NOVEL LUAR BIASA
🏆 Juara Harapan Baru Novel Pria YAAW 10🏆
Perjalanan seorang pemuda bernama Lei Tian, ia adalah pewaris Klan Lei di Ibukota Provinsi Sinchuan. Ketika masih bayi ia dibawa pergi ke sebuah Desa yang sangat jauh dari Ibukota, setelah ia tumbuh menjadi anak-anak ia mengalami penghinaan dan penindasan. Hingga Ia dewasa dan menemukan sebuah rahasia besar di dalam tubuhnya, barulah ia mulai mendapatkan titik terang tentang jati dirinya.
Pada saat usia delapan belas Tahun barulah ia menuju Ibukota untuk berpetualang sekaligus untuk mencari tahu tentang asal usulnya.
Namun setelah ia mengetahui tentang keluarganya, berbagai peristiwa pembunuhan dan pengkhianatan mulai terkuak.
Hingga suatu hari ia membawa Klan Lei sebagai Klan yang disegani di Dunia Biru dan mencatatkan namanya sebagai Legenda Abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berpamitan
Sehari pun berlalu, kini matahari mulai tenggelam di ufuk barat. Senyum cerah tergambar di wajah Lei Tian yang tak terlihat lelah. Hampir setengah hari ia berburu dan mendapatkan dua ekor rusa hutan yang siap ia bawa pulang. Dengan menggunakan metode yang sama seperti yang sebelumnya, Lei Tian berhasil menangkap hewan buruannya tanpa kerepotan.
Hanya di waktu senggang ia gunakan untuk berkultivasi. Meskipun hanya sesaat namun sudah cukup baginya yang kini mulai tergila-gila dengan teknik pernapasan. Sejak ia memutuskan kultivator sebagai jalan hidupnya maka sebisa mungkin ia memanfaatkan waktu yang ada untuk berkultivasi.
"Ibu, andai saja kau masih ada. Aku akan memberikan yang terbaik untukmu" ucap Lei Tian sambil memandang ke arah langit.
Sebelumnya ia jarang sekali mendapatkan hewan buruan seperti ini, ia hanya mendapatkan bagian kecil pada waktu tertentu saat membantu penduduk Desa berburu secara berkelompok.
Selanjutnya ia kembali pulang, berjalan menelusuri rute yang biasa ia lalui hingga hari mulai gelap saat ia tiba di rumahnya.
"Tuan muda, apakah anda membawa hasil buruan lagi?"
Tanya Bibi Jian saat melihat Lei Tian pulang dengan memanggul dua ekor rusa hutan.
"Benar bibi Jian, aku ingin menyisakan satu ekor untuk Zhao Yusi" jawab Lei Tian kemudian.
"Sepertinya hubungan kalian semakin dekat saja" ujar Bibi Jian sambil tersenyum.
"Ah, tidak.. Kami hanya berteman saja" sanggah Lei Tian dengan sopan.
"Putri Kepala Desa adalah yang tercantik, masa iya Tuan muda tidak tertarik" goda Bibi Jian.
"Hahaha.. Sudahlah Bibi Jian jangan menggodaku, aku ingin mandi dulu" ucap Lei Tian sambil berlalu menuju kamar mandi.
Sementara Bibi Jian segera membersihkan hewan buruan yang baru saja dibawa oleh Lei Tian, ia berencana memasaknya untuk makan malam.
Tidak beberapa lama kemudian Lei Tian sudah selesai dan segera bersiap untuk memenuhi janjinya kepada Zhao Yusi.
"Bibi Jian, aku hendak ke rumah Zhao Yusi" ucap Lei Tian sambil pamit.
Setelah mengatakan hal itu, Lei Tian beranjak pergi membawa satu ekor rusa yang sudah diikat dengan rapi menuju kediaman Kepala Desa. Ia sengaja tidak menggunakan cincin penyimpanannya karena tidak mau tampil mencolok.
Lei Tian sebenarnya bermaksud ingin pamit kepada Kepala Desa sekaligus mengucapkan terimakasih, sebelumnya berkat pengaturan dari Kepala Desa pemakaman ibunya dapat berjalan dengan lancar.
"Akhirnya kau datang juga" sapa Zhao Yusi yang ternyata sudah menantinya di depan pintu rumahnya.
"Iya, tentu saja. Maaf telah membuatmu menunggu" jawab Lei Tian sambil menatap ke arah Zhao Yusi.
Menyadari dirinya diperhatikan oleh Lei Tian, membuat perasaan Zhao Yusi tidak karuan. Tatapan itu seolah masuk hingga ke dalam relung hati terdalam.
"Mari masuk" ajak Zhao Yusi sesaat setelah menyatukan kesadarannya.
"Di mana ayahmu?" tanya Lei Tian sambil meletakan hewan buruan yang ia dapatkan tadi sore.
"Ia ada di dalam" jawab Zhao Yusi sambil mengarahkan Lei Tian ke ruang tengah.
Ruangan tersebut tidak asing, sebelumnya bahkan Lei Tian sempat berada di dalam kamar pribadi Zhao Yusi saat ia tak sadarkan diri.
"Selamat malam Tuan Zhao" sapa Lei Tian dengan hormat.
"Selamat datang Tuan muda" ucap Zhao Feng dengan sopan.
Kepala Desa tersebut mengubah panggilannya kepada Lei Tian, meskipun ia tidak tahu maksudnya namun saat melihat Gong Dun begitu hormat pada Lei Tian maka Kepala Desa tidak berani tidak sopan kepada Lei Tian.
"Tidak usah memanggilku seperti itu, cukup paman Gong Dun dan Bibi Jian saja yang seperti itu" ujar Lei Tian dengan perasaan tidak enak.
"Lagipula saya dan Nona Zhao berteman" ucap Lei Tian kembali.
"Baiklah jika demikian, silahkan duduk" ucap Zhao Feng dengan ramah.
Zhao Yusi segera menyiapkan minuman berupa teh herbal yang menjadi kebanggaan warga Desa Gunung Batu.
"Tuan Zhao, sebenarnya maksud kedatangan saya adalah untuk berpamitan. Entah besok atau lusa saya dan juga Bibi Jian akan pergi ke Ibukota Jiangxi" ucap Lei Tian menjelaskan maksud kedatangannya.
Zhao Yusi yang mendengarkan perkataan Lei Tian memiliki ekspresi wajah yang terlihat buruk, segera ia meninggalkan ruangan tersebut menuju kamarnya.
Menyaksikan gelagat yang tidak biasa dari putrinya tersebut, Zhao Feng hanya menghela napas pendek sambil menggelengkan kepala.
"Sepertinya diantara kalian berdua telah terjadi sesuatu, sebagai generasi yang lebih tua aku tidak mengerti dengan sikap anak muda jaman sekarang" ucap Zhao Feng kepada Lei Tian.
"Tuan, aku sama sekali tidak mengerti dengan maksud anda" ucap Lei Tian dengan polos.
"Hmmph.. Sebaiknya kau segera hampiri putriku, kadangkala seorang wanita sulit dimengerti perasaannya" ujar Zhao Feng selaku ayah.
"Baiklah Tuan" jawab Lei Tian yang masih heran dengan perubahan situasi yang cepat ini.
Setelah berkata seperti itu, Lei Tian beranjak pamit dan menuju kamar Zhao Yusi dimana ia pernah dirawat sebelumnya.
"Apakah kau baik-baik saja?" tanya Lei Tian sesaat dirinya berada di dalam kamar Zhao Yusi yang tidak terkunci.
Mendengar suara Lei Tian di dekatnya, tubuh Zhao Yusi segera berlari dan memeluk tubuh Lei Tian dengan erat.
Sadar berada dalam posisi sulit, Lei Tian ingin menguraikan pelukan Zhao Yusi. Namun pelukan Zhao Yusi semakin erat, dan pipinya mulai basah dengan air mata.
"Aku benci kamu.. Benci.." ucap Zhao Yusi sambil mencengkeram punggung Lei Tian.
"Apa yang telah aku lakukan?" ucap Lei Tian bingung.
"Kau baru saja membuatku jatuh cinta tapi kau malah pergi meninggalkanku" ucap Zhao Yusi yang tidak bisa menahan lagi gemuruh di dalam hatinya.
Lei Tian terdiam terpaku, ia sangat terkejut atas pengakuan Zhao Yusi barusan. Ia sendiri tidak pernah berpikiran untuk mencintai atau dicintai pada saat seperti ini, meskipun Zhao Yusi adalah wanita cantik yang pernah ia kenal namun perjalanan kultivasinya saja baru ia mulai.
"Apakah ini adalah godaan untuk menjadi seorang kultivator?" gumam Lei Tian dalam hati.
"Ma.. Maafkan aku telah membuatmu seperti ini. Namun aku sendiri tidak bisa untuk tidak pergi untuk melihat dunia luar" ujar Lei Tian.
"Aku mengerti, aku juga tidak akan menghalangi mu. Hanya saja aku akan sangat sulit melupakan dirimu di masa depan" ucap Zhao Yusi.
"Kita tidak akan pernah tahu masa depan akan seperti apa, namun aku juga tidak akan melupakan tempat ini begitu saja. Walau bagaimanapun di sini adalah tempat aku dibesarkan, kelak aku pasti ke tempat ini lagi walau sekedar berkunjung" ucap Lei Tian.
"Iya, tidak apa-apa. Aku akan menunggumu hingga di hari itu. Aku juga akan menunggumu hingga kau menjadi orang kuat" ujar Zhao Yusi.
Lei Tian terdiam, ia juga tidak berani berkata-kata lagi. Ia tidak mau berhutang janji kepada siapapun, apalagi terkait urusan hati yang menurutnya sangat rumit untuk dipahami.