Dokter Heni Widyastuti, janda tanpa anak sudah bertekad menutup hati dari yang namanya cinta. Pergi ke tapal batas berniat menghabiskan sisa hidupnya untuk mengabdi pada Bumi Pertiwi. Namun takdir berkata lain.
Bertemu seorang komandan batalyon Mayor Seno Pradipta Pamungkas yang antipati pada wanita dan cinta. Luka masa lalu atas perselingkuhan mantan istri dengan komandannya sendiri, membuat hatinya beku laksana es di kutub. Ayah dari dua anak tersebut tak menyangka pertemuan keduanya dengan Dokter Heni justru membawa mereka menjadi sepasang suami istri.
Aku terluka kembali karena cinta. Aku berusaha mencintainya sederas hujan namun dia memilih berteduh untuk menghindar~Dokter Heni.
Bagiku pertemuan denganmu bukanlah sebuah kesalahan tapi anugerah. Awalnya aku tak berharap cinta dan kamu hadir dalam hidupku. Tapi sekarang, kamu adalah orang yang tidak ku harapkan pergi. Aku mohon, jangan tinggalkan aku dan anak-anak. Kami sangat membutuhkanmu~Mayor Seno.
Bagian dari Novel: Bening
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Safira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20 - Rekaman Rahasia
Perselingkuhan keduanya sudah berjalan beberapa tahun lamanya nyaris tak terendus.
Seno sendiri sering merasa aneh pada tubuhnya. Terlebih saat Manda tengah hamil Aya.
Saat jauh ia begitu rindu dengan istrinya. Bahkan ia begitu berhasrat ingin sekali bercinta dengan sang istri. Terlebih setelah Manda sering mengiriminya foto-foto yang cukup se*xy saat istrinya itu memakai ling*erie melalui W A.
Padahal faktanya, Manda memakai pakaian kurang bahan yang mirip saringan tahu itu, karena wanita ini tengah menanti kedatangan Gani ke rumahnya. Tentu saja saat Aldo sedang sekolah adalah waktu yang tepat bagi keduanya untuk memadu kasih terlarang.
Akan tetapi ketika Seno pulang ke rumah, mendadak tubuhnya sering sakit entah demam atau flu. Alhasil se-se*xy apa pun Manda di sampingnya bahkan tanpa memakai sehelai benang pun, Seno mendadak tak bernaf*su. Ia memilih tidur untuk mengistirahatkan badannya.
Manda pun geram dan semakin gigit jari karena ia sedang ingin bercinta dengan Seno tetapi suaminya justru meringkuk di kasur. Apalagi ketika dirinya hamil Aya, libi*donya meningkat drastis ketimbang saat hamil Aldo.
Bahkan pernah memaksa Seno untuk bercinta dengannya karena memang ia tak tahan dengan hasratnya sendiri. Hormon kehamilan benar-benar merecokinya. Seno pun terpaksa mengiyakan walau dirinya sudah menolaknya karena tak enak badan. Saat akan menyatu, justru Seno mual hebat hingga muntahannya tumpah ke tubuh Manda dan kasur mereka.
"Astaga, MAS SENO !!" pekik Manda. Tubuh polosnya terutama bagian dada dan wajahnya otomatis terkena muntahan Seno yang cukup banyak dan bau.
"Ma_af, sayang."
Seno sempat meminta maaf lalu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan sisanya.
"Hoek...hoek...hoek..."
Perutnya benar-benar bergejolak. Seno sudah memeriksakan ke dokter. Konon katanya ia mengalami kehamilan simpatik. Jadi Manda tak merasakan pusing, mual, dan ngidam sama sekali. Justru dirinya yang mengalami itu semua.
Ia mendadak pusing dan mual hanya saat berdekatan dengan Manda. Ia mengidam juga saat di rumah bersama Manda saja. Ketika berjauhan misal sedang dinas di luar kota, semua berjalan normal saja. Alhasil Manda yang kerepotan mencarikan barang atau makanan yang diminta suaminya itu karena mengidam.
☘️☘️
Sebuah bang*kai walaupun disembunyikan secara rapi dan apik, suatu saat pasti baunya akan tercium juga.
Aya telah lahir dan usianya sebentar lagi akan genap tiga tahun. Entah mengapa akhir-akhir ini Seno merasa ada perubahan yang signifikan dari diri Manda. Sebenarnya perubahan itu sudah lama terjadi namun baru sekarang saja dia memperhatikan dengan seksama.
Mulai dari baju serta tas mewah yang dimiliki istrinya. Manda beralasan padanya jika menang arisan dan ada juga yang didapatkan dari kado temannya saat istrinya itu berulang tahun.
Memang selama ini kediaman pribadinya tak ada C C T V. Selain dirinya percaya dengan Manda, keuangan mereka juga masih terbatas karena sebagai kepala rumah tangga dirinya harus betul-betul mengatur keuangan keluarganya dengan baik.
Pendidikan militernya juga terus berjalan dan ia tingkatkan dengan sekolah lagi guna kenaikan pangkat dan jabatan. Semua demi keluarga kecilnya.
Namun kecurigaan Seno semakin kuat. Sebelum dirinya pergi bertugas ke luar kota untuk beberapa hari, akhirnya ia memutuskan membeli sebuah C C T V kecil dari sebuah toko. Niatnya hanya untuk meyakinkan diri bahwa dugaan yang ada di pikirannya tidaklah benar.
Ia selipkan benda canggih berukuran kecil tersebut di sekitar bunga plastik milik istrinya yang berada di dalam vas tepatnya di atas meja rias.
Siang yang naas bagi Seno dan Aldo.
"Honey, putramu sudah berangkat sekolah?" tanya Gani via telepon.
"Iya sayang, satu jam yang lalu Aldo sudah berangkat. Kamu bisa segera datang ke sini," jawab Manda dengan suara yang terdengar mende*sah.
Dirinya sedang berada di dalam kamarnya. Bahkan kini ia sudah memakai ling*erinya.
"Putri kecilmu sudah tidur nyenyak?" tanya Gani kembali memastikan situasi dan kondisi.
"Sudah, Honey. Aya sudah tidur. Tadi di dalam botol susunya sudah aku campurkan obat tidur," jawab Manda.
"Siap meluncur. Kamu langsung buka baju ya Honey, biar kita segera tancap gas. Soalnya dua jam lagi aku harus segera sampai kantor," pinta Gani.
"As you wish honey," jawab Manda mesra. Hal itu semakin membuat Gani menekan pedal gas mobilnya dalam-dalam agar segera sampai di kediaman Manda.
Dan akhirnya keduanya langsung melakukan pergu*mulan panas di kamar utama. Di sana ada Aya yang tertidur pulas di box tidurnya. Saking enggak sabaran kedua manusia tak bermoral ini untuk segera menyatu, pintu kamar utama belum tertutup dengan rapat. Menyisakan sebuah celah kecil.
Aldo pulang ke rumah lebih awal karena mendadak kepala sekolah mengalami kecelakaan dan meninggal dunia. Alhasil para guru datang melayat ke rumah duka. Murid-murid dipulangkan lebih cepat.
Hari ini dia dapat laporan yakni nilai seratus pada mata pelajaran Matematika yang dikerjakan kemarin. Ia berlari dan ingin menunjukkan hal itu pada ibunya.
"Mama pasti seneng lihat nilaiku bagus," gumam Aldo yang tersenyum bahagia seraya tangannya perlahan membuka pintu utama. Ia telah dibekali kunci cadangan rumahnya oleh orang tuanya. Ia ingin memberi kejutan pada ibunya sehingga masuk ke rumah dengan mengendap-endap.
Tiba-tiba langkah kakinya berhenti. Sebab, telinganya sayup-sayup mendengar suara aneh dari dalam kamar orang tuanya. Kakinya pun perlahan melangkah menuju kamar utama.
Seketika pupil matanya melebar dan terbelalak dengan sempurna kala melihat pemandangan yang menjijikkan dari celah pintu. Ibunya sedang bercinta dengan laki-laki lain yang ia kenal sebagai komandan ayahnya sendiri. Keduanya tengah berada di atas ranjang dalam kondisi polos tanpa sehelai benang pun. Selimut dan pakaian hingga dalaman berserakan di lantai kamar.
"Oh, Honey terus. Lebih dalam,"
"Apa begini, Honey?" tanya Gani saat ia berada di atas tubuh polos Manda.
"Iya, Honey. Punyamu lebih enak dari Mas Seno," jawab Manda dengan napas terengah-engah.
"Pastinya dong, Honey. Gani Samudera pasti lebih besar dan per*kasa daripada suamimu," ucap Gani memuji dirinya sendiri.
Seketika air mata Aldo menetes di pipinya. Ia menangis dalam diam. Sebab, suaranya seakan tercekat di kerongkongan. Kedua tangannya mengepal dengan keras. Lalu ia berlari keluar rumah sejauh mungkin. Sampai akhirnya ia berada di taman belakang komplek yang memang cukup sepi. Ia pun berteriak sekencang-kencangnya hingga urat-urat di lehernya tampak jelas.
"MAMA BRENGSEK !!"
"OM GANI BRENGSEK !!"
"Mati saja kalian berdua. Dasar manusia sampah!" maki Aldo.
"Huhu... Papa..."
"Hiks...hiks...hiks..." tangis Aldo pun pecah.
BUGH !!
BUGH !!
Seketika Aldo melampiaskan kekesalan dalam hatinya pada pohon serta benda apa pun di sana. Ia pukul, ia tendang sampai lengan dan kakinya lecet serta berdarah.
Bahkan Seno yang tengah berada di kota lain, seketika naik pitam melihat adegan menjijikkan itu yang terekam dengan jelas pada C C T V yang ia pasang dan terhubung dengan ponsel pribadinya.
Hari itu juga Seno pulang. Ia tak menampar Manda atau melukai secara fisik sedikit pun. Ia menalak dan mengusir Manda dari kediamannya. Namun hatinya perih bagai ditusuk belati tajam hingga ia yang seorang prajurit itu pun akhirnya tak kuasa untuk menangis. Meneteskan air matanya yang entah berapa banyaknya kala melihat kewarasan anaknya terganggu karena ulah ibunya yang berselingkuh.
☘️☘️
"Mas, kok melamun di sini?"
Deg...
Roh Seno yang sebelumnya seakan tengah mengenang masa lalunya yang pahit bersama Manda, seketika ditarik paksa untuk kembali ke masa kini karena panggilan lembut seseorang.
Secara refleks ia segera mematikan sebuah rekaman video masa lalu yang tersimpan secara rapat dan rahasia di ponselnya. Lalu segera ia matikan ponsel yang ada di tangannya.
"Kenapa kamu cari aku?" tanya Seno seraya berusaha membuang rasa gugupnya.
Dengan kecepatan yang ia miliki sebagai prajurit, jarinya langsung menghapus air mata yang berada di pelupuknya. Beruntung belum menetes di pipinya. Namun hal itu dapat dibaca dengan jelas oleh Dokter Heni.
"Ini kopi pesanan, Mas." Dokter Heni memberikan segelas kopi untuk Seno. Lalu ia duduk di samping suaminya. Keduanya kini berada di teras belakang yang saat ini menunjukkan jam satu dini hari. Hanya ada suara jangkrik serta binatang malam lainnya yang terdengar sayup-sayup. Penerangan pun seadanya. Selebihnya hanya gelap dan rimbunan pohon besar yang tampak. Karena di sana masih banyak hutan serta perkebunan atau ladang.
"Bukannya aku tadi nyuruh Mbok Jum,"
"Ini sudah tugasku. Kasihan Mbok Jum sudah tua. Sudah larut malam juga. Jadinya aku suruh lanjutin tidurnya. Kapan pun Mas mau kopi atau sesuatu, jangan sungkan untuk menyuruhku. Selama itu kebaikan dan memang tugas istri, pasti aku lakukan. Walaupun saat itu aku tertidur pulas, Mas boleh bangunkan aku."
"Memangnya kalau aku ingin itu, kamu mau beri?"
"Hah, maksudnya itu apa?" tanya Dokter Heni mendadak polos.
Seakan saat ini nyawanya belum sempurna berada di tubuhnya. Maklum dirinya baru saja bangun tidur di tengah malam. Berniat minum air putih di dapur, mendadak ia melihat Mbok Jum tengah mengambil gelas kopi. Akhirnya ia yang menggantikan Mbok Jum membuat kopi untuk Seno.
Kepala Seno maju ke depan untuk mendekat pada wajah Dokter Heni yang secara refleks istrinya itu sedikit memundurkan kepalanya karena terkejut. Ia berpikir Seno akan menciumnya padahal tidak.
"Memberi malam pertama kita yang tertunda," bisik Seno di telinga Dokter Heni.
Deg...
Bersambung...
🍁🍁🍁
bukan sukarela seperti yg km bilang
beneran apa bener teteh author
🤭🤭🤭
lo itu cuma mantan
buanglah mantan pada tempatnya
dasar racun sianida
💕💕👍👍
tampan se-kecamatan
🤣🤣🤣
🤦🤦🤦🤦
🤭🤭🤭🤭