Kecelakaan sang kakak membuat dirinya tidak punya pilihan lain selain menikahi calon kakak iparnya sendiri.Pernikahan tanpa cinta yang dia jalani ternyata harus melatih kesabarannya.Dan itulah yang harus dia lakukan.Ali bin Abi Thalib pernah berkata:"Yakinlah,ada sesuatu yang menantimu setelah sekian banyak kesabaran yang kau jalani,yang akan membuatmu terpana hingga kau lupa betapa pedihnya rasa sakit."
Azalea itulah namanya,wanita berkerudung panjang dengan kecantikan luar biasa yang dia sembunyikan dari balik cadarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 5 : Kesepakatan
"Kau pasti sangat bahagia kan?"Cibir mama Irene.
"Maksud mama apa?"
Mama Irene dan Azalea kini berada dalam kamar rawat Lily,mereka hanya berdua,keluarga Arkananta sudah lama pulang,abi dan umi juga sudah kembali ke pesantren sore tadi,dan Papa Zaid masih di kantor.
"Tidak usah pura pura.Kau sangat menginginkan calon suami kakak mu kan?"Lanjut mama Irene masih dengan ekspresi sama.
"Astagfirullah ma."
"Bagaimana mungkin mama bisa berpikiran seperti itu?"Meski nada nya masih terdengar lembut,namun dari penekanan kalimatnya,ada sedikit kekecewaan di sana.
"Perempuan mana yang tidak menginginkan laki laki seperti Adam?kau itu munafik.Sifat busuk mu itu kau sembunyikan lewat pakaian mu."Maki mama Irene.
"Ma,Lea jadi penasaran,kenapa dengan mbak Lily,mama menumpahkan semua kasih sayang mama,sedangkan denganku...."Azalea terbata.
"Boleh Lea jujur?"Lanjutnya dengan suara bergetar.
"Jika Lea punya pilihan lain,Lea juga tidak akan mau di tempatkan dalam posisi menyulitkan ini,Lea kembali ke Indonesia karena mendapat kabar kalau mbak mengalami kecelakaan,tidak ada maksud apapun ma."
"Tapi kalau mama menganggap Lea seperti yang mama tuduhkan tadi,tenang saja,saat ini juga,Lea akan menemui mas Adam."
Azalea melangkah keluar,tangannya sudah memegang gagang pintu,namun suara teriakan mama Irene menghentikan langkahnya.
"TUNGGU......"Mama Irene menghampiri Azalea.
"Kau mengancam ku?!"
"Kamu sekarang sudah berani sama mama!!"
"Apa seperti ini didikan ayah mertuaku padamu?"
"Percuma kamu sekolah jauh jauh ke Mesir sana,kalau etika mu nol besar!"Mama Irene masih terus melontarkan kekesalannya.
Azalea hanya mampu menghela nafas sambil mengucap banyak istighfar dalam hati,meski terasa sakit,tapi kembali lagi,yang dia hadapi saat ini adalah ibu nya,ibu yang telah melahirkannya,butuh kesabaran ekstra untuk menghadapi mama Irene yang sedang tantrum.
"Baiklah,lalu apa yang mama inginkan dari Lea?"Azalea mengalah,percuma juga berbicara pada mama Irene yang sedang dalam keadaan emosi,itu tidak berguna sama sekali.
"Mama akan tetap membiarkan pernikahan ini berlanjut,dengan syarat,setelah menikah dengan mu,Adam akan menikahi Lily."Ujar Mama Irene dengan senyum penuh kemenangan.
Kaget,jelas itu di rasakan Azalea saat ini.Walaupun dia tidak mencintai Adam,tapi syarat yang di berikan mama Irene untuknya itu sungguh terasa sangat berat.
Azalea menatap netra mama Irene,netra yang di penuhi dengan kebencian dan di tujukan untuk dirinya.
"Apa dengan seperti itu,mama akan merasa bahagia?"Tanya Azalea tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah mama Irene.
"Tentu saja,dengan kamu mewujudkan semua keinginan mama,tentu mama akan sangat bahagia."Mama Irene tersenyum sinis.
"Baiklah,terserah mama saja."
"Assalamu'alaikum."Azalea membuka pintu kamar dan memilih menjauh dari sumber yang membuatnya kesal.
Berpakaian tertutup dengan pendidikan dan pengetahuan agama yang baik,tidak serta merta membuatnya tersenyum terus dan mengabaikan sesuatu yang membuatnya marah dan kesal.Jangan lupakan,Azalea hanyalah manusia biasa.
Tidak ada tempat selain rumah Allah yang bisa menenangkan dirinya untuk saat ini,kekalutan,kekesalan dan kemarahan akan segera mereda bahkan bisa hilang jika Azalea memasuki pintu lebar itu.
Menunaikan shalat,membaca al qur'an dan berdzikir semua dia lakukan,dan benar saja,jiwanya bisa kembali tenang meski membutuhkan waktu yang lama.
Azalea kembali setelah menunaikan shalat isya.Dia berjalan tergesa karena terlalu lama meninggalkan kamar perawatan Lily.Itulah Azalea,terkadang dia akan lupa dengan waktu di saat sedang curhat dengan sang maha Pencipta.
"Kamu dari mana?"
Sebuah suara menghentikan langkah kakinya,suara yang akhir akhir ini sering dia dengar.
Azalea berbalik,melihat sekilas pada pria yang masih mengenakan jas dokternya kemudian menundukkan pandangan dan kembali menatap lantai sebagai pemandangan terindah untuk saat ini.
"Dari mesjid mas."Ucap Azalea.
"Kamu mau ke kamar Lily?"
"Iya."
Adam melangkah melewati Azalea yang masih berdiri mematung dengan menautkan kedua tangannya.
"Kenapa masih berdiri di situ?"Tegur Adam yang sempat menghentikan langkah nya dan berbalik melihat ke arah Azalea.
Azalea akhirnya melangkah,berjalan pelan di belakang Adam sambil menjaga jarak aman.
Tidak ada percakapan menyertai langkah mereka menuju kamar perawatan yang terbilang cukup jauh dari tempat mereka bertemu tadi.
"Ada apa dengan mataku?"
"Bagaimana mungkin aku bisa mengenalinya?" Batin Adam.Tentu saja dengan penampilan Azalea yang hanya memperlihatkan sebagian wajahnya membuat nya akan sulit di kenali orang.Apalagi saat bertemu dengan Adam,posisi Azalea membelakangi dokter tampan itu.
Adam membuka pintu dan tidak lupa mengucapkan salam.Kedatangan Adam di sambut senyum sumringah dari mama Irene.Namun senyum itu memudar seiring matanya yang kemudian menangkap sosok Azalea saat masuk ke dalam kamar tidak lama setelah Adam datang.
Mama Irene membuang pandangan nya dan kembali fokus pada Adam yang sedang memeriksa Lily.
"Bagaimana kondisinya nak?"
"Masih sama seperti kemarin ma."
Terdengar helaan nafas berat dari mama Irene.
"Apa yang harus mama lakukan untukmu sayang?" Batin mama Irene gelisah.
Adam duduk di samping tempat tidur Lily,menggenggam kedua tangan kekasihnya itu.
"Kamu akan terus seperti ini?"
"Bagaimana dengan pernikahan kita?"
"Apa kau lupa?"Dalam hati,perasaan Adam kacau balau.
Pernikahan sisa satu minggu lagi,tapi keadaan Lily sama sekali tidak menunjukkan perubahan sedikitpun.
Azalea mengambil tempat duduk yang cukup jauh dari tempat tidur Lily,setelah masuk tadi,Lea tidak pernah sekalipun melihat ke arah Adam maupun mama Irene,apa yang Adam lakukan,tidaklah menjadi perhatian Azalea,dia hanya sibuk dengan dirinya sendiri,membuka al qur'an kecil yang selalu dia bawa kemanapun,kembali mengulang bacaannya agar tidak terlupa.
Hingga keheningan berubah ketika papa Zaid datang.
"Sudah lama nak Adam?"Tanyanya setelah menyimpan tas di atas meja.
"Tidak juga pa."
"Kalian sudah makan?"
"Sudah."Jawab mama Irene.
"Kamu Lea?"
"Sudah pa."Lea berbohong,sejak siang tadi,dia tidak pernah menyentuh makanan apapun kecuali air minum,dia berbohong untuk menghindari papa Zaid yang akan mengomel padanya jika sampai telat makan.
"Kamu akan menginap?"Tanya papa Zaid kemudian.
"Insyaallah pa."
"Kamu pulang saja,biar mama dan papa yang menjaga kakakmu.Kamu sebaiknya istirahat di rumah."
Lea tidak menjawab.Dia ingin menginap,tapi serangan verbal yang di berikan mama Irene siang tadi cukup membuat mental nya porak poranda.
"Tadi ke sini kamu di antar supir?"
Lea mengangguk.
"Ya sudah,biar papa suruh pak Yono menjemputmu."
"Tidak usah pa."Adam memotong perkataan papa Zaid.
"Biar aku yang antar,kebetulan aku juga sudah mau pulang."
"Terima kasih banyak nak.Titip Lea ya."
Adam berdiri di ikuti Lea,sebenarnya Lea enggan untuk ikut,baginya lebih baik naik angkutan umum saja,tapi papa Zaid menyuruh Azalea untuk pulang dengan Adam,jadi tidak enak kalau ia menolak.
Adam dan Lea mencium tangan mama dan papa sebelum mereka benar benar meninggalkan kamar perawatan.Papa Zaid tersenyum,sedikit banyak dia sangat berharap,jika Adam akan membuka hatinya untuk Lea.Berbeda dengan mama Irene,tatapan tajam dia tunjukkan hingga Lea menutup pintu.
***
Di dalam mobil.
Keheningan terjadi sejak lima belas menit yang lalu,sejak mereka meninggalkan rumah sakit.Adam fokus melihat jalan raya yang malam ini sangat ramai,sedangkan Azalea,dia lebih memilih menatap ke luar jendela dan menyaksikan pemandangan malam.
"Kau siap menikah dengan ku?"Tanya Adam memecah kesunyian.
Azalea tidak langsung menjawab pertanyaan Adam.
"Aku sangat mencintai kakak mu,jadi jangan terlalu berharap lebih dariku."Lanjut Adam.
"Satu minggu lagi,dan aku yakin kalau pernikahan kita akan terjadi,aku akan membebaskan mu,melakukan apa saja yang kau sukai,dan sebagai timbal baliknya,kamu tidak boleh mencampuri semua urusanku."Tegas Adam memperingati Azalea.
Azalea hanya terdiam mendengar perkataan Adam.
Adam merasa di abaikan.
"Kamu tidak tuli kan?"Kesal Adam.
"Tidak."
"Lalu kenapa kau tidak menggubris perkataan ku?"
"Apa yang harus aku katakan?"
"Baik,ok,atau iya,itu yang mas ingin dengar?"
"Aku tidak perlu menjawabnya.Tadi itu,mas sedang memberikan ultimatum padaku,lalu apa gunanya perkataan yang akan aku ucapkan?"Lanjut Azalea dan perkataanya itu berhasil membuat adam bungkam.
"Sombong sekali,aku ingin lihat sampai di mana kau bisa mempertahan kan kesombongan mu itu." Gumam Adam.
...****************...
.selamat berjuang adam menemukan istrimu kembali
bagus, aku suka