Allesia Cestaro adalah gadis seorang siswi kutu buku sekolah yang mengalami sebuah tragedi di malam perpisahan sekolah. Ia sengaja di beri racun gairah oleh teman-temannya untuk sekedar menjadikan momen perpisahan yang unik.
Tidak di duga ia akan di selamatkan oleh pria nomor 1 di sekolah dengan kekayaan keluarga mencapai triliunan, ia adalah Zigga Wirelless Allison.
Zigga membawa Allesia menjauh dari anak-anak nakal menggunakan mobilnya ke sebuah pinggiran sungai besar yang berada di sudut kota.
"Kamu tidak pernah minum, kenapa minum?" tanya Zigga.
"Calista bilang kalo ingin mendapatkan kamu aku harus bisa minum!" jawabnya malu-malu.
"Tolong aku?" lanjutannya dengan lirih gelisah.
"Dasar wanita bodoh!" Zigga melepaskan kemeja putihnya. "Alle, ingat satu hal, aku akan menolong mu tetapi aku tidak akan bertanggung jawab apapun yang terjadi ke depan!?" tegas Zigga.
Bagaimana nasib Alle selanjutnya, tragedi kenikmatan akankah membawa malapetaka atau keindahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tempat spesial
"HAAAAAAAAA!" teriakan seorang wanita yang memekik di pagi hari.
Pria yang yang menolong kak Jenni langsung bergegas masuk ke dalam kamar ketika mendengar teriakan.
"Hay!?" Pria itu tersenyum mencoba untuk menenangkan kak Jenni yang terlihat bingung dan linglung.
"Siapa kamu! Di mana aku! Siapa yang menggantikan aku pakai ini!?" tanya Kak Jenni dengan erat memegang sebuah jam karakter kecil di tangannya untuk siap di lempar ke pria itu.
"Tunggu! Tunggu! Tenangkan dirimu, aku adalah Lucas Mauro, aku yang sudah menolong mu ketika kamu mabuk di bar!" jelas pria yang memiliki nama Lucas Mauro.
"Aku mabuk dan kamu mengambil kesempatan untuk-?" Kak Jenni melihat tubuhnya di balik selimut. "Apa kamu sudah-?" tanyanya curiga.
"Tidak-tidak! Sungguh aku tidak melakukan apapun padamu. Aku memang mengganti pakaian mu, tapi aku tidak melakukan apapun padamu. Kamu mabuk parah dan muntah semalam, aku tidak punya pilihan lain untuk membantu sendiri." jelas Lucas.
"Apa kamu yakin?" tanya Kak Jennifer memastikan.
"Aku sangat yakin, semalam bartender menghubungi ku karena dia tidak dapat menghubungi siapapun kecuali aku. Kamu tidak membawa tas dan juga tidak membawa ponsel, hanya ada kartu namaku di jas kamu sehingga bartender menghubungi ku!" jelas Lucas sangat cepat dan sangat tegas supaya Jenni percaya.
Jennifer mengingat jika dia memang meninggalkan ponsel dan juga tasnya di dalam mobil.
"Tunggu, dari mana aku mendapatkan kartu namamu?" tanya Jenni penasaran karena saat penampilan Lucas sangat berbeda dengan saat pertama kali mereka bertemu.
Kemarin Lucas memiliki brewok tipis di wajahnya dan rambut yang belum di potong, namun sekarang terlihat Lucas lebih fresh dengan brewok yang di cukur dan rambut yang sudah di rapikan.
"Aku yang kemarin siang bertabrakan dengan anda, aku tidak sengaja menumpahkan kopiku di baju anda, untuk meminta maaf dan memberikan kartu namaku jika anda berubah pikiran ingin meminta ganti rugi padaku karena aku tahu setelan yang anda pakai tidak murah." jelas Lucas.
Jennifer menghela nafas dan membodohi dirinya sendiri dalam diam. Dia tidak berlama-lama saat ini.
"Baiklah, aku ucapkan terima kasih karena anda sudah menolongku semalam, aku akan menganggap ini impas, anda tidak perlu memikirkan ganti rugi karena baju itu tidak seberapa." tutur Jennifer turun dari kasur.
Lucas dari awal sudah sangat tertarik dengan Jennifer. Dia tidak ingin kehilangan kesempatan kali ini.
"Tunggu! Aku akan mengantarmu pulang?" Lucas tersenyum dengan tulus berharap Jennifer menerimanya.
"Oh tidak-tidak, aku akan naik taksi." Jennifer menolak dengan halus dengan sesekali memegang kepalanya yang masih terasa berat.
"Aku akan terus merasa berhutang padamu jika kamu menolak tawaran ku?" Lucas memasang wajah kelinci yang manis.
Jennifer menghela nafas. "Antar aku ke bar saja karena mobilku masih di sana." Jennifer tidak punya pilihan.
"Oke-oke!" Lucas bersemangat.
Di dalam mobil terlihat Lucas merasa canggung untuk meminta agar mereka dapat berteman setelah ini, namun Lucas tidak tahu harus memulainya dari mana.
Sedangkan Jenifer tidak dapat memikirkan apapun kecuali strategi untuk menyelamatkan ayah dan juga adiknya. Waktu semakin mepet namun dia malah terjebak dengan orang asing.
"Hay, boleh aku tahu siapa nama anda?" tanya Lucas.
"Em, aku rasa tidak perlu." Jennifer menatap ke arah jendela dan tidak menghiraukan Lucas.
"Aku berharap ke depan kita berteman?" Lucas menepuk-nepuk pahanya ringan untuk menghilangkan rasa groginya.
"Tidak, aku rasa kita cukup sampai di sini." jawabnya masih tidak menoleh ke arah lawan bicara.
Lucas semakin merasa tertantang dan mencoba untuk memenangkan perkenalan ini. Tapi dia mengatakan sesuatu, Jennifer langsung menskak.
"Aku sudah punya suami!" jelasnya membuat Lucas Mauro langsung terdiam.
Harga diri laki-laki ialah tidak akan menganggu hubungan orang lain.
"Oh, maaf, baiklah aku mengerti." Ekspresi Lucas langsung berubah menjadi tegang dan arogan. Dengan tiba-tiba mimik manisnya berubah menjadi sosok yang tidak mudah di dekati.
Jennifer tidak menghiraukan perubahan mimik Lucas sebab dia sudah terbiasa melihat ekspresi tersebut karena beberapa orang kaya yang berambisi memang memiliki gaya yang hampir sama.
Setelah sampai di bar Jennifer langsung turun dari mobil tanpa mengucapkan terima kasih, dan Lucas pun tidak menatapnya dan hanya memandang lurus ke depan. Setelah Jennifer benar-benar turun Lucas pun langsung menancapkan gas mobilnya.
Jennifer pun tidak memikirkan hal lain selain ingin segera bergegas menuju ke sebuah tempat.
........
Di mansion kediaman Zigga terlihat Prilliya dengan kesal menunggu di ruangan tv karena dia tidak di perbolehkan naik ke lantai atas.
"Zigga, kamu sangat pilih kasih!" umpatnya dengan kesal memakan apel di tangannya.
Sedangkan di sisi lain Zigga dengan hati-hati mengajak Alle ke tempat rahasia dengan menutup matanya.
"Zigga, sebenarnya kejutan apa ini? Kenapa mata ku di tutup?" tanya Alle berhati-hati.
"Kamu akan melihatnya." jawab Zigga menggeser lukisan besar dan memasukan kode pintu yang ada di baliknya.
Ketika pintu di buka Zigga mengajak Alle untuk masuk ke dalamnya.
Setelah pintu tertutup terlihat di dalam ruangan rahasia sangat indah seperti ada di sebuah apartemen mewah dengan kolam berendam di dalamnya. Namun di dalam sana tidak ada pencahayaan matahari.
Zigga menutup pintu dengan lukisan besar sehingga dari dalam juga tidak terlihat di mana pintu keluarnya.
Setelah memastikan semuanya aman Zigga pun membuka penutup mata Alle. Terlihat Allesia merasa sangat asing dengan tempat ini.
"Zigga, kita ada di mana? perasaan kita tadi gak naik mobil ataupun keluar dari rumah?" tanya Alle terlihat terpesona dengan tempat ini.
Apalagi sebuah kolam yang sangat batas lutut dengan desain bundar bertingkat seperti tempat pemandian air panas dengan air hujan kecil buatan dari atas.
Gemercik air terdengar sangat syahdu dengan pemandangan kasur yang di hias dengan taburan bunga mawar.
"Kita ada di tempat spesial. Tempat ini hanya tempat kita berdua. Apa kamu suka?" tanya Zigga melihat wanitanya yang kesenangan berlari sana ke sini memastikan ada sesuatu yang unik.
"Zigga, di dalam kulkas penuh dengan makan dan buah, ada microwave juga, aku bisa memegang apapun di sini?" tutur Alle kesenangan. Meskipun tidak ada kompor, namun dia bisa memegang sesuatu di dalam microwave.
Alle memandang Zigga dengan senang. "aku boleh masak di sini?" tanya Alle senang, karena selama di rumah besar dia tidak pernah memasak apapun.
"Hanya memanaskan makanan itu tidak akan melukaimu." ucap Zigga menarik pinggang mungil sang kekasih.
"Zigga, aku senang di sini?" Alle tersenyum dan mendongak ke atas menatap sang prianya yang terlihat sangat gagah.
"Benar? Apa kamu tidak keberatan tinggal di sini untuk beberapa saat?" tanya Zigga.
"Asalkan sama kamu di sini?" Alle masih belum menyadari bahaya sehingga dia masih larut dalam cinta yang Zigga berikan.
......