NovelToon NovelToon
Amarah Dewa Naga

Amarah Dewa Naga

Status: sedang berlangsung
Genre:Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Akademi Sihir / Perperangan
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Albertus Seran

novel fantsy tentang 3 sahabat yang igin menjadi petualang lalu masuk ke akademi petualang dan ternyata salah satu dari mereka adalah reinkarnasi dewa naga kehancuran yang mengamuk akbiat rasnya di bantai oleh para dewa dan diapun bertekad mengungkap semua rahasia kelam di masa lalu dan berniat membalas para dewa

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Albertus Seran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31: Perjalanan Kembali

Setelah percakapan penuh misteri di Kuil Naga Hitam, Aric, Lyria, Erevan, dan Kael memutuskan untuk kembali ke desa mereka, membawa kekuatan dan harapan baru. Kuil itu telah memberi mereka lebih dari sekadar jawaban; ia memberi Aric tujuan dan keteguhan hati. Namun, perjalanan pulang bukanlah tanpa tantangan. Di luar kuil, angin dingin pegunungan dan kabut tebal tetap menyelimuti jalan yang harus mereka lalui. Mereka harus melewati rute yang lebih berbahaya untuk menghindari patroli yang berkeliaran di wilayah itu.

"Kita harus berhati-hati," Kael mengingatkan, sambil memastikan busurnya terikat erat di punggungnya. "Patroli mungkin sudah mengetahui keberadaan kita di sini."

Aric mengangguk, mengeratkan genggamannya pada pedang di pinggangnya. Meskipun hatinya merasa lebih ringan, ia tahu masih banyak bahaya yang mengintai. Suara perbincangan samar-samar terdengar dari kejauhan, membuat mereka semua berjaga-jaga.

"Sepertinya ada lebih banyak prajurit di sekitar sini dari biasanya," bisik Lyria, matanya terfokus ke arah bayangan di kejauhan.

Erevan mengangguk setuju. "Mungkin mereka mencurigai sesuatu, atau mungkin mereka telah mendengar tentang kuil ini." Dia berhenti sejenak, lalu menambahkan dengan suara yang lebih rendah, "Jika kita tertangkap, semua yang kita perjuangkan akan sia-sia."

Dengan penuh kehati-hatian, mereka melangkah ke sisi kiri bukit, mengikuti jalur kecil yang hampir tersembunyi di balik bebatuan. Sepanjang perjalanan, suasana tegang tidak pernah benar-benar hilang. Kabut di sekitar mereka memberi kesan seolah-olah ada sosok-sosok gelap yang mengawasi dari balik pepohonan.

Setelah berjalan berjam-jam, mereka akhirnya menemukan tempat yang aman untuk beristirahat di balik tebing besar. Mereka duduk di sana, menyalakan api kecil untuk sekadar menghangatkan tubuh.

"Jadi, apa yang akan kita lakukan setelah ini?" Kael bertanya sambil membolak-balik sebatang ranting di tangannya.

"Kita akan kembali ke desa, bertemu dengan Master Arven, dan menceritakan semua yang terjadi. Dia mungkin tahu cara agar aku bisa melatih dan mengendalikan kekuatanku," jawab Aric. Dia menatap teman-temannya dengan keyakinan baru yang terpancar di matanya. "Dengan bantuan kalian, aku yakin kita bisa menghadapi apapun yang datang."

Lyria tersenyum tipis dan menatap Aric dalam-dalam. "Aku percaya padamu, Aric. Kamu bukan sekadar pewaris kekuatan naga, kamu juga sahabat kami." Ada ketulusan dalam suaranya yang membuat hati Aric terasa hangat.

Malam itu mereka berbagi cerita, tawa, dan keyakinan. Meskipun ada bahaya yang mengintai di depan, mereka tahu bahwa persahabatan mereka adalah kekuatan terbesar yang mereka miliki. Di bawah langit berbintang, mereka akhirnya tertidur, merasakan kedamaian yang sudah lama tidak mereka rasakan.

Keesokan paginya, mereka melanjutkan perjalanan dengan semangat yang baru. Saat mereka mendekati desa, mereka melihat asap yang mengepul di atas bukit tempat desa itu berada. Aric merasakan kegelisahan yang semakin kuat di hatinya.

"Apakah itu... desa kita?" tanya Lyria, suaranya bergetar.

Mereka mempercepat langkah mereka, berlari sekuat tenaga menuju desa. Saat mereka tiba, pemandangan di hadapan mereka membuat hati mereka hancur. Desa mereka telah hancur, beberapa bangunan terbakar, dan orang-orang berlarian dalam kepanikan.

"Tidak mungkin... ini tidak mungkin terjadi," bisik Kael, matanya membelalak saat melihat kehancuran di sekelilingnya.

Aric merasa dadanya sesak. Ini adalah tempat di mana mereka tumbuh bersama, tempat di mana mereka merajut mimpi-mimpi mereka. Dan sekarang, semuanya hancur dalam hitungan jam.

Tiba-tiba seorang prajurit musuh muncul dari balik puing-puing dan berteriak, "Mereka di sini! Tangkap mereka!"

Seketika itu juga, beberapa prajurit menyerbu ke arah mereka. Erevan menghunus pedangnya dan berteriak, "Lindungi desa kita! Jangan biarkan mereka menghancurkan semuanya!"

Pertempuran pun pecah di antara reruntuhan desa. Aric, dengan kekuatan naga yang mengalir dalam darahnya, merasakan amarah yang membara di dalam dirinya. Dia melompat ke tengah kerumunan prajurit, menyerang mereka satu per satu dengan kekuatan yang baru saja dia temukan.

Lyria melontarkan sihirnya, mengeluarkan kilatan-kilatan cahaya yang menghantam prajurit-prajurit itu. Kael bergerak lincah, memanah musuh yang mencoba mendekati mereka dari jarak jauh.

Namun, semakin banyak prajurit yang datang. Jumlah mereka jauh lebih banyak daripada yang bisa mereka hadapi. Erevan terpojok di sisi rumah yang setengah runtuh, berusaha melindungi warga yang terluka di dalamnya.

"Aric, kita tidak bisa terus begini! Mereka terlalu banyak!" teriak Lyria dengan napas terengah-engah.

Aric tahu bahwa mereka harus segera mengambil keputusan. "Kita harus mundur! Kita tidak bisa menyelamatkan desa ini kalau kita semua tewas di sini!"

Dengan hati yang berat, mereka akhirnya mundur, melarikan diri ke hutan di dekat desa. Dari kejauhan, mereka bisa melihat desa mereka terbakar, menyisakan asap tebal yang membumbung tinggi ke langit.

Saat mereka beristirahat di dalam hutan, Aric duduk terdiam, merasakan campuran amarah dan kesedihan. Dia merasa gagal melindungi desa dan orang-orang yang dia sayangi.

"Ini bukan salahmu, Aric," kata Erevan, mencoba menenangkannya. "Kita semua berusaha sekuat tenaga. Tapi mereka datang dengan persiapan yang jauh lebih besar daripada yang kita duga."

Kael menepuk bahu Aric. "Yang terpenting sekarang, kita harus tetap hidup. Selama kita hidup, kita masih bisa melawan."

Lyria menggenggam tangan Aric, memberi dukungan. "Aku percaya padamu, Aric. Kekuatanmu bukan hanya untuk menghancurkan, tetapi juga untuk melindungi. Kita akan kembali, dan kita akan membangun semuanya lagi."

Aric mengangguk pelan. Kata-kata teman-temannya membangkitkan kembali semangat dalam dirinya. Mereka tidak bisa membiarkan kehancuran ini menjadi akhir. Dengan kekuatan naga yang dia miliki dan persahabatan yang kuat, dia bersumpah akan melawan sampai akhir untuk melindungi yang mereka cintai.

1
eedan
mantap jayaa
eedan
mantaap Thor..
eedan
kereeen
nalxyt
Tidak ada yang kurang.
Tít láo
Siap ngeselin tapi lucu.
MindlessKilling
TERBAIK! Itu aja yang bisa aku bilang, bagus banget storynya! 🙌
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!