Siapa sangka, Vanya gadis cantik yang terlihat ceria itu harus berjuang melawan penyakitnya. Dokter mengatakan jika Vanya menderita penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis) yang terjadi akibat gangguan pada saraf motoriknya.
Segala pengobatan telah di upayakan oleh keluarganya, namun belum ada cara untuk bisa mengobati penyakit yang di derita Vanya. Ia yang sudah ikhlas menghadapi penyakit yang ia derita hanya bisa tersenyum di hadapan keluarganya. Walaupun begitu Vanya tetap melakukan aktivitas seperti gadis lainnya agar keluarganya tak terlalu mengkhawatirkan dirinya.
Siapa sangka pertemuannya dengan seorang pemuda bernama Shaka yang memiliki sikap dingin yang jarang berinteraksi dengan teman-temannya jatuh hati saat pertama kali melihat Vanya. Tanpa ia sadari wanita yang ia sukai sedang berjuang melawan penyakitnya.
Mampukah Shaka menjadi penyemangat Vanya di saat ia mulai down? Yuk nantikan kelanjutannya.
Siquel dari Novel yang berjudul "Cerita Kita"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Musim_Salju, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
Kini Vanka sudah di bawa ke rumah sakit terdekat. Bersama Vanya dan si pemuda yang menolong mereka. Ternyata pemuda itu adalah Shaka, Shaka yang memang melewati jalanan yang sama dengan mereka tak sengaja melihat kejadian dan langsung menolong Vanka, tanpa tahu jika Vanka adalah kembaran Vanya.
Vanka mendapatkan tujuh jahitan. Lukanya lumayan dalam. Namun di depan sang adik, Vanka tetap tenang tanpa memperlihatkan rasa sakitnya. Vanya menemani Abang kembarnya bersama Shaka, hingga jahitan di lengan Vanka selesai di jahit oleh sang dokter.
"Nanti tolong di tebus obat yang telah saya resepkan, dan jangan terlalu banyak di gerakkan tangan anda. Kalau begitu saya permisi."
"Terimakasih dok."
Setelah dokter meninggalkan ruangan tersebut, Vanya langsung mendekati abangnya. Melihat tangan abangnya di jahit, mata Vanya sudah berkaca-kaca. Vanka tersenyum dan menghapus bulir bening itu ketika Vanya tak dapat menahan tangisnya di depan sang kembaran.
Shaka melihat bagaimana kedekatan mereka. Ia berpikir jika mereka memiliki hubungan lebih dari seorang teman. Apa mereka pacaran? kata itu terlintas di otaknya. Apalagi melihat Vanya sedari tadi bersedih dan bahkan meneteskan airmata.
"Maaf Anka, Anya tidak bisa melindungi Anka. Anka sampai di jahit seperti ini, hua..."
Vanka terkekeh melihat adiknya menangis seperti anak kecil dalam pelukannya. Sampai Vanya lupa jika di sana masih ada Shaka yang sedang memperhatikan mereka.
"Kalian pacaran?" Entah kenapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Shaka. Shaka merutuki pertanyaannya sendiri. Vanka dan Vanya saling melirik dan tangis Vanya seketika berhenti.
Di saat Vanka akan menjawab, Hanan dan Hasbi datang dan menghilangkan kecanggungan yang terjadi di antara mereka. Vanya langsung memberi ruang untuk dua saudara sepupunya. Hanan dan Hasbi langsung mendekat. Mata Hanan bahkan juga berkaca-kaca melihat abangnya itu sampai terluka.
"Dasar bayi. Kok kamu malah ikutan nangis seperti Anya. Kamu fikir teh Aa terluka parah. Jangan lebay! Malu, ingat umur!"
Vanka berusaha kuat di hadapan adik-adiknya. Selain Vanya yang cengeng, Hanan juga cengeng jika menyangkut saudara-saudaranya. Ia paling tidak bisa melihat ada yang terluka di antara mereka. Karena Hanan memang memiliki hati yang begitu soft sebagai lelaki.
"Eh, malu sama si teteh. Kamu yang bekerja di cafe bang Zehan bukan?"
Hasbi melihat Shaka yang hanya diam memperhatikan mereka sedari tadi. Shaka membenarkan perkataan Hasbi. Mereka memang beberapa kali bertemu saat Shaka berkerja di cafe milik orang tua Zehan.
Tak lama, Zehan dan ke dua saudari kembarannya juga tiba di sana. Kebetulan mereka memang baru pulang dari kampus dan mendapat kabar bahwa Vanka mendapatkan kemalangan.
Ruangan tersebut semakin ramai. Vanka pun menceritakan kejadian yang terjadi. Hingga Shaka datang membantu mereka. Zehan sendiri tak menyangka jika Shaka karyawan ayahnya yang menolong Vanka.
Sedangkan Vanya tadi sempat keluar sebentar untuk membeli air minum. Dan ia belum bertemu dengan Zehan, Zelfa dan Zenia.
"Maaf, saya harus segera pergi. Kebetulan teman-teman kamu sudah datang. Jadi tidak apa-apa saya tinggal bukan."
Vanka beralih menatap Shaka. Ia langsung mengulurkan tangannya dan mengucapkan terimakasih sebanyaknya. Mereka saling berjabat tangan. Vanka janji akan mengucapkan terimakasih dengan layak, walaupun Shaka tidak mempermasalahkannya. Shaka juga menyalami para pemuda tampan tersebut satu persatu, kecuali kepada Zenia dan Zelfa.
Saat Shaka meninggalkan ruangan itu dan berjalan melewati lorong rumah sakit. Ia bertemu dengan Vanya yang baru saja kembali setelah membeli air minum untuk mereka semua dan juga makan siang untuk mereka yang tertinggal beberapa jam.
"Kamu sudah mau pulang?" Vanya bersyukur bisa di pertemukan dengan orang baik. Pertama Shaka telah membantu dirinya, ke dua menolong abangnya yang berada dalam bahaya.
"Eh, iya. Di ruangan pacar kamu ramai orang. Saya jadi tidak enak berlama-lama di sana." Shaka benar-benar berpikir jika Vanka dan Vanya berpacaran. Padahal sudah jelas wajah mereka mirip sekali dan tidak ada bedanya. Yang membedakan hanya satu versi cewek, satu lagi versi cowok. Sama-sama cantik dan tampan.
Vanya terkekeh mendengar perkataan Shaka. Bagaimana mungkin Shaka menganggap mereka berpacaran. Ia akan jujur kepada Shaka. Vanya yakin Shaka bukan tipe orang yang akan menyebarkan rahasia seseorang.
Melihat Vanya tertawa, Shaka menggaruk kepalanya yang tak gatal. Memangnya ada yang salah dari perkataannya.
"Kamu salah sangka, Vanka itu kembaran Anya. Memangnya wajah kami tidak terlihat mirip? Lagian Anya tidak punya pacar, dan mana mungkin juga Anya memeluk lelaki yang bukan mahram Anya."
Shaka tersenyum canggung. Malu lebih tepatnya karena telah salah paham. Jadi mereka kembar? kenapa ia bodoh sekali berfikiran bahwa mereka itu berpacaran. Pantas saja mereka terlihat dekat dan begitu mirip.
Di saat mereka mengobrol dan sama-sama tertawa karena perkataan Shaka, Zehan melihat interaksi mereka berdua. Ternyata tak hanya Shaka yang salah paham, kini Zehan yang salah paham. Ia pikir Vanya dan Shaka memiliki hubungan dan telah lama kenal. Namun ia bingung kenapa di sana ada Vanya? Apa Vanya juga menjenguk seseorang.
Namun Zehan melihat Vanya berjalan berdua menuju lobby rumah sakit bersama Shaka. Ada hati yang tersakiti, namun tak berdarah. "Sadar Ze, mereka belum tentu memiliki hubungan. lagian Vanya mana mungkin seperti para wanita-wanita di luar sana yang tidak bisa menjaga marwahnya sebagai seorang wanita dengan berpacaran seperti kebanyakan anak muda sekarang." bathinnya berkata.
"Kamu tidak perlu repot mengantarkan saya ke depan." Shaka jadi tidak enak, karena Vanya repot-repot mengantarkan dirinya hingga ke lobby rumah sakit. Itu di lakukan Vanya sekaligus berterimakasih, walaupun hal itu tak cukup untuk mengucapkan rasa terimakasihnya kepada Shaka.
"Tidak masalah, justru Anya dan Anka mau berterimakasih kepada kamu, karena sudah menolong kami berdua."
Mereka tampak akrab setelah pertemuan ke dua ini yang tanpa di sengaja sama sekali. Takdir mempertemukan mereka untuk rencana yang lebih indah. Tanpa di sadari ada dua hati yang tersakiti melihat dua orang anak cucu Adam itu tampak tersenyum bahagia. Padahal mereka hanya mengobrol biasa.
Setelah mengantarkan Shaka, Vanya yang ingin kembali ke kamar Vanka mampir dulu ke mushalla rumah sakit untuk melaksanakan shalat ashar yang sudah tertinggal. Dan kembali saat semua tamu abangnya sudah pulang meninggalkan ruangan tersebut.
"Assalamualaikum, eh, katanya tadi Zenia dan Zelfa mau ke sini. Mana mereka A'?"
"Mereka belum lama ini pulang. Anya dari mana?"
"Dari beli makan dan minum, setelah itu Anya sekalian shalat ashar. Anka sudah shalat?" Vanka tampak menganggukkan kepalanya. Ia juga baru menyelesaikan shalatnya.
......................
...To Be Continued...
kalau shaka anak siapa ya thor?