Bukan area bocil, harap minggir💃🏻
Divya hanya seorang wanita rumah tangga biasa, berbakti pada suami yang memintanya menjadi ibu rumah tangga yang baik dengan hanya mengurusi perihal pekerjaan di rumah dan mengurusinya sebagai suami. Meskipun Divya lulusan S-1, namun wanita itu menurut pada lelaki yang sudah sah menjadi suaminya itu dengan tidak menjadi wanita karir.
Namun, seketika rumah tangga mereka yang baru saja menginjak usia 2 tahun hancur karena orang ketiga. Bahkan orang ketiga itu sudah mempunyai seorang suami.
"Kau tega mengkhianati ku dengan wanita murah4n ini, Bang!" Divya menjambak selingkuhan suaminya itu dengan emosi.
Dughh!!!
Tubuh Divya tersentak, bagian belakang kepalanya dipukul dengan benda keras. Tak lama tubuh Divya terjatuh ke lantai, meregang nyawa dengan dendam yang ia bawa mati.
Namun, tiba-tiba Divya terbangun kembali. Dalam tubuh seorang gadis SMA berusia 18 tahun lalu dengan memakai tubuh gadis yang bernama Ellia itu, Divya membalas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. Hati Teriris dan Mimpi Ba Saah.
Ruangan masih hening, mereka yang hadir disana masih menunggu ucapan permintaan maaf Fayyana pada Vanny.
"Minta maaf!" sekali lagi Emilio memerintah Fayyana, suaranya bahkan meninggi.
Fayyana menelan ludahnya dengan susah payah, ia merasa saat itu harga dirinya sudah jatuh. "Maaf, Nona Vanny. Saya salah menduga, jika Anda sudah menggoda suami saya."
"Oke, saya maafkan. Tapi jika ke depannya ada berita miring tentang saya yang menjadi pelakor, tolong Anda buat klarifikasi Nyonya Fayyana."
Fayyana hanya mengangguk.
"Kalau begitu sekarang kita bisa kembali ke pesta, ayo." Ajak Meli sekalian mencairkan suasana.
Emilio malah menatap Divya, "El, Om mau bicara. Tinggal disini sebentar."
Divya menatap tajam Emilio, namun ia tidak bisa menghindar. "Baik."
"Aku gimana, Mas?" tanya Fayyana kebingungan, ia malu jika harus bergabung lagi di pesta.
"Bergabunglah di pesta, bukankah kamu sangat menanti pesta ini. Mungkin akan banyak hiburan untukmu yang bisa memuaskan mu." Ada sindiran dalam ucapan Emilio, ia mengingat saat Fayyana bertanya pada Meli di telepon apa akan ada cowok di pesta.
Fayyana berpikir. Mas Emilio bener juga, daripada pulang mending aku cari cowok moga aja ada yang klop! Tadi ngejar si Finn malah kehilangan jejaknya, entah kemana lelaki itu pergi!
"Ya udah, aku keluar." Fayyana ikut keluar menyusul Meli dan Vanny yang lebih dulu keluar.
Tersisa Maxime, Emilio dan Divya.
"Kamu nggak pergi." Tegur Emilio seraya menatap Maxime tajam.
"Ellia pacarku, Om. Aku tau dia kabur dari rumah karena Om udah kurung dia di dalam kamar, bahkan Om tega nggak bolehin dia ketemu aku. Padahal hubungan kami nggak bakal ganggu ujian, kok."
Iya! Emang bisa aja nggak ganggu ujian, tapi hubungan kalian ganggu hubunganku dengan Ellia. Kesal Emilio.
"Om janji nggak akan kurung-kurung atau ngelarang lagi, Om cuma ingin bicara sebentar saja. Kamu boleh tunggu Ellia di luar pintu ruangan ini."
"Janji ya Om, jangan marahin Ellia." Ujar Maxime.
Mana tega marahin, dia udah mau menampakkan diri aja aku udah seneng. Mana berani aku nyakitin Ellia lagi, saat ini dia segalanya bagiku. Emilio membatin.
"Janji." Jawab Emilio cepat.
Maxime menoleh pada Divya, menarik tangan wanita itu lalu mengecupnya seperti biasa. Namun interaksi itu memancing rasa cemburu Emilio kembali.
'Sial! Bahkan aku dengar mereka pernah ciuman, bahkan sama-sama first kiss. Biarlah, yang penting kegadisan Ellia, aku yang dapet. Jadi sudah sepantasnya Ellia menjadi milikku bukan menjadi milik Maxime.' Pikir Emilio sedikit senang.
"Aku tunggu diluar ya... sayang." Maxime membelai lembut pipi Divya, perlakuan pemuda itu memang selalu manis.
"Iya sayang, tunggu aku." Sengaja Divya memanggil Maxime dengan panggilan sayang.
Maxime tersenyum lebar, pemuda itu keluar.
"Ekhm." Emilio merasa gugup, bahkan tangannya sudah berkeringat dingin. "Kamu dari mana saja, El. Kok bisa sama Max, padahal Om udah pernah cari kamu ke rumahnya bahkan Max juga ikut cari kamu selama ini."
"Ada deh Om, pokoknya di tempat nyaman. Enggak seperti di rumah Om, merasa tersiksa karena aku nggak dihargai sama Om." Celetuk Divya.
Di balik lemari, Finn masih bersembunyi dan mendengarkan obrolan mereka berdua.
"Om salah, El. Maafin Om sekali ini aja. Ya?" Emilio sudah berpindah duduk mendekat ke Divya, dia lalu menarik tangan Divya menggenggam tangan kecilnya.
"Mau Om sebenarnya apa sih? Kalau Om emang nggak mau sama aku... aku kan bisa terus bersama Max. Dia sayang banget sama aku, cinta banget. Nggak kayak Om, ingkar janji padaku."
"Nggak El, selama ini Om--"
Brakkk!
Sebuah vas pajangan terjatuh dan pecah.
Perkataan Emilio terhenti, dia bangun dari sofa mencari arah suara. Ia berjalan ke arah lemari pajangan besar, namun seekor kucing melompat dari sana.
"Meowww..."
"Kucing," gumam Emilio.
Lelaki itu berbalik badan ingin kembali ke sofa, namun sosok Divya malah sudah tidak ada.
"Sial! Kami masih belum selesai bicara!" Emilio menendang pinggiran sofa. "Aww!" teriaknya karena kakinya kesakitan.
Diluar pintu Divya menghampiri Maxime yang sedang menunggu, "Ayo Max, aku udah selesai bicara sama Om."
Maxime mengulurkan tangan, lalu disambut Divya dengan senyum merekah. Mereka bergandengan tangan, benar-benar terlihat seperti sepasang muda-mudi yang sedang jatuh cinta.
Mata Emilio melihat adegan itu, hatinya teriris. "Apa sudah terlambat aku mengambil hati mu, Ellia? Kamu pasti membenciku sampai kabur dariku, aku pasti melukaimu terlalu dalam."
Tak jauh di belakang Emilio, Finn yang masih mendengarkan mengerutkan kening mencoba memikirkan semua perkataan antara Emilio dan Divya.
.
.
Pesta usai hampir dini hari, namun sebelum pesta usai Emilio sudah pergi dari tempat pesta bahkan tidak memperdulikan Fayyana. Perasaan lelaki itu sedang terasa sakit, melihat kemesraan Divya dan Maxime di sepanjang acara.
Saat sampai di Mansion, tempat yang dituju adalah kamar Divya di lantai atas. Dia lalu membaringkan tubuhnya di ranjang, memeluk bantal yang selalu Divya pakai.
"Om merindukan mu, El. Tolong kasih Om kesempatan sekali saja untuk memperbaiki hubungan kita. Om janji, nggak akan memperlakukan mu seolah pemuas nafsu Om lagi. El... Om janji hanya akan mencintai kamu dengan seluruh hati Om. Kalau kamu ingin jadi istri Om, akan Om kabulkan. Sungguh..."
"Apa kamu ingin jadi satu-satunya istri Om, iya?"
"Kalau benar maumu seperti itu, Om akan menceraikan Tante mu. Jadi Om mohon... kembalilah pada Om jangan bersama lelaki lain..."
Sudah seperti orang gila, Emilio sepanjang malam bicara sendiri di ranjang itu.
Namun pagi-pagi sekali Emilio mendapat kejutan, lelaki itu tidak perlu memaksa Divya kembali ke rumah. Divya sudah duduk di meja makan, dengan penampilan Ellia yang dulu sebelum kecelakaan terjadi. Memakai pakaian tertutup bahkan dengan hoodie kesayangan Ellia.
"Morning, Om. Pagi yang cerah ya, secerah hati Om mungkin." Ujar Divya seraya tersenyum manis.
Di ruang makan hanya ada mereka berdua, bahkan Emilio masih berdiri mematung di ambang pintu ruangan. Seolah keberadaan Divya yang ada di depannya itu adalah mimpi, seperti mimpi indahnya semalam bahkan Emilio sampai bermimpi bas saah.
___
Kalau ada typo maaf ya ntar di revisi, aku nulis sambil ngantuk ini 😪🥱