Sungguh teganya Hans ayah Tania Kanahaya, demi melunasi hutangnya kepada renternir, dia menjual anaknya sendiri kepada pria yang tak di kenal.
Dibeli dan dinikahi oleh Albert Elvaro Yusuf bukan karena kasihan atau cinta, tapi demi memiliki keturunan, Tania dijadikan mesin pencetak anak tanpa perasaan.
"Saya sudah membelimu dari ayahmu. Saya mengingatkan tugasmu adalah mengandung dan melahirkan anak saya. Kedudukan kamu di mansion bukanlah sebagai Nyonya dan istri saya, tapi kedudukanmu sama dengan pelayan di sini!" ucap tegas Albert.
"Semoga anak bapak tidak pernah hadir di rahim saya!" jawab Tania ketus.
Mampukah Tania menghadapi Bos sekaligus suaminya yang diam-diam dia kagumi? Mampukah Tania menghadapi Marsha istri pertama suaminya? Akankah Albert jatuh cinta dengan Tania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil cek laboratorium
Ruang rawat inap
“Assalamualaikum,” ucap salam Kia ketika masuk ke kamar.
“Waalaikumsalam,” balas Tante Shinta, sembari melirik siapa wanita yang mengucapkan salam. Di lihatlah Arkana datang bersama seorang wanita.
“Tante, kenalkan ini teman kerjanya Tania,” ucap Arkana.
“Kia, Tante,” sapa Kia, sambil berjabat tangan.
“Shinta,” balas Shinta.
Tania yang ada di ranjang, menatap Arkana dan Kia. Wanita berambut pendek itu langsung menghampiri sohibnya.
“Ya Allah, Tania ... Loe kok bisa begini sih,” kata Kia, ketika melihat kondisi Tania. Arkana turut mendekati ranjang Tania.
Tania heran kenapa kedua temannya bisa tahu dia berada di rumah sakit, padahal dia tidak menghubungi mereka berdua.
Masih dengan tatapan heran, Tania bertanya, “Kok Mas Arkana sama Kia kenapa bisa ada di sini?”
Arkana tersenyum hangat, “Tante Shinta itu tanteku, semalam aku dihubungi kalau sopir tanteku tak sengaja menabrak seseorang. Dan aku malah gak nyangka ternyata korbannya ternyata kamu,” kata Arkana memberikan penjelasan.
“Dan tadi pagi aku menghubungi Kia, kasih kabar jika kamu di rawat di sini. Eh ternyata dia izin dari kantor, malah ke sini,” sambung Arkana, Kia hanya bisa menganggukkan kepalanya.
“Kamu masih ingat gue kan? Soalnya kata mas Arkana, loe kena gegar otak?” tanya Kia.
Tania menatap Arkana dan Kia secara bergantian. “Gue masih ingat kok, Kia teman satu divisi, sedangkan Mas Arkana seniorku, benar kan?” balik bertanya.
“Syukurlah kalau loe masih ingat,” balas Kia. Wanita itu mendudukkan dirinya di tepi ranjang, lalu memindai setiap sudut ruangan.
“Tania, keluarga loe gak ada yang ke sini, ayah ibu loe udah tahu belum?” tanya Kia.
Tania menatap Kia dan Arkana, “tidak perlu dihubungi, gue sendiri saja di sini.”
“Tania, kamu yakin tidak mau memberitahukan ayah dan ibumu? Atau aku minta alamat rumah mu, biar aku yang kasih tahu kondisi kamu,” pinta Arkana.
“Tidak perlu Mas Arkana, mereka tak perlu tahu kondisi aku saat ini, akan menjadi beban buat kedua orang tua ku.”
Arkana menyentuh lengan Tania lalu mengusapnya. “Kamu yakin akan baik-baik saja, tanpa memberitahukan kedua orang tamu?”
“Ya Mas, aku baik-baik saja,” jawab Tania yang sangat meyakinkan, hingga Arkana dan Kia tidak bisa memaksakan lagi.
“Mas Arkana tidak kerja hari ini?” tanya Tania.
“Aku ambil cuti kerja, aku mana tega lihat teman sendiri kena musibah di tinggal sendiri. Lagi pula aku juga sudah kasih tahu ke manajer HRD kalau kamu kecelakaan, dan mengirim hasil dokter sebagai tanda bukti.”
Tania mengulas senyum tipis di wajah pucat nya, ada rasa hangat menerima perhatian Arkana, yang selalu diberikan oleh pria itu. “Terima kasih ya Mas Arkana, kamu baik banget semoga cepat dapat jodoh yang baik pula.”
“Amin, semoga dikabulkan. Jodoh nya juga udah dekat, tinggal di eksekusi di waktu yang tepat kok,” balas Arkana, membalas tatapan Tania dengan senyuman yang memesona.
Kedua netra Kia jadi bolak balik melihat tatapan Arkana ke Tania. Wah jangan-jangan nih cowok Turki suka sama Tania nih.
...----------------...
Waktu terus bergulir, sudah sekitar satu jam lebih Albert menunggu hasil laboratorium yang di mintanya, sedangkan Gerry melirik jam tangannya sudah menunjukkan waktu makan siang.
“Pak Albert, sekarang sudah jam makan siang. Mau makan terlebih dahulu, atau bagaimana Pak?” tanya Gerry pelan.
Sesaat Albert melirik jam tangannya, ternyata sudah jam 12.30 wib, waktu sungguh tak terasa apalagi dia sedang diskusi dengan Dokter Yohanes.
“Oh maaf Pak Albert, saya hampir lupa karena tidak terasa kita berdiskusi. Kalau begitu saya akan minta petugas catering untuk menyiapkan makan siang, atau Pak Albert ingin makan siang di luar?” tanya Dokter Yohannes.
“Makan di sini aja Dokter, jadi tolong hubungi saja pihak catering rumah sakitnya,” pinta Albert.
“Baik, saya hubungi terlebih dahulu,” pamit Dokter Yohanes untuk keluar dari ruangannya sebentar.
Albert meletakkan beberapa laporan rumah sakitnya di atas meja, kemudian menyandarkan dirinya di sofa dengan berulang kali menghembuskan napas beratnya.
“Pak Albert, saya izin keluar buat beli kopi dulu?” ucap Gerry, karena matanya sudah terasa berat, karena begadang menunggu kabar keberadaan Tania.
“Saya belikan juga, kopi espresso,” pinta Albert.
“Baik Pak,” pamit Gerry.
Padahal tadi Dokter Yohanes sudah menawarkan kopi, tapi mereka berdua minta nya jus buah. Dan sekarang mereka berdua menginginkan kopi untuk menghilangkan rasa kantuknya, apalagi Albert yang semalaman tidak bisa tidur pulas. Berhubung Albert sendiri di ruangan, pria itu memilih untuk memejamkan kedua netranya sejenak.
Satu jam kemudian...
Sekitar dua puluh menit Albert sudah memejamkan matanya sejenak sebelum Gerry dan Dokter Yohanes kembali ke ruangan dengan membawakan kopi, sedangkan Dokter Yohanes dengan salah satu karyawan menyajikan makan siang untuk mereka semua. Akhirnya mereka bertiga makan siang bersama. Setelahnya Dokter Alex di dampingi Dokter Mira yang bertanggung jawab atas laboratorium menghadap Albert.
“Pak Albert, saya sebagai penanggung jawab laboratorium, setelah saya kroscek ulang data pasien atas nama Tania Kanahaya di beberapa bulan lalu, tidak ada nama tersebut melakukan pengecekan perut bagian abdomen,” kata Dokter Mila.
Albert mengusap wajahnya dengan kasar. “Jadi surat keterangan laboratorium ini palsu!” tanya Albert, lalu pria itu mengepalkan salah satu tangannya sangat erat, menahan emosi nya.
Kurang ajar mereka berdua sudah berani menipu saya rupanya!! Geram batin Albert.
“Sepertinya ada oknum karyawan yang membantu memalsukan surat tersebut Pak Albert, karena saya juga sudah mengecek data administrasi di bagian penerimaan pasien, di beberapa bulan lalu tidak ada nama pasien Tania Kanahaya, tapi—.” Sebelum melanjutkan ucapannya, Dokter Alex menunjukkan map data perpasien.
Albert hanya melihat bagian luar map yang di sodorkan Dokter Alex. “Semalam ada pasien yang mengalami kecelakaan di tabrak mobil atas nama Tania Kanahaya,” lanjut kata Dokter Alex.
DEG!
Tubuh Albert seketika lemas, lunglai bagai di sambar petir ketika mendengar kata kecelakaan. Sedangkan Gerry hanya bisa menganga saat mendengarnya.
“Ke-kecelakaan ... ditabrak mobil!” Albert agak sedikit terbata dalam berkata, sambil mengatur denyut jantungnya yang entah kenapa tiba-tiba ritmenya cepat bak orang sedang lari.
“Iya Pak Albert, di tabrak mobil kejadiannya semalam di depan mall Grand Indonesia ... Dan korban mengalami gegar otak menurut hasil pemeriksaan Dokter Ridwan. Tapi saya kurang tahu apakah pasien tersebut sama dengan orang yang Pak Albert maksud,” tutur Dokter Alex.
Harus kah Albert hatinya bahagia, jika wanita yang dicarinya ada di rumah sakit? Atau sebaliknya? Tapi pria itu belum yakin jika benar Tania mengalami kecelakaan.
Gerry melirik Bosnya yang masih tak ada ekspresinya, padahal nama wanita yang di carinya sedang dibahas sama.
Ruang Direktur sesaat terasa hening dalam beberapa menit, semua orang sedang menunggu respon Albert.
“Bisa saya temui orangnya, takutnya orang yang di maksud berbeda?” tanya Albert.
“Oh, bisa Pak Albert, akan saya antar ke kamar pasien,” jawab Dokter Alex.
Di saat pria itu beranjak dari duduknya, Albert menatap Dokter Yohanès. “Dokter segera di tindak oknum karyawan yang telah membuat data palsu, ini sungguh memalukan dan sudah termasuk tindakan kriminal!”
“Baik, Pak Albert segera saya usut masalah ini.”
bersambung.....
Kakak readers stay tune di bab selanjutnya ya....😊😊