Ghea yang sudah menikah selama tiga tahun dengan suaminya, dia tidak pernah mendapatkan sentuhan lembut dari suaminya karena sang suami sibuk dengan kekasihnya, hingga akhirnya dia harus terlibat dengan seorang playboy yang tak lain adalah adik iparnya sendiri.
Gairah keplayboyan Gibran seketika menghilang setelah bertemu Ghea, membuat dia ingin menjadikan Ghea sebagai miliknya.
Padahal sebelum menikah dengan Romi, Ghea lebih dulu dijodohkan dengan Gibran. Tapi Gibran menolak perjodohan itu tanpa ingin tau dulu siapa yang dijodohkan dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ceo Tampan
Gibran datang ke lokasi syuting karena kebetulan Renata hari ini sedang berada di lokasi syuting, terlihat para kru yang bekerja dalam pembuatan film disana, tapi mata Gibran sekarang ini fokus hanya mencari satu orang, yaitu Renata.
"Dari TVC Media menelpon saya beberapa kali, dia ingin mengontrak kamu dalam pembuatan iklan sepatu hiking merk Adva," Managernya Renata memberi kabar soal itu kepada Renata yang sedang sibuk di dadani tukang rias disana.
"Bukan kah aku dulu sudah menolak perusahaan itu? " tanya Renata dengan sinisnya.
"Iya betul, bukannya TVC Media sebuah perusahaan besar, mengapa kamu menolaknya?"
"Aku lagi malas syuting iklan,"
Pembicaraan mereka terhenti karena ada seseorang yang menyapa salah satu artis TOP itu.
"Apa kamu Renata?"
Renata dan sang menager langsung menoleh, Renata seperti sedang terkena sihir saat melihat pria yang memanggil namanya, dia begitu terpukau dengan ketampanan Gibran apalagi Gibran saat ini sedang tersenyum padanya membuat hatinya mendayu-dayu entah kemana.
"Renata!" Sang manager mencoba menyadarkan Renata yang sedang melongo tak berkedip sekalipun saat melihat Gibran.
Renata tersentak kaget, dia membuang muka pura-pura bersikap biasa saja, "Ya betul saya Renata, kamu siapa?"
Penata rias yang mendandani Renata sudah menyelesaikan tugasnya, dia segera pergi, jadi ada kursi kosong di depan Renata.
Gibran pun duduk di kursi itu berhadapan dengan Renata, "Aku Gibran, ceo dari TVC Media!" Gibran mengulurkan tangannya.
Renata meraih tangan yang kekar itu, dia merasakan ada sengatan listrik saat menjabat tangan Gibran sampai tidak rela saat Gibran melepaskan tangan itu.
"Saya datang kesini untuk membahas sebuah pekerjaan, aku ingin kamu jadi model iklan diperusahaan saya, saya harap kerjasamanya."
Renata pura-pura jual mahal, "Tapi aku sedang tidak tertarik untuk jadi model iklan,"
Gibran menatap mata Renata dengan tatapan yang begitu dalam sampai menembus jantung, membuat jantung itu berdegup lebih kencang dari biasanya, dia semakin terperdaya dengan tatapan itu.
"Benarkah? Sayang sekali padahal saya sangat tertarik dengan kamu,"
Perkataan itu membuat wajah Renata memerah.
"Oh maksud aku, tertarik untuk menjadikan kamu model iklan di perusahaan saya,"
Renata jadi gelagapan dibuatnya, "Mmm.. euu... ya sudah, aku rasa tidak ada salahnya aku mencoba syuting iklan,"
Sang manager kaget mendengar persetujuan dari Renata tanpa mengajaknya berunding lebih dulu, "Apa kamu yakin Renata? Ini syutingnya di gunung lho!"
"Apa? Gunung?" Renata tampak kaget dan memelototkan matanya.
Gibran mengangguk pelan dan masih menatap Renata dengan tatapan menggoda, Renata jadi tidak bisa berpikir jernih lagi. "Tapi kami menjamin keamanan kamu, tenang saja!"
"Mmm... Oh tidak apa-apa, aku juga dulu suka mendaki." Renata meyakinkan sang manager.
Sang manager hanya bisa memandangi Renata penuh tanda tanya, sepertinya ada yang tidak beres dari artisnya itu.
"Baiklah," Gibran menunjukkan sebuah map yang berisi kontrak dalam pembuatan iklan, "Tolong tanda tangani disini," Gibran menunjuk sudut kanan dari kertas berharga itu.
"Oh i-iya," Renata segera menandatangani surat kontrak itu.
Gibran tersenyum simpul, dia menyimpan kembali map itu ke dalam tas kerjanya, "Oke lah nanti saya hubungi kamu lagi mengenai kapan syutingnya,"
Renata memberikan ponselnya ke Gibran, "Hubungi saya saja secara langsung,"
Gibran tersenyum nakal, "Tentu saja," dia menulis nomor ponselnya lalu menelpon nomor tersebut.
Drrrrttt... drrtttt...
Ponsel milik Gibran bergetar di saku celananya, "Aku akan menghubungimu,"
Sang manager hanya bisa melongo penuh tanda tanya tidak mengerti mengapa bisa Renata secepat itu mengambil keputusan.
Bahkan setelah Gibran berlalu, Renata masih tersenyum termesem-mesem memandangi sebuah nama di kontak ponselnya, dia menamai nomor Gibran itu dengan kata 'Ceo Tampan'.
...****************...
...Jangan lupa like, komen, vote dan beri hadiah yah kawan 🙏 😁...
...Dan terimakasih banyak buat yang sudah memberi itu semua, semakin membuat saya semangat! ...
...Mohon maaf belum bisa balas komen satu persatu, tapi saya selalu baca komen dari kalinya. ...
...Jangan lupa simak terus ke bab-bab berikutnya! ...