TAMAT 02 NOVEMBER 2023
Ning Aisha menangis setelah King tak sengaja menciumnya. "Jangan dekati aku lagi!"
"Terus, gimana cara Gue jagain Lo, Cengeng?"
"Nggak perlu, aku bisa jaga diri baik-baik! Kita bukan mahram, jangan deket-deket! Setan pasti suka godain Kita, terutama kamu yang nggak kuat iman! Nggak mau shalat. Pasti jadi temen setan!"
"Lo mau dihalalin sama temen setan ini? Bilang! Besok Daddy sama Mom biar ngelamar Lo buat Gue!"
"Sinting..."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB TIGA TIGA
Om Handika dan Billy mau pulang dengan iming-iming akan berunding kembali setelah Daddy Axel pulang ke Indonesia.
Om Alex, Glory, dan Gus Emyr masih mengurus kasus King. Di sinilah, King juga menceritakan seluruh rentetan kejadiannya seperti yang diceritakannya pada Aisha.
"Daddy ngapain minta waktu ke mereka? King korban juga, bayangkan kalo seandainya King juga lumpuh? Daddy masih bisa berdiri di kaki Daddy sekarang?" King menatap layar ponsel Gus Emyr.
"King..." Gus Emyr menegur. "Bicara yang lebih sopan sama Daddy, kamu tenang dulu."
King meremas rambutnya dengan kedua tangannya geram. "Dia yang rusakin rem motor, King, Mas!"
"Tunggu!" Glory menimpalinya. "Kemarin Flo bilang sempat liat Billy sama Liam. Flo sampe buru-buru cabut gara-gara itu, terus kenapa tiba-tiba Billy minta tanggung jawab You?"
"Ketemu di mana?" King beralih menatap sepupunya. Seingatnya, terakhir kali Flory bertemu Liam, di gedung tua.
"Di gedung tua, maybe."
Tepat, King jadi lebih yakin lagi, jika ini ada hubungannya dengan Billy. "Lihat, King udah curiga. Ada orang lain di gedung tua itu!"
"Apa memang?" Gus Emyr mengerut kening. Sementara di seberang layar sana Daddy Axel tampak sibuk dengan laptopnya.
"King sempat nyari pelaku bullying siswa beasiswa yang menindas Aisha. Dan, hasilnya, Liam yang mengakuinya."
"Ada bukti-bukti?" tanya Om Alex.
"Masih King simpan." King beralih menatap kakak kembar ayahnya. "Om percaya kan, King nggak mungkin lari dari tanggung jawab. Kalau benar King yang sengaja buat Billy lumpuh, nggak mungkin King lari!"
Om Alex menepuk punggung keponakannya, King pemuda tersayangnya karena dia tak memiliki putra meski ingin sekali.
"Kamu calon pemimpin perusahaan. Harus bertindak dengan ini juga." Om Alex mengetuk di mana otaknya bersarang.
"Emosi yang meledak-ledak tidak akan bisa menyelesaikan masalah," tambahnya lagi.
"Benar." Gus Emyr setuju. "Kalau benar motor kamu sengaja dibuat blong. Pasti ada bukti. Dan kita perlu cari bukti untuk membalikkan ancaman mereka. Sekalian bukti keterlibatan Billy dengan pembullyan Ning Aisha, dan pelaku di balik siswa beasiswa yang koma."
Di layar sana, Daddy Axel diam, tepatnya setelah King beritahu kejadian sebenarnya, CEO MC group itu lebih lega.
Sebelumnya King tak beritahu karena saat itu, Billy memang pergi tanpa kabar. Keluarga Miller tak tahu apa yang terjadi pada King, dan memang King sendiri yang sengaja menutupinya.
Lebih tepatnya King sengaja tidak beritahu karena tak ingin di berhentikan secara paksa kegiatan bermotornya.
Kesibukan Daddy Axel membuat lelaki itu tak pernah mengungkit ke mana motor yang Om Alex berikan.
Daddy Axel mengira, motor itu tak dipakai lagi karena King tak suka. Lagi pula motor King cukup banyak, tak mungkin dipakai semua.
"Kamu tidak perlu takut. Sampai kita bisa temukan bukti-bukti kecurangan Billy, kita akan tetap baik-baik ke mereka, paham?" Om Alex beri saran.
King mengangguk, jadi adapun keluarganya tidak bertindak gegabah karena mereka belum memiliki bukti untuk menyerang balik.
Pernikahan dini King dan Aisha tidak boleh dipublikasikan. Atau, sekolah Millers corpora akan dikecam, karena membuat peraturan dan tidak diberlakukan untuk putranya sendiri.
"Sekarang masuk kamar, temui istri mu, dia pasti terpukul," kata Om Alex berlanjut.
Glory sempat memutar matanya yang malas, kenapa ayahnya juga ikut-ikutan perhatian pada gadis kampung itu.
King mengangguk, ia lantas menaiki anak tangga menuju kamar di lantai atas. Di kamar, Aisha segera berdiri menyambut kedatangan suaminya dengan cemas.
"Jadi gimana King?"
King peluk Aisha lembut, terpejam, sejenak dia tenangkan pikiran lewat aroma damai yang terkuar dari tubuh istrinya.
"Kamu nggak usah takut. Aku lebih memilih dipenjara atau bangkrut amit-amit, dari pada harus menduakan kamu!"
"Sweet..." Aisha menenggelamkan wajahnya di dada suaminya. Dia sudah jatuh cinta, tak mau jika ada yang merebut King seperti Abi yang direbut pelakor dari Ummi.
"Kamu percaya kan, aku udah cinta sama kamu, Ning! Aku mau menikah cuma sekali, dan itu cuma sama kamu."
Jujur, walau awalnya pernikahan ini diminta hanya karena iseng, King pada akhirnya memiliki keterikatan pada Aisha. Itulah mengapa King tak rela saat Aisha bilang ingin melanjutkan kuliah di Al Azhar.
"Percaya deh," kata Aisha.
"Kok pake deh?" King mengurai pelukan, lalu menusukan tatapannya. "Kamu nggak serius percaya sama aku?"
"Kan belum terbukti. Bisa ajah bener yang dibilang Billy tadi. Kalo kamu pernah berbuat aneh-aneh sama dia di villa! Kamu minum terus mengendarai motor dalam keadaan mabuk makanya kalian kecelakaan."
"Aku benci Liam karena dia nggak percaya sama aku, Ning. Sekarang, kamu mau kita musuhan gara-gara ini?" tukas King.
"Ya udah musuhan ajah. Kamu yang rugi, kamu tidur di sofa biar bantalan lagi!"
King merasa Aisha menganggap enteng ancaman Billy. "Kamu nggak takut berita pernikahan kita tersebar luas? Kita bisa terancam dipisahkan, Ning. Mungkin untuk menyamarkan berita, aku dikirim ke luar negeri!"
"Menghalalkan hubungan bukan suatu tindak kejahatan. Kenapa harus takut? Kalo pun kita harus dipisahkan sementara. Ya udah, mau apa lagi?" Aisha memandang serius pria itu.
"Aku lebih takut kamu nikah lagi sama Billy dari pada LDR. Setidaknya kita masih bisa berhubungan. Tapi kalo kamu nikah lagi, aku pastikan kamu ceraikan aku detik itu juga!"
King juga sependapat kali ini, tidak dengan bercerai, melainkan lebih baik LDR dari pada menikahi cewek psikopat gila seperti Billy.
"Aku nggak mau berbagi kamu King. Pasti sakit, sangat sakit. Ummi sampai harus menangis setiap hari. Dia kurus hanya karena cinta Abi yang terbagi," lanjutnya kemudian menggeleng kepalanya.
"Aisha nggak mau, Aisha bukan Ummi yang bisa bertahan selama itu di bawah pernikahan toxic. Ummi beruntung masih bisa ketemu jodoh yang baik kayak Papi Rey. Aisha belum tentu seberuntung Ummi."
"Kamu udah beruntung punya aku!"
"Iya."
Akhirnya lolos juga air mata yang dibendung sedari tadi oleh Aisha. Dia ingin tenang dan berkhusnudzon pada Allah, tapi gagal. Dia takut karena dia masih manusia biasa.
"Nggak usah nangis Cengeng!" King peluk gadis itu, lalu meraba pelan punggungnya.
"Aku cinta kamu, Ning. Dan kali ini bukan asumsi. Aku yakin aku mencintaimu."