NovelToon NovelToon
Di Antara Peran Dan Hati

Di Antara Peran Dan Hati

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Model / Wanita Karir / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:8.3k
Nilai: 5
Nama Author: Lucky One

Luna Amanda, seorang aktris terkenal dengan pesona yang menawan, dan Dafa Donofan, seorang dokter genius yang acuh tak acuh, dipaksa menjalani perjodohan oleh keluarga masing-masing. Keduanya awalnya menolak keras, percaya bahwa cinta sejati tidak bisa dipaksakan. Luna, yang terbiasa menjadi pusat perhatian, selalu gagal dalam menjalin hubungan meski banyak pria yang mendekatinya. Sementara itu, Dafa yang perfeksionis tidak pernah benar-benar tertarik pada cinta, meski dikelilingi banyak wanita.
Namun, ketika Luna dan Dafa dipertemukan dalam situasi yang tidak terduga, mereka mulai melihat sisi lain dari satu sama lain. Akankah Luna yang memulai mengejar cinta sang dokter? Atau justru Dafa yang perlahan membuka hati pada aktris yang penuh kontroversi itu? Di balik ketenaran dan profesionalisme, apakah mereka bisa menemukan takdir cinta yang sejati?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cari Perhatian

Suatu ketika, saat Dafa sedang memeriksa hasil pemeriksaan, Luna pura-pura tersandung saat turun dari tempat tidur. Refleks, Dafa menangkapnya. Luna tersenyum nakal, sementara Dafa segera melepaskan pelukannya dengan hati-hati. "Anda harus berhati-hati, Luna. Jangan memaksakan diri," kata Dafa dengan tegas.

Luna mendengus kecil. "Ah, dokter, mungkin saya hanya butuh lebih banyak perhatian."

Namun, Dafa tidak terpancing. "Anda perlu istirahat dan mengikuti saran medis dengan baik. Itu perhatian terbaik yang bisa saya berikan," ucapnya tenang, lalu melanjutkan pekerjaannya tanpa terpengaruh. Luna merasa frustasi, tapi juga kagum pada ketenangan dan profesionalisme Dafa. Meski ia mencoba berbagai cara untuk mendekatinya, Dafa tetap pada sikapnya. Namun, hal itu tidak membuat Luna menyerah. Malah sebaliknya, semakin sulit mendapatkan perhatian Dafa, semakin ia merasa tertantang.

Aurel, yang sering melihat interaksi mereka dari jauh, kadang hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Luna. Suatu hari, saat mereka sedang sendiri di kamar, Aurel bercanda. "Luna, kamu sungguh seperti anak kecil kalau soal Dafa. Apa kamu yakin ini caramu mendekatinya?" Luna tersenyum lebar. "Ini hanya awal, Aurel. Aku tahu Dafa orang yang sulit, tapi aku juga tahu aku tidak akan menyerah begitu saja."Namun, Luna mulai menyadari bahwa jika ia ingin mendapatkan hati Dafa, ia harus lebih dari sekadar genit. Ia harus menunjukkan siapa dirinya sebenarnya, seseorang yang lebih dari sekadar selebriti yang penuh gosip.

Dafa, yang selama ini berusaha keras menjaga sikap profesionalnya, akhirnya mulai merasakan sesuatu yang sedikit mengusik ketika berada di dekat Luna. Setiap kali Luna melontarkan godaannya, ia memang berusaha mengabaikan, tapi di dalam hati kecilnya, ada sesuatu yang membuat pikirannya sedikit teralihkan. Senyum nakal Luna, sikapnya yang ceria, bahkan cara dia selalu mencoba mencari perhatian, mulai perlahan-lahan meninggalkan kesan.

Suatu hari, setelah melakukan pemeriksaan rutin, Dafa mendapati kondisi Luna sudah jauh membaik. "Luna, saya sudah melihat hasil tes terbaru Anda. Semua tanda vital kembali normal, dan pemulihan Anda sangat baik. Saya rasa Anda sudah bisa pulang dalam beberapa hari ke depan," ucapnya sambil memeriksa chart medis di tangannya. Luna yang duduk di tempat tidur terkejut, tapi dengan cepat menutupi kegelisahannya. Jika ia pulang sekarang, itu berarti ia akan kehilangan alasan untuk lebih lama dekat dengan Dafa. Dengan pandai, Luna berpura-pura batuk kecil dan memegangi dadanya. "Ah, Dok, sepertinya... aku masih merasa sedikit pusing dan lemas. Apakah ini normal?"

Dafa, yang mulai terbiasa dengan sikap Luna, mengernyitkan dahi. "Luna, Anda sudah sembuh. Tes tidak menunjukkan adanya masalah lagi," jawabnya dengan tenang, tapi masih memeriksa lagi kondisinya. Namun, Luna dengan wajah polosnya berkata, "Tapi aku masih merasa belum sepenuhnya pulih. Mungkin aku butuh waktu lebih lama di sini? Aku tidak ingin buru-buru, takut nanti kambuh."

Dafa menghela napas pelan. Ia menyadari bahwa Luna mungkin saja hanya ingin memperpanjang waktu di rumah sakit, tapi sebagai dokter, ia tidak bisa memaksanya untuk pergi jika pasiennya mengeluh masih merasa kurang sehat. "Baiklah, kita akan observasi lagi beberapa hari ke depan," ucap Dafa akhirnya, meskipun hatinya tahu bahwa Luna mungkin sedang memainkan peran lagi. Luna tersenyum dalam hati, puas bahwa usahanya untuk tetap berada di bawah pengawasan Dafa masih bisa berlangsung. Tapi, dia tidak menunjukkan kegembiraannya, melainkan menampilkan wajah yang tetap murung seolah benar-benar merasa kurang sehat. "Terima kasih, dokter. Aku tahu aku bisa mengandalkanmu."

Sementara itu, di sisi lain, Aurel sedang sibuk di kantornya, mengatur ulang jadwal syuting Luna yang berantakan akibat kecelakaan dan perawatan yang berkepanjangan. Ia memandangi daftar panjang produksi yang tertunda dan jadwal iklan yang harus diatur ulang. Setiap produser dan agen terus mendesaknya untuk memberikan kabar terbaru mengenai kapan Luna bisa kembali bekerja. Namun, karena Luna masih belum diizinkan pulang dari rumah sakit, semuanya harus ditunda lagi.

"Aku harus bicara dengan Luna, ini tidak bisa berlarut-larut," gumam Aurel, frustrasi. Ia tahu bahwa situasi Luna di rumah sakit sudah lama, dan khawatir bahwa Luna sedang memperpanjang masa pemulihannya karena alasan lain. Setelah semua yang terjadi, ia juga tahu betapa Luna menyukai Dafa, dokter yang kini menangani kesehatannya. Tapi Aurel harus memikirkan karier Luna dan kelanjutan proyek-proyek besar mereka.

Di rumah sakit, Luna terus bermain peran sebagai pasien yang membutuhkan lebih banyak perhatian. Dia menggunakan setiap kesempatan untuk memanggil Dafa dan menunjukkan bahwa dia masih "merasa tidak enak badan." Setiap kali Dafa datang, Luna selalu menyambutnya dengan senyum kecil yang penuh makna, meski di dalam hati, ia tahu kondisinya sudah jauh lebih baik."Dokter, aku masih sedikit pusing. Apa ini normal?" Luna bertanya dengan nada manja, mengharapkan reaksi lebih dari Dafa.

Namun, Dafa tidak mudah termakan oleh sikapnya. "Pusing ini mungkin disebabkan oleh dehidrasi ringan atau kurang istirahat. Saya sarankan banyak minum air putih dan istirahat lagi. Jika Anda masih merasa tidak enak dalam dua hari, kita bisa mengecek ulang, tapi saya yakin Anda sudah baik-baik saja," katanya sambil tersenyum lembut namun tegas. Luna menggigit bibirnya, merasa rencananya mulai goyah. "Mungkin... aku hanya butuh lebih banyak perhatian dari dokter," ucapnya lirih dengan wajah yang sedikit malu-malu, berusaha mencuri pandang ke arah Dafa.

Dafa menegakkan tubuhnya, berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa ia sedikit tergoda oleh perhatian Luna. "Luna, tugas saya adalah memastikan Anda sembuh dengan baik. Itu adalah perhatian terbaik yang bisa saya berikan," jawabnya sambil tersenyum, lalu segera pamit keluar dari kamar. Luna hanya bisa tersenyum kecut, meski dalam hatinya masih berharap bisa menahan Dafa lebih lama. Namun, ia tahu bahwa Dafa adalah pria yang sulit didekati, dan itu justru membuatnya semakin penasaran.

Aurel tiba di rumah sakit dengan langkah tergesa-gesa. Ia sudah lelah dengan semua kekacauan jadwal yang harus ia atur ulang akibat kondisi Luna. Sesampainya di sana, Aurel langsung menuju ruang perawatan, berharap mendapatkan kabar pasti dari dokter Dafa. Di depan pintu kamar Luna, Aurel melihat Dafa yang baru saja keluar dari ruang perawatan. Mereka saling menyapa, dan tanpa basa-basi, Aurel segera menanyakan kondisi terbaru Luna. "Dokter Dafa, bagaimana kondisi Luna sekarang? Apa dia sudah cukup baik untuk pulang?" tanya Aurel sambil menahan rasa cemas yang bercampur frustrasi.

Dafa mengangguk pelan. "Secara medis, kondisi Luna sudah jauh membaik. Semua tanda vitalnya normal, dan hasil pemeriksaan terakhir menunjukkan bahwa dia sudah siap untuk keluar dari rumah sakit." Aurel mengerutkan alisnya. "Tapi dia bilang padaku kalau masih merasa sakit dan pusing. Apa mungkin ada yang terlewat dari pemeriksaan?" Dafa tersenyum kecil, dengan nada yang sopan namun tegas, ia menjawab, "Aurel, saya sudah memastikan semua hasilnya, dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Luna mungkin merasa cemas atau belum siap secara mental, tapi secara fisik, dia sudah siap untuk dipulangkan."

Aurel mulai curiga mendengar jawaban Dafa. Sejak awal, dia merasa ada sesuatu yang tidak benar dengan sikap Luna. Setelah berterima kasih kepada Dafa, Aurel memutuskan untuk langsung menuju kamar Luna, rasa penasaran dan kekesalan mulai menyelimuti pikirannya.

1
Sutarni Khozin
lnjut
Morani Banjarnahor
ditunggu lanjutannya thor
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai semua...
gabung yu di Gc Bcm..
kita di sini ada event tertentu dengan reward yg menarik
serta kita akan belajar bersama mentor senior.
Jadi yu gabung untuk bertumbuh bareng.
Terima Kasih
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿
perhatikan dialog,agar tidak saling menempel....

cerita nya bagus thor,kalau dialog nya lebih rapi lagi,pasti tambah seru.../Smile/
✿🅼🅴🅳🆄🆂🅰✿: sami²/Applaud/
Lucky One: makasih saranya😊
total 2 replies
Sitichodijahse RCakra
Bila jodoh tdk kemana Dokter dan Artis
Sutarni Khozin
lnjut
bellis_perennis07
aku mampir... 🥰🥰🥰 jangan lupa mampir di cerita ku dan mohon dukungannya yaa.. 💜💜💜💜💜
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!