NovelToon NovelToon
Kode Rahasia Di Hati

Kode Rahasia Di Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.

Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dawson Family

Evans akhirnya mengundang Lucy untuk makan malam bersama keluarganya. Lucy, yang awalnya ingin menolak dengan berbagai alasan, tidak dapat mengelak setelah Evans meyakinkannya bahwa ini hanya bagian dari peran yang ia mainkan sebagai kekasih pura-pura. Namun, jauh di lubuk hatinya, Lucy merasakan gugup yang tak biasa.

Di suatu sore yang cerah, Evans memarkir mobil sport hitamnya di depan apartemen Lucy. Ia menatap jam tangannya, memastikan ia tidak datang terlalu awal atau terlalu terlambat. Ketika ia mengirim pesan bahwa ia telah tiba, tidak butuh waktu lama sebelum pintu apartemen terbuka, dan Lucy muncul.

Lucy keluar dengan gaun biru anggun yang memeluk tubuhnya dengan sempurna. Rambutnya yang biasanya digelung rapi di kantor kini terurai lembut, memberikan kesan santai namun tetap memikat. Evans sempat terpaku beberapa detik, bahkan melupakan niatnya untuk turun dari mobil dan membukakan pintu.

Ia akhirnya tersadar dan buru-buru keluar. “Lucy,” sapa Evans dengan senyum yang agak kaku. “Kau terlihat... luar biasa.”

Lucy tersenyum kecil. “Terima kasih. Jadi, ke mana kita pergi malam ini, Tuan Dawson?” candanya dengan nada formal.

Evans menggeleng sambil tertawa kecil. “Sudah kubilang, panggil saja Evans.”

Dengan gerakan sopan, Evans membukakan pintu mobil untuk Lucy. “Silakan, Nona,” ujarnya dengan nada sedikit menggoda.

Lucy mengangguk tipis dan melangkah masuk ke dalam mobil. Setelah memastikan Lucy nyaman, Evans menutup pintu dan masuk ke sisi pengemudi.

Di dalam mobil, suasana awalnya terasa canggung. Evans mencoba mencairkan suasana dengan percakapan ringan.

“Jadi, apa pendapatmu tentang ide makan malam ini?” tanyanya sambil melirik Lucy sekilas.

Lucy memainkan jemarinya di pangkuan, berpura-pura tenang. “Saya pikir ini bagian dari tugas saya, jadi saya akan melakukannya sebaik mungkin.”

Evans tersenyum. “Bukan hanya tugas. Aku benar-benar ingin kau bertemu dengan keluargaku. Mereka akan menyukaimu.”

Lucy menoleh, menatap Evans dengan pandangan skeptis. “Apa kau yakin? Aku tidak tahu apakah mereka akan benar-benar menyukai seseorang seperti aku.”

Evans tertawa kecil. “Percayalah, Lucy. Kau punya semua kualitas yang mereka hormati. Lagipula, kau sudah membuat kesan yang baik padaku, dan itu bukan hal yang mudah.”

Lucy menggeleng pelan, merasa Evans terlalu memujinya. “Yah, kita lihat saja nanti.”

Saat perjalanan berlanjut, Evans tiba-tiba bertanya, “Lucy, kau tidak pernah bercerita tentang dirimu. Dari mana kau berasal?”

Lucy terdiam sejenak. Ia tahu Evans hanya ingin tahu lebih banyak tentang dirinya, tetapi ia tidak bisa memberikan jawaban jujur tanpa membocorkan identitas sebenarnya.

“Aku... hanya seorang wanita biasa yang mencoba bertahan hidup di dunia ini,” jawabnya sambil tersenyum samar.

Evans mengernyit. “Itu jawaban yang sangat generik. Pasti ada sesuatu yang lebih dari itu.”

Lucy tertawa kecil, mencoba mengalihkan perhatian. “Evans, kau terlalu penasaran. Bukankah lebih baik kita bicara tentang keluargamu? Aku ingin tahu apa yang harus aku harapkan malam ini.”

Evans menghela napas, tetapi membiarkan Lucy mengganti topik. “Baiklah. Keluargaku cukup sederhana. Ibuku, Eleanor, adalah wanita yang sangat perhatian dan cerdas. Dia akan menyukaimu dalam hitungan detik. Adikku, Clara, sedikit lebih energik, tetapi dia sangat ramah.”

Lucy mengangguk, mencatat informasi itu. “Kedengarannya seperti keluarga yang menyenangkan.”

“Memang,” jawab Evans sambil tersenyum. “Dan aku yakin mereka akan menganggapmu bagian dari keluarga dalam waktu singkat.”

Lucy hanya tersenyum, tetapi hatinya berdebar. Ia tahu hubungan ini hanya sandiwara, tetapi perhatian Evans membuatnya merasa terjebak di antara realitas dan fiksi.

Ketika mobil berhenti di depan kediaman Dawson, Evans mematikan mesin dan berbalik menghadap Lucy.

“Lucy,” katanya dengan nada serius. “Aku tahu kau mungkin gugup, tetapi kau tidak perlu khawatir. Cukup jadi dirimu sendiri.”

Lucy menatapnya, lalu mengangguk. “Terima kasih, Evans. Aku akan melakukan yang terbaik.”

Evans tersenyum hangat, lalu keluar untuk membukakan pintu untuk Lucy. Ketika Lucy melangkah keluar, ia melihat mansion megah keluarga Dawson berdiri dengan megah di hadapannya. Ia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya, sebelum melangkah bersama Evans menuju pintu utama.

Rumah itu megah, dengan desain arsitektur klasik dan taman yang luas. Evans menggandeng tangan Lucy saat mereka berjalan menuju pintu masuk, membuat Lucy semakin sadar bahwa ia kini berada di pusat perhatian.

Pintu dibuka oleh seorang pelayan yang langsung menyambut mereka dengan sopan. Evans membawa Lucy masuk ke ruang tamu, di mana keluarganya sudah menunggu. Di sana ada ibunya, Mrs. Eleanor Dawson, yang duduk dengan anggun di sofa. Ayahnya, Mr. Gregory Dawson, sedang berbincang dengan tamu lain, sementara adik perempuan Evans, Sophie, tampak asyik bermain dengan ponselnya.

“Evans! Akhirnya kau datang,” kata Mrs. Eleanor dengan senyum lebar. Namun, matanya langsung tertuju pada Lucy. “Dan ini pasti...?”

“Lucy,” kata Evans sambil menggenggam tangan Lucy lebih erat. “Dia kekasihku.”

Pernyataan itu membuat semua orang di ruangan terdiam sejenak, lalu Eleanor tersenyum lebih lebar. “Oh, kau sangat cantik, Lucy. Aku sudah lama ingin bertemu dengan wanita yang berhasil mencuri hati Evans.”

Lucy tersenyum sopan. “Terima kasih, Mrs. Dawson. Senang sekali bisa bertemu dengan Anda.”

Eleanor melambaikan tangannya. “Panggil saja Mommy, sayang.”

Yang duduk tidak jauh dari mereka, mendekat dengan penasaran. “Jadi ini Lucy? Kakak iparku? Aku pikir kak Evans tidak akan pernah memperkenalkan siapa pun kepada keluarga. Berarti kakak ipar, sangat spesial.”

Lucy merasa pipinya memanas, tetapi ia tetap tersenyum. “Saya hanya beruntung.”

Evans tertawa kecil. “Clara, jangan menakuti kekasihku.”

Makan malam diatur dengan gaya formal, tetapi suasananya tetap hangat dan ramah. Meja makan besar dihiasi dengan lilin-lilin mewah dan bunga segar. Lucy duduk di samping Evans, sementara Eleanor Dawson dan Clara Dawson duduk di seberang mereka. Mr. Gregory Dawson, yang awalnya tampak sibuk, akhirnya bergabung.

“Makanan malam ini dibuat khusus untuk tamu istimewa kita,” kata Eleanor sambil melirik Lucy. “Kau suka masakan Prancis, sayang?”

“Saya suka mencoba hal baru,” jawab Lucy dengan sopan. “Terima kasih telah mengundang saya ke sini.”

Eleanor tersenyum puas. “Evans tidak pernah membawa siapa pun ke makan malam keluarga sebelumnya. Ini adalah sesuatu yang spesial.”

Gregory, yang selama ini diam, akhirnya angkat bicara. “Jadi, Lucy, apa yang membuatmu tertarik pada putraku?”

Pertanyaan itu membuat suasana sedikit tegang. Lucy tahu ini adalah ujian kecil, dan ia harus menjawabnya dengan hati-hati.

“Evans adalah pria yang cerdas dan peduli,” kata Lucy dengan suara tenang. “Saya sangat menghormati cara dia memimpin, tidak hanya di pekerjaannya tetapi juga dalam kehidupannya.”

Jawaban itu membuat Gregory mengangguk pelan. “Jawaban yang bagus.”

Clara, yang mendengar percakapan itu, menambahkan dengan nada menggoda, “Dan Evans juga sangat menyebalkan, kan? Tapi aku yakin kau sudah terbiasa dengan itu.”

Semua orang tertawa, termasuk Lucy. Suasana mulai mencair, dan Lucy merasa lebih nyaman.

Setelah makan malam, Eleanor mengajak Lucy berbincang di ruang keluarga sementara yang lain sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Eleanor tampak sangat tertarik pada Lucy.

“Lucy, aku benar-benar penasaran denganmu,” kata Eleanor. “Evans biasanya sangat tertutup, tapi denganmu dia terlihat berbeda.”

Lucy tersenyum, berusaha tetap tenang. “Evans adalah pria yang luar biasa. Saya merasa beruntung bisa mengenalnya.”

Eleanor memiringkan kepalanya sedikit, memperhatikan Lucy dengan seksama. “Kau sangat anggun, Lucy. Aku bisa melihat bahwa kau memiliki kepribadian yang kuat. Tidak mudah untuk mendekati Evans, tapi kau berhasil.”

“Terima kasih, Mom." jawab Lucy dengan sopan.

Eleanor tersenyum. “Mommu senang, Evans menemukan seseorang sepertimu.”

Sementara Eleanor sibuk berbincang dengan keluarga lain, Clara menghampiri Lucy yang sedang duduk sendiri. Gadis muda itu tampak penuh energi dan penasaran.

“Jadi, Kakak ipar, aku ingin tahu,” kata Clara sambil duduk di sampingnya. “Bagaimana rasanya berkencan dengan kakakku yang terlalu serius itu?”

Lucy tertawa kecil. “Dia tidak seburuk itu. Kakak mu sebenarnya sangat perhatian.”

Clara memutar matanya. “Perhatian? Itu sisi yang belum pernah aku lihat darinya. Dia biasanya seperti robot di rumah.”

Lucy tersenyum. “Mungkin kau hanya perlu melihatnya dari sisi yang berbeda.”

Clara mengangguk pelan, lalu berkata dengan nada lebih serius, “Aku senang kau ada di sini. Aku belum pernah melihat kakakku seperti ini sebelumnya. Dia benar-benar terlihat bahagia.”

Perkataan itu membuat Lucy terdiam sejenak. Ia tidak tahu bahwa kehadirannya membawa dampak sebesar itu bagi Evans. Namun ia menepis semua fikirannya, ini semua fiktif.

Malam semakin larut, dan akhirnya waktunya bagi Lucy dan Evans untuk pamit. Semua anggota keluarga Dawson tampak puas dengan pertemuan itu, terutama Eleanor yang memberikan pelukan hangat kepada Lucy sebelum mereka pergi.

“Kau harus sering-sering datang ke sini, Lucy,” kata Eleanor. “Keluarga ini membutuhkan lebih banyak wanita seperti dirimu.”

Lucy tersenyum. “Terima kasih, Mom. Saya akan senang sekali.”

Di perjalanan pulang, Evans terlihat sangat puas. Ia menggenggam tangan Lucy dengan erat sambil tersenyum padanya.

“Kau tahu, Lucy,” kata Evans, “malam ini berjalan lebih baik dari yang aku harapkan.”

Lucy memiringkan kepalanya. “Kau gugup?”

Evans tertawa kecil. “Tentu saja. Keluargaku bisa sangat menuntut, tapi kau membuat semuanya terlihat mudah.”

Lucy hanya tersenyum, tetapi hatinya berdebar. Ia tidak bisa menyangkal bahwa ia mulai merasa nyaman berada di sisi Evans, bahkan di tengah keluarganya. Sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!