung terbuka, Nuri kembali menggedornya.

Begitu pintu terbuka, muncul Yulia dari dalam dengan rahang mengeras dan mata melotot. "Beraninya kamu mengganggu tidur siangku?" bentak Yulia.

"Kembalikan cincinku Bu." Nuri menengadahkan telapak tangannya kedepan Yulia.

"Cincin apa? Emang kau punya cincin?" ledek Yulia.

"Jangan pura-pura tak tahu. Ibu kan, yang mengambil cincin pernikahanku dengan Kak Sabda?" Meski Nuri tak pernah mengenakannya, tapi dia menyimpan cincin itu dengan baik.

Bukannya marah, Yulia malah tergelak mendengar tuduhan Nuri.

"Hei miskin," makinya. "Kau pikir aku semiskin dirimu, hingga mencuri cincin yang tak seberapa harganya itu."

Nuri tersenyum getir mendengar kesombongan mertuanya. "Kenapa tidak, hari itu saja, Ibu mengambil uangku dari kak Sabda yang jumlahnya tak seberapa."

Wajah Yulia memerah karena emosi mendengar Nuri membalikkan kalimatnya.

"Sekarang kembalikan cincinku," todong Nuri.

"Bukan aku yang mencurinya."

"Terserah jika Ibu tak mau mengaku. Aku akan meminta Kak Sabda mengecek cctv." Jika uang, Nuri tak terlalu mempermasalahkannya. Tapi cincin itu adalah cincin pernikahan.

"Silakan saja, aku tidak takut. Biar sekalian teman kamu itu dipecat dari sini." Sahut Yulia sambil menyeringai lebar.

"Apa maksud Ibu?" Nuri sama sekali tak paham.

"Tanya saja pada Tutik." Sekali lagi Yulia menyeringai lebar lalu masuk kedalam kamar dan menutup kembali pintunya.

Tutik, ada apa ini sebenarnya? Nuri dibuat bingung dengan kalimat Yulia tadi.

Tak mau makin bingung, Nuri mencari Tutik. Dia menemukan wanita itu sedang berada diteras belakang sambil menelepon.

"Mbak Tutik."

Panggilan Nuri membuat Tutik langsung menoleh kebelakang. Segera dia matikan sambungan telepon dengan anaknya yang ada di kampung.

"Ada apa Nur?"

"Apa mbak Tutik tahu dimana cincin pernihakanku?" Wajah Tutik seketika pucat pasi mendapat pertanyaan seperti itu. Dia tampak sangat gugup, membuat Nuri merasa jika ada sesuatu yang disembunyikan Tutik darinya. "Ada apa Mbak? Bukan Mbak Tutikkan yang mengambilnya?"

Tutik langsung menggeleng cepat. "Bu, bukan aku Nur." Jawabnya dengan suara bergetar.

Nuri heran, jika memang bukan dia, kenapa Tutik terlihat ketakutan. Tapi dia tak mungkin menuduh tanpa bukti. Terlebih lagi, selama tinggal disini, Tutik sangat baik padanya.

"Ya sudah kalau bukan Mbak Tutik yang mengambilnya. Maaf jika kesannya aku menuduh." Tutik seketika bernafas lega. "Biar aku minta Kak Sabda mengecek cctv biar aku tahu siapa yang mengambil."

Detik itu juga, ponsel yang dipegang Tutik terjatuh. Air mata merembes dari sudut matanya, membuat Nuri makin bingung. Ada apa sebenarnya dengan Tutik?

"Tolong jangan lakukan itu Nur. Tolong jangan adukan masalah ini pada Tuan Sabda." Tutik memohon sambil memegang kedua tangan Nuri.

"Apa itu artinya, Mbak Tutik yang mengambil cincinku?"

Nuri menutupi mulutnya yang menganga dengan telapak tangan ketika melihat Tutik mengangguk. Dia sungguh tak percaya Tutik yang di kenal sebagai orang baik, mencuri cincin pernikahannya.

"Maafkan aku Nuri, maaf." Ujar Tutik sambil menangis sesenggukan.

"Tapi kenapa Mbak? Kenapa Mbak Tutik mengambil cincin pernikahanku?"

"Aku terpaksa Nur."

"Terpaksa?"

Tutik mengangguk. "Aku punya banyak hutang pada nyonya Yulia karena harus menutupi hutang-hutang mantan suamiku. Semua itu aku lakukan agar rumahku yang digadaikan tak disita rentenir."

"Tapi kenapa harus dengan mencuri cincinku Mbak?" Ingin sekali Nuri berteriak dan memaki Tutik.

"Nyonya Yulia menagih hutangku dua hari yang lalu. Dulu perjanjiannya, aku bisa mengangsur dengan potong gaji. Tapi tiba-tiba, nyonya Yulia minta aku melunasinya saat itu juga. Jika tidak bisa, dia akan langsung memecatku. Aku sangat butuh pekerjaan ini Nur, aku memohon pada nyonya Yulia agar tak dipecat. Dan saat itu, dia memberikan penawaran. Jika aku berhasil mencuri cincin pernikahanmu lalu menjualnya. Dia akan menganggap hutangku lunas dengan uang penjualan cincin itu."

Tubuh Nuri terasa lemas. Dia bingung saat ini, harus marah atau harus simpati. Dia kesal sekali pada Yulia yang pandai memanfaatkan keadaan. Pantas saja wanita itu tak takut sama sekali saat Nuri mengancam akan mengecek cctv, karena bukan dia yang mencuri. Dia hanya sedang memanfaatkan keadaan. Menggunakan Tutik sebagai bonekanya.

"Aku mohon maafkan aku Nur, tolong jangan adukan masalah ini pada Tuan Sabda." Kemarin saat Nuri pergi ke makam, Tutik masuk kekamar Nuri. Dia berusaha bersikap natural agar saat ada satpam yang melihatnya dari cctv, dia terlihat sedang bersih bersih dan hendak membersihkan kamar Nuri.

Tapi meskipun begitu, jika Nuri mengadu cincinnya hilang, sudah pasti Tutik menjadi tersangka utama karena hanya dia yang masuk kedalam kamar Nuri.

"Aku akan berusaha menggantinya suatu saat nanti," ujar Tutik.

"Bukan masalah uangnya, tapi itu cincin pernikahanku Mbak." Air mata Nuri meleleh saat mengatakannya. Satu satunya barang miliknya yang dia anggap berharga, telah hilang sekarang.

.

.

.

Pagi-pagi, Yulia sudah teriak teriak memanggil Tutik. Dia menyuruh wanita itu menyetrika bajunya yang menurutnya kurang licin meski sudah disetrika. Dia tak percaya diri jika memakai baju yang kusut meski hanya ujungnya saja. Melihat Tutik yang sedang sibuk membersikan toilet dekat dapur, Nuri menawarkan diri.

"Biar saja saja yang menyetrikanya Bu."

"Bagus deh kalau begitu." Sahut Yulia sambil menyeringai lebar. "Cuci tanganmu dulu sebelum menyentuh bajuku. Aku tak mau baju kesayanganku kotor karenamu."

Nuri berjalan menuju wastafel, mencuci tangan menggunakan sabun lalu mengeringkannya.

Plug

Nuri kaget saat Yulia tiba-tiba melemparkan baju tersebut tepat dikepalanya.

Nuri menarik nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Tidak, dia tak boleh marah. Nuri mengambil baju yang tersangkut dikepalanya lalu berjalan menuju tempat setrika.

"Ingat, yang licin. Aku akan menyuruhmu mengulang terus jika masih kusut," teriak Yulia.

Nuri tak menanggapi, terus berjalan menuju tempat setrika. Setelah memastikan setrikaan panas, Nuri meletakkannya diatas baju kesayangan Yulia. Membiarkannya hingga tercium bau gosong.

Saat Nuri mengangkat setrikaan, tampak baju Yulia sudah terbakar hingga berlubang. Baru setelah itu, Nuri mematikan setrika.

"Bagaimana, sudah selesai?" Tanya Yulia yang baru datang. Dia mencium bau gosong. Dan seketika matanya melotot saat melihat Nuri menunjukkan bajunya yang terbakar.

"Kurang ajar, kau sengaja membakar bajuku?" Yulia merampas baju ditangan Nuri. Dia menatap nanar baju kesayangan yang tak mungkin lagi bisa dia pakai.

"Apa sekarang Ibu tahu seperti apa rasanya kehilangan barang yang kita sayang?" ujar Nuri sambil tersenyum getir. "Itu hanya baju Bu, bukan apa apa. Ibu bahkan punya ratusan baju lain dialmari. Sedang aku, Ibu tega mengambil satu-satunya barang berharga milikku, cincin pernikahan," tekan Nuri.

Yulia menatap Nuri nyalang dengan nafas memburu. Dia tak menyangka jika Nuri makin berani padanya.

"Jadi kau balas dendam?"

"Tidak Bu," Nuri menggeleng. "Aku hanya ingin mengingatkan Ibu, jika aku tak akan diam saja jika terus terusan diperlakukan buruk."

.

Buat yang sedang nunggu update nya kutukan mantan, maaf banget. Author lagi dikejar deadline sekarang. Novel ini ikut lomba, jadi harus mencapai target kata tangal 7 Mei nanti. Sekali lagi mohon maaf. Heaven dan Mayra, tetap akan lanjut.

1
Yuni Harti
Luar biasa
Srianriani Jaya
lumayan
Ninik Dwi Prihastuti
critanya sangat menyentuh thor
josefina matongo
maratonku selesai jga
jhoni faisal
👍💕
syh 03
Luar biasa
Ika Noviana
mertua laknat😭
Ida. Rusmawati.
/Smile/
Qaisaa Nazarudin
Lha bukannya mereka udah nikah ya? Kok akan nikah?
Ika Noviana
hebat Nuri jangan mau di tindas👍
Dewi Sabriani
Luar biasa
Calista Azka
lanjut thor
Calista Azka
sedih banget lihat kisah hidup Nuri😢
Calista Azka
lanjut Thor
Calista Azka
lanjut
Evangelista
cerita nya baguss.
keren mbak./Smile//Smile//Smile/
Merry Merr
Lumayan
Merry Merr
Biasa
Yenni Ajah Lah
Luar biasa
Yenni Ajah Lah
good job nuri, jgn mau d tindas.../Good//Good/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!