"Untuk hidupku sendiri, akan ku lakukan apapun yang bisa dilakukan, agar dapat bertahan hidup di dunia Aneh ini." ( Athena / Phoenix)
*****
'Phoenix'. Sebuah nama samaran dari seorang pensiunan yang bekerja sebagai psikolog kriminal.
Ia telah lama bekerja sama dengan para penyelidik di kepolisian untuk mengungkap banyak pelaku kejahatan. Banyak penghargaan serta mendali emas yang ia dapatkan dari hasil kerja kerasnya.
Namun, hal itu tidak menyebabkan semua orang senang dengan kemampuan prediksinya. Terutama para penjahat yang telah di tangkapnya.
Pada akhirnya, Phoenix harus pasrah menerima kematiannya di tangan salah satu penjahat yang sempat ia tangkap.
Tapi..... Benarkah Phoenix benar-benar mati?
Atau takdir malah memberikan kesempatan kedua padanya untuk hidup di dimensi lain?
Simak kisahnya dalam cerita ini.
😌😌😌
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon auroraserenity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9. Datangnya Kelompok Lain.
Athena keluar dari ruangan setelah berdiskusi dengan sistemnya. Saat akan berkeliling, ia berpapasan dengan salah seorang pengawalnya.
"Nona, kami mencari anda kemana-mana. Syukurlah saya menemukan anda disini." ucap pengawal itu.
"Maaf, aku hanya berkeliling. Siapa tahu ada gudang penyimpanan lain yang bisa kita ambil kan?" jawab Athena, berusaha menghilangkan kecurigaan.
"Ah, ternyata begitu. Kalau begitu nona, Kapten dan yang lainnya telah menyiapkan kamar di lantai 2 untuk anda. Jika anda ingin beristirahat, saya akan mengantarkan anda kesana." ucap sang pengawal.
"Aku memang sedikit lelah, bangunkan aku kalau makan malam telah siap." ucap Athena, sambil memberikan beberapa bahan mentah, daging beku, bumbu dan peralatan masak.
"Ya, Nona!" jawab pengawal itu antusias.
Sudah berapa lama ia belum merasakan makan-makanan yang di masak. Dengan tergesa-gesa, ia membawa semua bahan dan peralatan ke pantry di lantai 2, kemudian mulai memasak.
Ini juga sebuah keberuntungan, bahwa salah satu dari mereka bisa memasak. Jika tidak, tidak ada gunanya semua bahan makanan mentah ini.
Gerimis mulai turun membasahi bumi. Namun bukannya mendapat berkah, hujan ini hanya akan membawa derita lebih banyak.
Hingga tak terasa, waktu berjalan dengan cepat dan hujan turun dengan derasnya.
Tok... Tok... Tok...
"Nona, waktunya makan malam." ucap seorang tentara.
Ceklek.
Pintu terbuka, dan Athena muncul dengan piyamanya.
"Ada apa?" tanya gadis itu dengan wajah mengantuk.
"Ekhem, makanan sudah siap, nona." jawab sang pengawal.
"Antarkan saja bagian ku ke kamar. Aku malas harus berganti pakaian lagi." ucap Athena malas.
"Ini... Baiklah. Kalau begitu saya permisi dulu." balas sang pengawal.
"Hmm." balas Athena acuh.
Gadis itu berbalik sambil menutup pintunya. Tak lama, makanan telah diantar dan siap di hidangkan.
"Letakan di sana, aku akan memakannya." ucap Athena.
"Nona, silahkan nikmati makanannya." acap sang pengawal sopan.
"Ya, terima kasih. Aku akan istirahat kembali setelah makan, jadi tolong jangan ganggu aku. Dan untuk peralatan bekas makan ku, aku akan menyimpannya di luar pintu sehingga kalian gampang mengambilnya." balas Athena panjang lebar.
Dia sungguh tidak ingin di ganggu oleh orang-orang sekarang, sebab ingin melatih api hitamnya.
Adapun dimana ia akan berlatih, sistem telah menyewakannya sebuah ruang space lain yang dapat di masuki. Sedangkan untuk membelinya, meski mendapatkan bonus koin dari dari kotak hadiah, Ia tidak tertarik untuk melakukannya.
...****************...
...****************...
Selesai menyantap makanannya, Athena menyimpan bekas peralatan makanannya seperti yang dia katakan sebelumnya.
Tak lama setelahnya, terdengar suara mesin mobil dari kejauhan. Semua orang berkumpul dan mencari tahu, kecuali Athena yang sibuk berlatih dan tidak terlalu memperdulikan kedatangan kelompok baru.
"Kapten, beberapa mobil terlihat datang dari arah utara. Mereka sepertinya sedang menuju kemari." ucap salah seorang anggota.
"Itu wajar saja. Di luar sedang hujan, dan mereka juga butuh tempat berteduh. Biarkan saja mereka masuk selama mereka tidak membuat masalah. Lagipula, sudah tidak ada lagi yang perlu di ambil dari tempat ini. Semuanya telah masuk ke ruang space nona Athena." ujar Daniel santai.
Benar saja, tidak lama kemudian, beberapa mobil off-road, bus, dan truk nampak parkir di area halaman.
Yang pertama turun adalah seorang pria dewasa berusia sekitar 40 tahunan. Dia masuk ke dalam menggunakan payung yang tidak sengaja ia temukan di jalan.
"Siapa Anda?" tanya Daniel, yang telah turun ke lantai satu bersama salah satu anak buahnya.
"Hallo, saya Andre dari kompi xxx dengan nomor tugas 654321XXX. Saya sedang menuju kota F di provinsi S, tapi tiba-tiba turun hujan deras di tengah perjalanan. Saya hanya berharap anda mengizinkan saya, para tentara, dan penyintas yang saya bawa." ucap Andre memperkenalkan identitas serta tujuannya.
Dia memperhatikan sekitarnya dan mengetahui jika makanan telah lama di ambil oleh tim mereka.
"Saya Daniel dari pasukan khusus. Saya sedang menjalankan misi pengawalan sekarang. Dan aku tidak memiliki hak untuk menolak atau mengizinkan kalian masuk. Lagipula, bangunan ini bukan milik kami." ucap Daniel, tidak menjelaskan secara mendetail tugasnya.
Meski ini bukan misi rahasia, namun ia tidak merasa nyaman jika membuka misinya pada orang asing, bahkan jika ia sesama tentara.
"Untuk lantai 2, itu sudah di tempati oleh tim kami. Kalian bisa tinggal di lantai 1 dan lantai 3. Sedangkan untuk bahan materi yang ada di supermarket, semua telah menjadi hak milik kami." lanjut Daniel acuh.
"Saya mengerti. Kalau begitu saya akan memanggil semua orang dulu." ucap Andre sambil tersenyum kecut.
"Silahkan." balas Daniel tenang.
Andre berbalik, meminta semua orang untuk turun.
"Oke, semua orang, cepat turun dan masuk ke dalam. Bawa barang-barang kalian, jangan sampai ada yang tertinggal. Kalian hanya di izinkan untuk tinggal di lantai pertama dan lantai 3." ucap salah seorang tentara menggunakan pengeras suara.
Para tentara membantu para penyintas agar tidak menyebabkan masalah.
"Kenapa kita hanya di izinkan untuk tinggal di lantai 1 dan 3?" tanya seorang penyintas perempuan berwajah bulat.
"Lantai 2 telah di tempati kelompok lain." jawab tentara di dekatnya.
Andre telah menjelaskan situasi di dalam kepada semua anak buahnya dan para penyintas, sehingga mereka mengetahui kondisi di dalam.
"Lalu, apakah mereka telah menguasai semua bahan makanan di supermarket ini?" tanya salah seorang penyintas dengan raut wajahnya tidak sedap.
"Jangan banyak tanya, masuk saja!" sentak sang tentara.
Tentu dia mengerti maksud dari penyintas itu, dan sepertinya dia akan membuat masalah bagi kelompok mereka.
Pada akhirnya, ia hanya bisa memberitahukan perihal ini pada kapten dan membiarkannya memberi solusi.
"Awasi saja dia untuk saat ini. Jika benar dia membuat masalah, usir!" ucap Andre dingin.
Pasukan khusus bukanlah sesuatu yang bisa ia sentuh sembarangan, terutama ketika mereka sedang dalam misi.
Sedangkan untuk misi pengawalan yang baru saja pria itu katakan, Andre berpikir jika target yang mereka kawal memiliki status yang tinggi sehingga dapat meminta pengawalan dari pasukan khusus.
"Lanjutkan pekerjaan mu." ucap Andre menghela napas, sembari menepuk pelan bahu sang anak buah.
"Ya!" jawab tentara itu.
Selama malam itu, terdapat beberapa perseteruan kecil diantara penyintas. Untungnya para tentara dapat dengan sigap membubarkannya.
Tidak ada malam yang tenang. Suara raungan zombie saling silih bersahutan, seolah sedang berpesta, menyambut datangnya hujan.
...****************...
...****************...
Keesokan harinya.
Matahari bersembunyi di balik awan, dan langit masih saja menangis, menumpahkan air matanya turun ke bumi.
Athena yang mengetahui jika hujan akan berlangsung selama beberapa hari, memilih untuk memakai gaun putih panjang. Toh, selama hujan berlangsung, zombie tidak akan menyerang.
Mereka lebih memilih untuk menyerap sebagian virus yang terkandung dalam air hujan, meningkatkan kekuatan serta daya serang para zombie.
"Oh, Nona, anda sudah bangun. Baru saja saya akan memanggil anda." ucap salah seorang pengawalnya, yang diam-diam terpesona oleh penampilan majikannya.
"Ada apa?" tanya Athena santai.
"Sarapan sudah siap. Apakah nona ingin sarapan di kamar atau..." tanya sang pengawal ragu-ragu.
"Kita sarapan bersama saja. Dimana meja makannya?" tanya Athena langsung.
"Di sana, nona. Mari saya antar." jawab pengawal itu bersemangat.
Athena mengikuti pengawalnya. Dalam perjalanan, ia mendengar suara berisik dari lantai atas dan bawah.
"Ada apa di lantai 1 dan 3? Mengapa begitu berisik?" tanya Athena mengerutkan kening.
"Ah, itu rombongan semalam. Sepertinya mereka kehabisan perbekalan, sehingga banyak terjadi pencurian diantara kelompok tersebut." jawab sang pengawal acuh.
"Ini bahkan baru hari ke 3, apakah begitu sulit mendapatkan bahan materi? Seharusnya masih banyak area pertokoan atau supermarket lain yang bisa mereka incar kan." ucap Athena berkomentar.
"Masalah nya, tidak semua dari penyintas itu berani untuk menghadapi zombie bahkan jika telah di kawal para tentara." jawab sang pengawal tanpa daya.
"Sungguh tidak berguna. Jika seperti itu, abaikan saja. Lagipula ini bukan urusan kita." ujar Athena.
Semua orang di lantai 2 mulai menyantap hidangan di depan mereka. Sedangkan aroma yang terkandung dalam masakan mulai menyebar ke lantai 1 dan 3.
"Emm, bau yang harum. Siapa yang memasak, aku juga ingin mencicipinya." ucap salah seorang penyintas di lantai 1.
"Sepertinya itu dari lantai 2." jawab seseorang yang juga mencium aroma lezat itu.
Semua orang mulai menjilati bibir mereka, namun tidak ada yang berani bertindak atau berjalan ke lantai 2 untuk meminta bagian.
"Hei, kapten, tidak bisakah anda meminta sedikit dari makanan mereka dan membagikannya kepada kami? Kami sangat kelaparan." ucap seseorang pria dewasa berperut buncit.
"Membagikannya kepada kalian? Apa kau tidak menghitung jumlah orang dalam kelompok. Tidak mungkin membagikannya sama rata. Dan bahkan lebih tidak mungkin lagi tim di lantai 2 mau memberikan sebagian perbekalan mereka kepada kami." ujar Andre memutar bola matanya malas.
"Sudahlah, kalian jangan mencari masalah. Kami tidak akan bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan." lanjut pria itu berkata dengan acuh.
Perbekalan untuk para tentara masih terbilang cukup, meski itu hanya biskuit terkompresi, mie instan, dan beberapa liter air mineral.
Sebelumnya, semua orang telah diberikan makanan serta minuman sama rata. Adapun apakah mereka bisa berhemat atau tidak, itu bukan menjadi urusannya.
.
.
.
TO BE CONTINUE.
semangat 💪💪 dan terimakasih 🤗👍
lanjutt lagi thor semangatt... semakin seru.