"Kisah cinta di antara rentetan kasus pembunuhan."
Sebelum Mekdi bertemu dengan seorang gadis bercadar yang bernama Aghnia Humaira, ada kasus pembunuhan yang membuat mereka akhirnya saling bertemu hingga saling jatuh cinta, namun ada hati yang harus dipatahkan, dan ada dilema yang harus diputuskan.
Mekdi saat itu bertugas menyelidiki kasus pembunuhan seorang pria kaya bernama Arfan Dinata. Ia menemukan sebuah buku lama di gudang rumah mewah tempat kediaman Bapak Arfan. Buku itu berisi tentang perjalanan kisah cinta pertama Bapak Arfan.
Semakin jauh Mekdi membaca buku yang ia temukan, semakin terasa kecocokan kisah di dalam buku itu dengan kejanggalan yang ia temukan di tempat kejadian perkara.
Mekdi mulai meyakini bahwa pembunuh Bapak Arfan Dinata ada kaitannya dengan masa lalu Pria kaya raya itu sendiri.
Penyelidikan di lakukan berdasarkan buku yang ditemukan hingga akhirnya Mekdi bertemu dengan Aghnia. Dan ternyata Aghnia ialah bagian dari...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R M Affandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter Ke-18 Buku Itu
Mobil merah itu telah berlalu dari pandanganku, membawa impian Rani yang tak bisa kuwujudkan. Aku tertingal di depan pintu dengan rasa yang tak pasti. Hatiku merasa sedih, namun entah kesedihan apa yang sedang kurasakan. Hatiku masih penuh dengan keragu-raguan. Bahkan untuk memastikan rasa sakit pun, aku tak mampu saat itu. Rani benar, aku bukan lagi seperti laki-laki yang dikenalnya dahulu.
Rani telah pergi, bukan karena dia tak membalas apa yang pernah kurasakan selama ini. Tapi karena diriku yang tak mampu berjuang untuk rasa itu. Dia telah menawarkan harapan baru untuk cinta masa lalu, namun aku telah menolak tawaran itu, dan tak sanggup membawa cintanya ke masa depan.
Aku mengambil undangan yang ditinggalkan Rani. Membuka sampul plastik undangan itu dan membaca tulisan yang tertera di dalamnya. Nama sebuah hotel mewah yang akan menjadi tempat akad nikah Rani dilangsungkan, tertulis dalam undangan itu.
“Maafkan aku Ran. Aku pengecut! Aku nggak seperti apa yang kamu pikirkan. Aku lemah! Dunia telah memaksaku untuk kalah,” keluhku membalik helaian berikutnya, dan lipatan kertas putih, ku lihat terselip di antara lembaran kertas berikutnya.
Aku membuka lipatan kertas itu, dan ada tulisan tangan tertulis di atas kertas yang putih bersih.
“Fan! Jika kamu membaca pesan ini, berarti kamu telah menyuruhku untuk pergi. Terimakasih telah pernah hadir dalam kehidupan wanita yang bernama Rani ini. Aku nggak sedih! Aku akan menjalani kehidupan yang telah kamu pilihkan untukku. Tapi Rani ini akan tetap menantimu. Menanti kamu menepati janji yang dulu pernah kamu tuliskan dalam kata indah pertamamu. Aku akan mencarimu di surga yang pernah kamu ceritakan. Aku akan menemuimu Fan!
Malam kemarin, adalah malam terindah dalam hidupku. Walaupun malam itu nggak berakhir baik, namun aku sangat bahagia bisa kembali melihat wajahmu. Wajah yang selama delapan tahun ini sering hadir dalam mimpiku. Kadang mimpi itu indah, dan terkadang mimpi itu juga hadir dalam bentuk lain. Tapi aku selalu berdoa, semoga dirimu baik-baik saja. Dan di saat aku melihatmu malam itu, ternyata doaku dikabulkan Tuhan, meskipun doaku yang lain diabaikan.
Aku bahagia Fan! Aku sangat bahagia masih bisa melihat wajah orang yang ku kenal di sembilan tahun yang lalu. Walaupun hubungan kita hanya disebut berteman, tapi kamulah cinta pertamaku Fan! Aku akan kembali mencarimu di alam yang lebih indah dari ini. Aku akan menemuimu nanti, di alam yang lebih adil dari ini. (Rani Permata Sari)
Tanpa terasa, air mataku jatuh menimpa kertas yang ada di tanganku. Tulisan Rani yang ditulis dengan tinta biru, mengembang di sekitar bekas air mata itu. Tangisan dan air mata seorang pengecut telah mengotori tulisan tangan Rani yang tertulis rapi. Akulah pecundang yang sesungguhnya di hari itu. Pecundang yang mengaku kalah sebelum berperang, dan pecundang yang lari sebelum menghadapi kenyataan hidup ini.
Andra datang di saat itu. Motornya kembali terpakir di bawah pohon seri yang baru saja menyaksikan kebodohanku. Aku segera melipat kertas yang berisi tulisan Rani dan menyimpannya di saku kemeja hitam yang aku kenakan.
“Apa kamu baik-baik saja Fan?” tanya Andra menatap wajahku yang lesu.
“Baik kok,” jawabku sambil memasukan kembali undangan pernikahan Rani ke sampulnya. “Kenapa kamu balik lagi Dra?
“Bapak yang punya warnet nelpon, awalnya dia bilang ada wanita menanyakan alamatmu. Tapi aku biasa aja! Mana tahu selama jadi penjaga warnet, kamu ada kenal sama wanita di daerah sini. Habis tuh dia nelpon lagi, katanya ada laki-laki yang pake mobil merah juga mencari alamatmu. Aku jadi berpikir kalau yang mencarimu itu Rani sama laki-laki yang berantem denganmu semalam. Aku jadi cemas! Takutnya kalian berantem lagi! Makanya aku pulang,” terang Andra.
“Jadi siapa yang datang kesini?” Andra merebut undangan dari tanganku, “undangan siapa?” tanyanya lagi melihat undangan itu. ”Dari Rani?” wajah Andra berubah kusut. “Jadi yang datang kesini tadi beneran Rani sama laki-laki itu? dan dia memberimu undangan pernikahan mereka?
Aku tak menjawabnya.
“Rupanya mereka belum menikah!” ujar Andra, lalu membuang undangan itu. Kertas yang bertuliskan hari pernikahan Rani itu melayang jauh hingga ke tepi jalan. “Nggak ada gunanya kamu menyimpan undangan itu,” imbuh Andra setelahnya.
Andra menyentuh bahuku. “Semua sudah berakhir Fan. Lupakan saja Rani, karena masih ada Rani lain di dunia ini! Dunia ini masih punya banyak Rani.” Saran Andra kembali terdengar di pagi itu. Kalimat yang bermakna sama seperti awal pagi itu, telah diucapkannya kembali kepadaku.
“Dia telah memberikan undangan pernikahannya padamu. Secara nggak langsung dia ingin kamu tahu bahwa dia sudah memilih laki-laki lain. Lupakan dia! Dia sudah meninggalkanmu,” sambung Andra mengulang kembali pemikirannya.
“Bukan Rani yang meninggalkanku Dra, tapi aku yang telah menyuruhnya untuk pergi!” ungkapku ingin meluruskan pemikiran Andra.
“Dia yang akan menikah dengan laki-laki lain, bukan kamu Fan! Kenapa kamu yang seakan bersalah dalam hubunganmu ini? walaupun dia memilih laki-laki lain karena kalian nggak pernah komunikasi lagi, tapi tetap saja! apapun alasannya, hubungan kalian telah berakhir karena Rani telah menyerah untuk bertahan dalam hubungan kalian yang tanpa kabar!
“Aku yang mengalah, bukan Rani.
“Pemikiran macam apa itu Fan?” Andra menepuk-nepuk bahuku. “Sadar Fan! Jangan salahkan dirimu! Secinta apapun kamu sama Rani, tapi tetap saja, yang salah tetap salah!” ujar Andra menegaskan.
“Dia nggak bersalah Dra, tapi aku yang pengecut! Rani telah memintaku untuk membawanya pergi dari kota ini, tapi aku nggak berani! Rani nggak menyukai laki-laki yang akan menikah dengannya itu. Mereka dijodohkan Dra!
“Jadi Rani barusan ke sini untuk mengajakmu kawin lari?
“iya, tapi aku nggak tahu kemana akan membawanya pergi. Aku menolaknya, dan akhirnya laki-laki yang akan menikahinya menjemputnya ke sini. Aku telah mengecewakan Rani.
Andra menekan bahuku. Dengan pijatan halus, mencoba menenangkan perasaanku. Laki-laki yang mengenakan pakaian mekanik di samping ku itu telah mengerti apa yang sedang aku rasakan.
“Jika aku jadi kamu, aku juga akan menjadi pengecut sepertimu Fan! Kemana kita akan pergi di zaman yang telah canggih seperi ini? Ayah Rani seorang polisi dan nggak akan sulit baginya untuk mencari keberadaanmu jika seandainya kamu benar-benar membawa Rani. Kalau seandainya Ayah Rani bisa menerima hubungan kalian, mungkin nggak masalah. Tapi kalau nggak? Kamu bisa di penjara. Tapi aku yakin! Ayah Rani nggak akan menerima hubungan kalian. Kalau seandainya Rani bisa membujuk Ayahnya, dia nggak akan mengajakmu untuk lari!
“Fan!” Andra menatapku lebih dekat. Berpikir untuk sejenak, dan kemudian berbicara kembali di tengah kebisuanku. “Keputusan yang kamu ambil ini sudah benar Fan! Jangan salahkan dirimu yang sudah memutuskan semua ini. Memang inilah yang terbaik! Jangan buat masalah yang akan mempermalukan keluargamu lagi. Cobalah untuk melupakan Rani dan membuka hati untuk Rani yang lain,” tandas Andra mendukung keputusanku saat itu.
Bersambung.
zaman dulu mah pokonya kalau punya nokia udh keren bangetlah,,,
😅😅😅
biasanya cinta dr mata turun ke hati, kayaknya dr telinga turun ke hati nih ..
meluncur vote,