Mungkin ada banyak sekali gadis seusianya yang sudah menikah, begitulah yang ada dibenak Rumi saat ini. Apalagi adiknya terus saja bertanya kapan gerangan ia akan dilamar oleh sang kekasih yang sudah menjalin hubungan bersama dengan dirinya selama lima tahun lamanya.
Namun ternyata, bukan pernikahan yang Rumi dapatkan melainkan sebuah pengkhianatan yang membuatnya semakin terpuruk dan terus meratapi nasibnya yang begitu menyedihkan. Di masa patah hatinya ini, sang Ibu malah ingin menjodohkannya dengan seorang pria yang ternyata adalah anak dari salah satu temannya.
Tristan, pewaris tunggal yang harus menyandang status sebagai seorang duda diusianya yang terbilang masih duda. Dialah orang yang dipilihkan langsung oleh Ibunya Rumi. Lantas bagaimana? Apakah Rumi akan menerimanya atau malah memberontak dan menolak perjodohan tersebut?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon safea, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 31
Sepasang mata kecoklatan itu tak beralih sama sekali dari pemandangan yang sebenarnya sudah sangat memuakkan baginya. Jemari lentiknya pun tanpa sadar menggenggam gelas dengan semakin erat dibuatnya.
Joyie yang tertawa dengan begitu riang, ditambah lagi dengan Tristan yang terlihat terus saja berusaha mendekat ke arah wanita yang tidak Kartika ketahui namanya itu.
Ah, iya mari cari tahu dulu kenapa Kartika bisa berada di tengah-tengah pesta yang diadakan oleh keluarganya Tristan meskipun ia tidak mendapatkan undangan seperti tamu lainnya.
Ini berkat Manda, temannya itulah yang membawa Kartika ke tempat ini. Itupun setelah Kartika yang memintanya secara langsung pada Manda. Biarlah ia terlihat begitu menyedihkan, yang terpenting Kartika bisa bertemu dengan Joyienya.
"Itu istrinya Tristan ya?" Wajar saja kalau Kartika dibuat terkejut dengan kedatangan Manda yang begitu tiba-tiba.
Pasalnya sejak tadi ia sedang berdiri seorang diri di pojok ruangan ini, sementara Manda tadi pergi untuk menemani suaminya di antah berantah.
"Gue juga nggak tau." Kartika tidak membual sama sekali karena dirinya pun tak mengetahui hubungan apa yang sebenarnya sedang terjalin antara Tristan dan wanita itu.
Tapi rasanya sangat tidak mungkin kalau wanita itu adalah istrinya Tristan, karena menurut informasi yang Kartika dapatkan mereka hanya dekat tanpa ada hubungan apapun.
Dan Manda pun tidak mengetahuinya, ya meskipun suaminya adalah salah satu teman dekatnya Tristan ia juga tidak tahu sampai sedalam itu. Makanya saat ini ia jadi bertanya pada Kartika.
"Udah lah Ti, cowo di dunia ini kan bukan cuma Tristan doang. Kalo modelan lo begini mah siapa yang nggak mau coba." Tidak, Kartika hanya ingin Tristan saja, tidak mau dengan yang lainnya.
"Apalagi tu orang udah punya buntut noh." Iya, untuk yang satu ini pun Kartika sudah mengetahuinya.
Karena sebenarnya anak perempuan cantik bernama Joyie itu adalah anak yang lahir dari rahimnya. Iya, gadis menggemaskan itu adalah putrinya dan Tristan. Namun tak ada satu orang pun yang mengetahui tentang itu kecuali keluarga mereka masing-masing.
Ceritanya cukup panjang dan Kartika tidak punya waktu yang banyak untuk menceritakannya sekarang karena ia masih sibuk memperhatikan Joyie di depan sana.
"Tuh cakep Ti, temennya Anton juga. Juragan sawit sih doi, kalo lo mau biar gue kenalin nanti." Percuma saja Manda menunjuk ke arah lainnya karena yang sedang ingin Kartika lihat hanya Tristan dan Joyie saja.
"Gue lupa namanya siapa, tapi kalo nggak salah Ha— lah mau kemana lo?" Sialan sekali Kartika ini, bisa-bisanya dia pergi begitu saja sebelum Manda menyelesaikan ucapannya.
Bukan tanpa alasan, Kartika merasa kalau dirinya mendapatkan kesempatan begitu melihat Joyie yang pergi seorang diri menuju sebuah meja yang di atasnya terdapat beberapa jenis kudapan manis.
Kartika akan menggunakan kesempatan ini dengan baik, ia benar-benar ingin mengajak Joyienya untuk mengobrol.
"Ugh, mejanya terlalu tinggi. Joyienya tidak sampai." Padahal kaki pendeknya sudah berjinjit, namun tetap saja ia tidak berhasil menggapai sebuah cupcake yang ia yakini berada di pinggir meja.
"Kamu mau makan ini, ya?" Akhirnya makanan manis itu berada dalam genggaman seorang wanita yang kini tengah mensejajarkan tubuhnya dengan Joyie.
Ingatkan kalau Tristan pernah mengatakan Joyie ini tipekal anak yang tidak mudah akrab dengan orang lain. Lihat saja yang sedang terjadi saat ini.
Tubuh kecilnya mundur beberapa langkah ke belakang saat melihat Kartika yang sedang tersenyum dengan begitu cantik ke arahnya.
Melihat apa yang sedang Joyie lakukan saat ini tentu saja membuat hati kecil Kartika terasa luar biasa sakit. Tidak ada yang lebih menyakitkan bagi Kartika saat mengetahui kalau Joyie takut padanya.
"Jangan takut, aku bukan orang jahat kok. Aku cuma mau bantu ambilin ini." Di tengah rasa sesak yang mendera dadanya, Kartika berusaha untul berbicara dengan suara yang terdengar normal.
"Kalau kamu nggak percaya, ayo kita kenalan dulu. Aku namanya Kartika." Sejujurnya, Kartika sangat ingin menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Mommy alih-alih 'Aku' karena itu justru semakin membuat hatinya sakit.
"Kamu namanya siapa, cantik?" Berbeda dengan Kartika yang sudah mengulurkan telapak tangannya ke depan, Joyie malah masih memilih untuk bungkam.
Masih di ruangan yang sama, hanya saja di sisi yang berbeda. Tristan mulai dibuat tidak tenang karena Joyie yang tak kunjung kembali.
Seingatnya, tuan putri kecilnya tadi berpamitan untuk pergi mengambil cupcake yang ada di salah satu meja di sekitar sini juga. Tapi kenapa ia tak kunjung kembali?
"Joyie belum balik ya, Pak?" Rupanya bukan hanya Tristan saja yang dibuat tak tenang, Rumi yang sejak tadi sedang menikmati obrolan pun nampak mulai tak tenang.
"Belum, sepertinya dia tersesat. Saya cari dulu." Bagaimanapun tempat ini dipenuhi oleh banyak sekali orang, dan tentu saja Tristan tidak boleh hanya diam dan menunggu di tempatnya.
"Saya ikut kalau gitu." Satu anggukan pelan Rumi terima sebagai konfirmasi kalau dirinya diperbolehkan untuk ikut dengan Tristan yang akan mencari keberadaan Joyie.
"Tadi Joyie bilangnya mau ambil cupcake, Pak." Hanya informasi itu yang bisa Rumi ingat, dan ia harus menyampaikannya pada Tristan karena Rumi pun tak tahu dimana meja yang menyediakan cupcake berada.
"Di sana rupanya." Kepala Rumi ikut menoleh ke sebelah kanan, mengikuti apa yang sedang Tristan lakukan saat ini.
Mungkin fokus Tristan hanya berpusat pada Joyie yang terlihat tak nyaman sehingga ia tak menyadari kalau ada orang lain di sekitar putrinya saat ini, lebih tepatnya adalah Kartika.
"Joyie, kenapa lama sekali mengambil cupcakenya sayang?" Usapan penuh kelembutan yang Tristan berikan di puncak kepala Joyie berhasil menyadarkan gadis kecil itu dari rasa takutnya.
"Itu Daddy, Joyie tidak sampai. Terus itu..." Jemari pendeknya kini tengah menunjuk ke arah Kartika yang ternyata juga dibuat terkejut dengan kehadiran Tristan yang begitu tiba-tiba.
"Oh, halo Tristan." Sebagai orang yang namanya barusan saja disebut, Tristan tentu saja terkejut. Apalagi suara yang wanita itu keluarkan masih tersisa di ingatannya dengan jelas.
"Bagaimana bisa kamu ada di sini?" Dingin dan seolah tak tersentuh, begitulah aura yang menguar dari tubuh tinggi Tristan saat ini. Hal itu tentu saja membuat rasa sakit di hati Kartika semakin bertambah.
Tidak pernah dalam hidupnya Kartika mendengar suara Tristan yang seperti ini. Sewaktu mereka memutuskan untuk berpisah pun Tristan masih terlihat begitu lembut padanya.
"Aku diajak sama salah satu temen karena dia nggak mau datang sendirian, jadi yah begitulah." Pembual, padahal Kartika sendiri yang memaksa Manda agar dirinya juga bisa pergi ke pesta ini.
"Daddy kenal dengan aunty ini?" Gawat, jangan sampai Joyie mengetahui siapa Kartika. Tristan benar-benar tidak mau kalau hal itu sampai terjadi.
"Rumi, tolong bawa Joyie dari sini. Saya harus menyelesaikan sesuatu terlebih dahulu." Bolehkah Kartika merasa iri pada wanita bernama Rumi ini begitu mendengar bagaimana lembutnya suara Tristan saat berbicara padanya.
"Iya, Pak." Hanya dua patah kata itu saja yang Rumi ucapkan, namun percayalah kalau saat ini sedang ada banyak sekali tanda tanya yang bersarang di kepalanya Rumi.
"Untuk apa kamu kembali lagi, Kartika? Bukankah kamu sendiri yang mengatakan kalau kamu tidak sudi lagi untuk bertemu dengan saya dan Joyie?" Tak lama setelah Rumi berhasil membawa Joyie tanpa paksaan sama sekali, Tristan langsung meluncurkan pertanyaan yang tak Kartika sangka sama sekali.
Beruntungnya tempat mereka berdiri saat ini cukup jauh dari keramaian, jadi sudah bisa dipastikan kalau tidak ada orang lain yang bisa mendengar pembicaraan mereka berdua.
semangat berkarya kak🥰
kalau Kaka bersedia follow me ya ..
maka Kaka BS mendapat undangan dari kami. Terima kasih