Andhira baru saja kehilangan suami dan harus melahirkan bayinya yang masih prematur akibat kecelakaan lalulintas. Dia diminta untuk menikah dengan Argani, kakak iparnya yang sudah lama menduda.
Penolakan Andhira tidak digubris oleh keluarganya, Wiratama. Dia harus tetap menjadi bagian dari keluarga Atmadja.
Akankah dia menemukan kebahagiaan dalam rumah tangganya kali ini, sementara Argani merupakan seorang laki-laki dingin yang impoten?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Bab 15
"Siapa dia, Sayang?" tanya Argani dengan mesra.
Mendengar ucapan suaminya memanggil "Sayang", Andhira menoleh. Suaminya juga menatap kepadanya sambil tersenyum. Dia tahu kalau ini hanya sandiwara, tetapi tetap saja membuatnya berdebar dipanggil seperti tadi.
"Di-dia dosen aku di kampus, Mas," jawab Andhira dengan tercekat.
"Salam kenal. Aku suaminya Dhira dan ini anak kami," ucap Argani sambil mengulurkan tangan kepada Dimas.
Wajah Dimas mendadak kaku. Senyum lebar yang tadi menghiasi wajahnya hilang dalam sekejap. Dadanya terasa sangat sakit karena dalam hitungan detik hatinya patah mengetahui perempuan yang sudah mencuri hatinya ternyata sudah bersuami, bahkan memiliki seorang anak.
"Papa," panggil Arya yang minta digendong.
"Bagus, Arya. Kamu memang anak yang pintar!" batin Argani senang karena bayi laki-laki itu memanggil dirinya, seakan tahu kalau pria di depan mereka adalah suatu ancaman untuk keluarganya.
Argani menggendong Arya dengan sebelah tangan. Lalu, sebelahnya lahi merangkul pinggang Andhira. Mereka terlihat keluarga bahagia.
"Putramu, umurnya berapa tahun?" tanya Dimas basa-basi di tengah kekacauan hatinya.
"Baru satu tahun," jawab Andhira.
Diam-diam Argani memerhatikan wanita yang bersama Dimas. Dia merasa tidak asing dengan wajahnya. Namun, tidak bisa mengingatnya untuk saat ini.
"Sudah berapa lama kalian menikah?" tanya Dimas.
"Apa Anda petugas sensus penduduk?" tanya Argani balik dengan raut menunjukkan rasa tidak suka karena menanyakan hal privasi baginya.
"Tidak lama lulus SMA aku menikah," jawab Andhira karena menurutnya perbuatan Argani tidak sopan kepada dosennya. Dia tidak mau nanti di kampus mendapat masalah yang akan merugikan dirinya.
Apa yang diucapkan oleh Andhira tidak salah. Dia memang menikah setelah lulus SMA dan sempat bekerja sebelum menikah dengan Andhika.
"Sayang, sepertinya Arya sudah mulai bosan, sebaiknya kita pergi ke tempat lain," ucap Argani karena tidak suka Dimas terus menatap ke arah Andhira. Dia bisa melihat pancaran cinta dari mata laki-laki itu.
"Kami permisi dulu, Pak," ucap Andhira kepada Dimas dengan ramah.
Mereka pun pergi, kali ini Argani berjalan sambil merangkul Andhira agar semakin dekat. Dimas masih saja melihat ke arah Andhira yang pergi menjauh.
***
Argani membawa Andhira dan Arya ke apartemennya, kebetulan melewati jalan itu. Arya jatuh tertidur karena kelelahan bermain. Mereka terkadang mengunjungi tempat ini jika Arya ketiduran. Keluarga Atmadja memang agak posesif kepada bayi itu.
Apartemen Argani memiliki dua kamar. Dulu, satu kamar untuk tidur dan satunya lagi dijadikan ruang kerja. Namun, setelah menikah, ruang kerja diubah menjadi kamar untuk Arya dan Andhira.
"Aku mau mandi, tubuhku lengket oleh keringat," kata Argani.
Di sana hanya ada satu kamar mandi dan letaknya di dekat dapur. Selagi Argani mandi, Andhira membuat masakan. Di sana hanya ada bahan-bahan yang tahan lama. Tidak ada sayuran atau buah-buahan.
Karena lapar, Andhira membuat mie goreng dicampur telur dan sosis. Dia membuat agak banyak, takut Argani juga lapar seperti dirinya.
Wangi masakan Andhira tercium oleh Argani ketika membuka pintu kamar mandi. Dia melihat istrinya memakai apron untuk melindungi bajunya dan rambut di gelung ke atas memperlihatkan tengkuknya yang putih mulus.
Jakun Argani sampai naik turun melihat itu. Rasanya dia ingin mencium lagi bagian tubuh Andhira di sana.
"Kamu sudah selesai mandi, Mas?" tanya Andhira ketika membalikkan badan hendak meletakkan pusing di meja makan.
"Kamu mau mandi juga?" tanya Argani.
"Iya. Gerah," jawab Andhira sambil melepaskan apron.
"Kalau Mas lapar, makan saja duluan."
Ketika berjalan, kaki Andhira tersandung kaki kursi. Tubuh dia pun limbung, jatuh ke depan.
Argani yang kebetulan jalan berlawanan arah, reflek menangkap tubuh Andira. Akan tetapi, sebelah tangannya menahan tubuh wanita itu tepat di dada.
Baik Andhira dan Argani sama-sama terkejut. Sang istri semakin shock ketika laki-laki itu malah meremmasnya, sedangkan sang suami tidak sadar melakukan hal itu.
"M-mas ...." Andhira menatap suaminya masih dengan shock.
"Hn?" Tangan Argani masih anteng di sumber ASI untuk Arya.
"Ta-tangannya."
Argani kemudian mengalihkan pandangan ke arah tangannya. Kali ini giliran laki-laki itu tidak kalah shock karena memegang aset Andhira yang semalam membuatnya tidak bisa tidur karena bagian itu sudah menyita perhatian ketika Andhira memakai lingerie.
Dengan berat hati Argani melepaskan pegangan tangannya. Jujur saja dia shock, tetapi di sisi lain dia menyukainya.
"Ma-af aku tidak sengaja."
Jantung kedua orang itu sama-sama berdebar kencang dan muka merah padam. Andhira pun segera berlari ke kamar mandi. Dia lupa membawa baju ganti
Andhira memegang dadanya yang sempat di sentuh oleh Argani. Masih bisa dia rasakan desiran yang terasa di sekujur tubuhnya hanya karena sentuhan suaminya.
"Ada apa ini? Apa aku suka sama Mas Gani? Atau hal ini biasa terjadi ketika disentuh oleh laki-laki?" batin Andhira.
Namun, Andhira ingat perasaan ini ketika bersama Andhika dahulu. Suami pertamanya berubah menjadi baik dan romantis, sehingga dia sering merasa bahagia dan berbunga-bunga. Dia juga merasakan desiran halus seperti ini ketika mendapatkan pelukan atau ciuman dari Andhika.
Andhira di dalam kamar mandi sekitar 15 menit. Dia mendengar suara gaduh dan teriakan suaminya dari arah dapur, jadi buru-buru keluar dan hanya memakai handuk. Wanita itu takut terjadi sesuatu.
"Ada apa, Mas?" tanya Andhira melihat suaminya sedang berjongkok di dekat kitchen set.
Argani sedang memungut sendok, garpu, pisau, karena tidak sengaja menyenggol tempat peralatan makan. Ketika dia mendongak melihat penampilan Andhira membuatnya menganga. Lagi-lagi dia merasakan senjata pusakanya bereaksi. Kaki jenjang yang mulus dan putih tepat di depan mata laki-laki itu. Wangi sabun juga tercium dari tubuh istrinya.
"Aku menjatuhkannya saat akan bawa garpu," kata Argani menunduk kembali memungut beberapa sendok. Dia menahan diri untuk tidak melihat ke arah Andhira.
Mata Argani semakin melotot ketika Andhira malah ikut memungut sendok dan garpu. Kini di sejajar dengan dada atas sang istri. Semakin tersiksa saja senjata pusakanya.
"Apa yang kau lakukan? Cepat pakai baju, nanti masuk angin!" bentak Argani tanpa disadari karena dia panik.
Andhira juga baru sadar dengan penampilannya saat ini. Muka dia berubah merah padam. Wanita itu berteriak, lalu segara berlari ke kamar.
"Apa yang aku lakukan barusan? Aku seperti sedang menggoda Mas Gani," batin Andhira yang jantungnya berdetak sangat kencang sekali.
Setelah memakai pakaian, Andhira keluar kamar. Rupanya Argani masih duduk di meja makan. Laki-laki itu menunggu dirinya untuk makan bersama.
"Cepatlah, aku lapar!" titah Argani begitu menoleh ke arah Andhira yang menggunakan daster batik dengan kancing depan.
Keduanya makan dalam diam dan sesekali mencuri pandang satu sama lain tanpa keduanya sadari. Mereka lama lebih lama dari biasanya, karena mengunyah makanan cukup lama. Pikiran mereka terlalu sibuk memikirkan kejadian tadi malam dan barusan.
Setelah selesai makan, Andhira mencuci bekas makan dan masak. Sementara Argani duduk manis di ruang tengah sambil menonton televisi.
Begitu selesai dengan pekerjaannya, Andhira melihat jam dan sudah waktunya drama kesukaan dia tayang. Namun, ketika melihat Argani sedang menonton pertandingan basket, dia jadi mengurungkan niatnya.
"Pilih saja Chanel televisi kesukaan kamu. Aku hanya sedang bosan saja," ucap Argani.
Mendapat izin suaminya tentu saja Andira senang dan tidak menyia-nyiakan kesempatan. Apalagi drama Turki yang sedang ditontonnya saat ini sedang seru-serunya.
Karena terburu-buru Andhira tidak fokus pada jalannya. Dia tersandung kaki sendiri, sehingga jatuh menimpa tubuh suaminya.
Argani yang sedang duduk manis terkejut ketika mendengar suara jeritan istrinya. Begitu menoleh dada Andhira menimpa mukanya.
***
cepat² lah tobat pak Bagas, sama nenek peyot.🤭 gregetan bgt sumpah