Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bram pingsan kembali
Bram mulai membuka matanya, dia melihat sekeliling ruangan dengan kepala yang masih terasa pusing.
"Dimana ini?" tanya Bram.
"Huh, syukurlah kak loe udah sadar daritadi gue nungguin loe khawatir gue." ucap Yandi.
"Maafin aku Yan, jadi ngerepotin lagi." ucap Bram.
"Tadinya gue mau panggil dokter cuman masalahnya loe kan paling anti diperiksa," ucap Yandi.
"Sudah tidak usah, aku baik-baik saja kok. Tolong antarkan aku kedepan, aku mau pulang saja." ucap Bram.
"Okey." ucap Yandi.
Yandi membantu Bram berdiri, dia memapah tubuh Bram turun ke lantai bawah. Sambil berjalan Yandi menghubungi supir yang biasa mengantar Bram, di depan pintu utama supir Bram sudah datang menunggu tuannya.
"Makasih Yan." ucap Bram.
"Sama-sama kak, cepet sembuh ya jangan kecapean loe gausah mikirin kerjaan dulu biar gue handle aja semuanya." ucap Yandi.
"Aku pergi dulu ya, kabari aku jika ada masalah dikantor." ucap Bram.
Yandi mengacungkan jempolnya keatas, Bram langsung masuk kedalam mobilnya. Setelah melihat mobil yang semakin jauh Yandi kembali masuk kedalam kantor, dia naik ke lantai atas dimana ruangannya berada.
Di mension
Renata masih asyik menemani Violetta bermain, selang beberapa menit suar mobik terdengar dari luar. Violetta bangkit dari duduknya karena dia hafal suara mobil ayahnya, dia menunggu ayahnya diambang pintu.
"Daddy sudah pulang? Biasanya kalo kelja daddy suka pulang malam." tanya Violetta.
"Mungkin kerjaan daddy gak banyak jadi daddy pulangnya lebih cepat Vio." ucap Renata.
Bram keluar dari mobilnya dan berjalan sempoyongan, sang supir membantu memapah Bram masuk kedalam.
"Daddy kenapa?" tanya Violetta.
"Daddy gapapa Vio, cuman pusing saja." ucap Bram lemah.
Bram semakin merasakan pusing dikepalanya, pandangannya seketika kabur dan kesadarannya pun mulai menurun. Melihat kondisi Bram yang terlihat tidak baik-baik saja Renata langsung membantu Bram, Bram kembali tak sadarkan diri Violetta menangis kala melihat ayahnya pingsan. Renata memanggil penjaga untuk membantu membawa Bram ke kamarnya, dia juga menggendong Violetta ikut masuk kedalam kamar Bram.
Sesampainya di dalam kamar Bram, Renata memegang dahi Bram yang ternyata panas. Dia memanggil bik Marni untuk menyiapkan kompresan, Renata juga melepaskan sepatu dan juga jas yang dipakai oleh Bram tak lupa ia juga melepas dasinya agar tidak sesak.
"Tatak daddy kenapa?" tanya Violetta sambik menangis.
"Daddy kayaknya demam, Vio jangan nangis ya nanti juga daddy sembuh kok tinggal di kasih obat aja." ucap Renata dengan lembut.
Bik Marni datang membawa air dalam baskom yang berukuran kecil dan juga kain untuk mengompres kepala Bram, Renata mengambil kompresan dan juga baskom kecilnya kemudian dia mencelupkan kain tersebut lalu menyimpannya di dahi Bram.
"Daddy..heuheu.." panggil Violetta.
"Bik tolong ganti lagi ya kompresannya, aku mau bujuk Vio dulu." ucap Renata.
"Baik mbak," ucap Bik Marni.
Renata menggendong Violetta, dia mengusap airmata yang sudah membasahi pipinya.
"Cup sayangnya kakak, jangan nangis daddy gak kenapa-napa kok." ucap Renata.
"Mau bobo sama daddy." rengek Violetta.
"Udah dulu nangisnya ya, katanya mau bobok sama daddy." ucap Renata.
Violetta mencoba menghentikkan tangisnya sehingga hanya tersisa sesenggukannya saja, di khawatir Bram kenapa-kenapa karena tidak banyak yang tahu kalau dia punya pemikiran dewasa dia paham kalau ayahnya sedak tidak baik-baik saja.
'Daddy maafin Vio ya, gala-gala Vio daddy sakit' batin Violetta.
Renata menidurkan Violetta di dekat Bram, dia menepuk-nepuk ****** Violetta agar tertidur. Tak butuh waktu lama Violetta langsung terlelap disamping Bram, Renata memastikan kalau Violetta benar-benar tidur dia perlahan berjalan kearah bik Marni.
"Mbak, boleh gak kalau mbak yang kompresin den Bram soalnya bibik tadi lagi bikin kue kesukaan non Vio gakutnya gosong." ucap bik Marni.
"Iya bik sini biar Rena aja yang kompresin, oh iya bik, sekalian aja telpon dokter kasihan tuannya." ucap Renata.
"Gausah non, den Bram paling anti di periksa sama dokter kalau pun manggil dokter stetoskop baru nempel aja dia langsung bangun kabur pokoknya." ucap bik Marni.
"Loh kok gitu?" tanya Renata.
"Nanti aja bibik jelasinnya, sekarang bibik mau turun dulu kebawah." ucap bik Marni.
"Iya bik." ucap Renata.
Bik Marni langsung turun ke bawah menuju kedapur, Renata mengompres kening Bram dan sesekali menguap.
Hooaamm..
"Kok jadi ngantuk gini ya?" tanya Renata pada dirinya sendiri.
Renata mengambil kain dari kening Bram, dia kembali mencelupkan kain tersebut kemudian memerasnya dan meletakkannya di kening Bram. Tak terasa mata Renata mulai terlelap, dia tertidur bersandar dibawah ranjang Bram.