“Ah. Jangan tuan. Lepaskan saya. Ahhh.”
“Aku akan membuatmu mendesah semalaman.”
Jasmine Putri gadis kampung yang berkerja di rumah milyarder untuk membiayai kuliahnya.
Naas, ia ternoda, terjebak satu malam panas bersama anak majikannya. Hingga berakhir dengan pernikahan bersama Devan anak majikan tampannya.
Ini gila. Niat kuliah di kota malah terikat dengan milyarder tampan. Apakah Jasmine harus bahagia?
“Aku tidak akan pernah menerima pernikahan ini,” tekan Devan frustasi menikah dengan pelayan.
“Aku harus menemukan dia.” Kenang Devan tentang gadis misterius yang menyelamatkan tiga tahun lalu membuatnya merasa berhutang nyawa.
Bagaimana pernikahan Jasmine dengan Devan anak majikannya yang dingin dan jutek namun super tampan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon She Wawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jasmine pulang
Pagi menjelang embun menetes menerpa bumi, Jasmine telah bersiap untuk pergi. Barang-barang yang akan di bawa ke kampung telah berada di dalam mobil. Jasmine juga telah pamit dengan pelayan lain termasuk bibi Anna kini tinggal Rena yang mengantarkan kepergian Jasmine menuju mobil.
“Ahh, Mimin enak sekali kau berlibur dikampung. Rasanya aku juga ingin pulang,” ujar Rena dengan nada mendayu membayangkan sebuah suasana damai.
“Kalau kau mau pulanglah. Ibumu juga pasti merindukanmu. Sudah lama kau tidak pulang ke kampung,” ujar Jasmine. Ya Jasmine dan Rena berasal dari kampung yang sama bahkan tetanggaan di kampung.
Rena memberenggutkan wajahnya. “Malas ah. Di suruh nikah terus sama ibu. Belum lagi cape di tanya kapan nikah sama warga,” decak Rena sebal.
“Itu kan Cuma basa-basi warga kampung Ren, mereka juga tahu kok. Ngak ada yang mau sama kamu,” canda Jasmine.
“Ih ... Mimin!” protes Rena sembari memicingkan mata. Memukul bahu Jasmine. “Cantik paripurna begini, rebutan pemuda kampung nih,” cerocos Rena.
“Iya bercanda, Ren,” terang Jasmine dengan kekehan.
“Baiklah aku harus pergi!” ujar Jasmine memeluk Rena.
“Hati-hati. Semoga selamat sampai tujuan. Oh iya salam sama nenekmu dan ibuku juga!” ucap Rena dalam pelukan Jasmine.
“Emm,” balas Jasmine dengan deheman.
Pelukan terlepas
“Aku pergi dulu,” pamit Jasmine melangkah menuju mobil.
Jasmine akan masuk ke dalam mobil namun terhenti sejenak ia mendongakkan pandangannya ke atas menatap ke arah balkon kamar.
Jasmine menghela napas berat menatap balkon kamar Devan. Ternyata dia harus pergi tanpa pamit. Apa daya dia sudah berusaha bicara namun pemuda itu tidak ingin mendengar satu kata pun darinya. Ia malah mendapatkan perlakuan dingin dari pemuda itu
Setelah puas menatap kamar Devan, Jasmine pun masuk ke dalam mobil. Meninggalkan rumah Raditya untuk sementara waktu.
***
Sementara itu di kantor Devan terlihat sangat sibuk berkutat dengan banyak berkas laporan. Sesekali menatap layar komputer yang ada di hadapan.
Pintu terketuk seorang lelaki masuk dengan berkas laporan di tangan. Berjalan mendekat ke arah meja.
“Ini laporan penjualan yang kau minta,” ucap Rey meletakkan berkas.
Devan pun beralih meraih berkas yang baru saja mendarat di mejanya. Membaca dengan serius. Rey menatap tingkah Devan dengan alis bertaut ada apa dengan bosnya ini.
“Kapan meeting dengan investor dari perusahaan Nagawa?” tanya Devan tanpa mengalihkan netranya dari laporan yang sedang ia baca.
“Besok,” ujar Rey singkat.
“Majukan, atur untuk hari ini,” terang Devan.
Rey mengening. Ya ampun ada apa dengan pemuda ini. akhir-akhir ini moodnya berantakan.
“Kau yakin hari ini! Setengah jam lagi kau ada rapat dengan direksi,” ujar Devan sangsi.
“Lakukan saja sesuai perintahku,” titah Devan tak terbantahkan.
“Baiklah aku akan mengaturnya,” ujar Rey. Setelahnya berlalu keluar dari ruangan Devan.
Bayangan Rey telah menghilang di balik pintu.
Devan membuang kasar berkas laporan yang ada di tangannya. Rasanya ia ingin menggila dengan apa yang sedang ia rasakan. Kepalanya seakan ingin meledak. Mengingat kejadian semalam bagaimana dia telah berbicara kasar dan telah mengusir Jasmine dari kamarnya.
Akan tetapi Devan kembali mengepalkan tangannya, wajahnya berubah mengeras penuh amarah saat mengingat bayangan Jasmine berada di pelukan Nathan terus terniang tak bisa ia sapu.
Iya, Devan melihat adegan itu dari balkon kamar membuat rasa panas merambat di hatinya, perasaannya bergemuruh.
Ah sial, sejak tadi ia menyibukkan diri agar tidak terpaku dengan ingatan itu namun tidak bisa. Ia marah, kesal pada dirinya. Dia ingin benih cinta menyesakkan ini terhapus dari dirinya.
like, coment
pelabuhan terakhir cinta Nathan Wang