Novel ini adalah sekuel dari Novel pertama ku yang berjudul Suami Penyembuh Luka.
Dimas yang akhirnya merelakan wanita yang sangat di cintainya menerima tawaran Ibunya untuk menikah lagi dengan wanita yang sudah di pilihkan untuknya.
Adalah Kasih Permata, seorang gadis yang ceria yang sedikit centil. Kasih yang awalnya menolak pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan laki-laki yang sejak awal sudah menyatakan tidak akan pernah memberikan dirinya pada Kasih.
Mampukah Kasih membalut luka yang masih basah di hati Dimas. bagaimana Kasih melindungi keluarga kecilnya saat keluarga mantan Istri Dimas ingin membalas dendam pada Dimas.
Bagaimana juga jika mantan istri Dimas kembali datang dan mengusik rumah tangganya?
Apakah ketulusan Kasih bisa menggerakkan hati Dimas dan membuka hatinya menerima kehadiran Kasih...?
Happy reading ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Monika kembali datang mengusik kehidupan Dimas setelah menghilang selama tiga tahun. Tujuannya tentu hanya satu, yaitu mengambil kembali anaknya. Meski agak mustahil, tapi Monika ingin berusaha semampunya.
Perasaan cinta yang dia miliki pada Dimas telah hilang seluruhnya, tidak ada lagi tersisa di dalam hatinya. Meski sangat terlambat, Monika menyadari bahwa apa yang dia lakukan dulu adalah sebuah kesalahan fatal yang pernah dia lakukan dalam hidupnya. Memisahkan dua anak manusia yang di landa cinta, yang sudah menyusun masa depan dengan sangat sempurna.
Jika saja dia tidak tergila-gila pada sosok tampan dan ramah seorang Dimas, dia pasti tidak akan mengalami apa yang dia alami selama menghilang tiga tahun ini.
Monika masuk ke dalam mobilnya dengan perasaan yang begitu hancur tidak bisa bertemu dengan anak yang telah dia lahirkan. Dia lalu kembali ke rumah orang tuanya.
Yah, Monika telah bertemu orang tuanya. Setelah terpisah tiga tahun. Dia menceritakan kepada orang tuanya bahwa hilangnya dia selama ini bukan karena Dimas. Dia melakukan kesalahan kepada seseorang yang sangat berkuasa hingga dia di buang ke sebuah negeri yang sangat jauh tanpa sepeserpun uang di tangannya.
Beruntung Monika akhirnya bisa bertemu orang yang berasal dari negeri yang sama dengannya hingga dia di beri pekerjaan dan tempat tinggal. Selama tiga tahun ini, Monika sudah merenungi semua kesalahannya. Meski tidak bisa di perbaiki lagi, setidaknya dia ingin di beri kesempatan untuk membantu membesarkan anaknya.
"Kau tidak usah khawatir, Papa pasti akan mengambil Aurel dari Dimas," ujar Gunawan yang masih saja akan melakukan apapun untuk anaknya. Tidak perduli cara apapun yang akan dia lakukan.
"Aku tidak mau ada kekerasan lagi, Pa. Cukup sudah. Biar aku yang berurusan dengan Dimas," ujar Monika yang tidak ingin lagi menambah kebencian Dimas padanya.
"Apa kau lupa apa yang dia lakukan pada perusahaan, kita hampir jadi gelandangan karena ulahnya. Papa tidak akan memaafkan hal itu." tegas Gunawan. Perusahaan yang di hancurkan Dimas adalah warisan dari orang tuanya yang susah payah dia bangun. Untung saja Gunawan bisa bangkit meski harus berhutang.
Monika menunduk, dia tahu apa yang Dimas lakukan adalah sebuah balas dendam karena sudah merenggut kebahagiaannya. Harusnya dendamnya telah usai, semua telah di bayar Monika. Tapi kenapa Dimas masih belum melupakan semuanya.
Sementara itu, Dimas menarik nafas panjang sebelum masuk ke dalam rumah. Dia tidak mau membawa sedikitpun sisa-sisa amarahnya pada Monika di dalam rumah. apalagi menunjukkannya pada Aurel dan Kasih.
"Kasih mana?" tanya Dimas pada Bik Nurmi yang menunggu nya di depan pintu.
"Ada di dalam kamar, Pak," jawab Bik Nurmi. Lalu tanpa bicara lagi Dimas langsung menuju kamar di lantai bawah yang sudah di siapkan untuk nya dan Kasih sampai wanita itu benar-benar sembuh.
Dimas membuka pintu, di dalam kamar ternyata ada Aurel. Anak itu menatapnya dengan wajah sendu lalu pergi.
"Aurel," Gadis itu berhenti, dia mendongak menatap Papanya dengan tatapan datar.
"Ada apa?" gadis itu menggeleng lalu keluar dari kamar.
"Ada apa dengannya?" Dimas bertanya pada Kasih.
"Kak Dimas sungguh tidak tahu dia kenapa?" Kasih malah balik bertanya. Dimas diam, dia membuang wajahnya.
"Dia melihat wanita itu?" tanya nya kemudian.
"Wanita itu Ibunya, Kak Dimas. Wanita yang melahirkannya. Aurel pasti ingin bertemu dengannya, meskipun dia tidak mengatakannya tapi di dalam hatinya pasti sangat merindukannya."
Dimas menarik nafas, sebisa mungkin tidak menampakkan kekesalannya di depan Kasih karena dia sudah berjanji tidak akan membuat Kasih merasa tidak nyaman berada di dekatnya.
"Kasih," Dimas menyelipkan rambut Kasih ke belakang telinganya dan menatapnya dengan lembut.
"Aku tahu kau memiliki hati yang sangat baik, kau menyayangi Aurel seperti anak kandungmu sendiri. Tapi urusanku dengan Monika sebaiknya kau tidak mencampurinya. Antara aku dan dia sudah tidak ada jalan lagi untuk berdamai. Aku tidak bisa memaafkannya juga keluarganya,"
"Kenapa, karena mereka memisahkan Kak Dimas dengannya?" raut wajah Dimas berubah. Dia tahu yang Kasih maksud dia pasti adalah Mia.
"Semua sudah takdir, Kak Dimas tidak akan memiliki apa yang Kak Dimas miliki sekarang jika semua itu tidak terjadi." Kasih memberanikan diri mengatakan hal yang sudah sejak kemarin ingin dia katakan.
"Dan dia juga belum tentu bisa sebahagia sekarang jika bersama Kak Dimas. Semua sudah ada jalannya masing-masing, kenapa Kak Dimas tidak coba melapangkan hati Kak Dimas dan melupakan semuanya." Dimas sudah mulai merasa tidak nyaman dengan ucapan Kasih.
"Aku sudah bilang kalau sebaiknya kau jangan mencampuri urusanku dengan Monika." ujar Dimas meski dengan suara rendah tapi tetap terdengar seperti sebuah perintah.
"Bukannya Kak Dimas sendiri yang bilang kalau Kak Dimas meminta kesempatan padaku untuk memperbaiki hubungan kita,"
"Apa hubungannya dengan urusanku dan Monika. Aku sudah berjanji padamu kalau aku akan berusaha agar hubungan kita bisa seperti suami istri pada umumnya. Apa itu tidak cukup?"
"Tidak." Kasih dengan tegas mengatakannya. Dimas, menatapnya dengan pandangan penuh tanya.
Apa lagi yang Kasih inginkan. Dia sudah berjanji untuk menjadi seorang suami impian, kenapa itu belum cukup untuk Kasih. Kenapa dia malah ingin mencampuri masalahnya dengan mantan istrinya?
"Karena aku ingin Kak Dimas melepaskan semua masa lalu Kak Dimas sebelum memulai denganku. Aku tidak mau hidup dengan seseorang yang masih menyimpan dendam dan masa lalu di dalam hatinya."
Dimas diam, tangannya mengepal erat di kanan dan kirinya.
"Apa lagi yang Kak Dimas inginkan, semua sudah terlanjur terjadi. Kak Dimas juga tidak akan bisa kembali dengannya kan?. Dia juga sudah bahagia kan? kenapa tidak membebaskan hati Kak Dimas dari semuanya. Kenapa tidak mencoba melepaskan rasa sakit hati Kak Dimas. Apakah kehadiran Aurel tidak bisa mengobati sakit hati Kak Dimas?"
Dimas masih diam, ucapan Kasih seperti sebuah tamparan yang sangat keras. Tapi Dimas masih tidak mau menyadarinya.
"Sudahlah. Kau baru pulang dari rumah sakit, sebaiknya kau istirahat." Dimas membaringkan Kasih di tempat tidur, mengecup keningnya lalu meninggalkannya di kamar.
Dimas masuk ke ruang kerjanya, merenungkan setiap kata yang Kasih ucapkan.
Benar, belum tentu dia akan memiliki semua yang dia miliki saat ini bila dia bersama Mia saat itu. belum tentu dia bisa memberikan kebahagiaan pada Mia seperti yang suaminya berikan padanya saat ini.
Dimas menghela nafas panjang. Dendam di dalam hatinya memang telah membuatnya buta. Mata dan hatinya telah tertutup oleh amarah hingga dia tidak bisa merasakan kedamaian di dalam hatinya.
"Baru kali ini ada orang yang berani mengatakan semua itu padaku. Bahkan Ibu pun tidak pernah mengungkit masa laluku."
Dimas kembali menghela nafas, entah kenapa ucapan Kasih tidak membuatnya marah tapi seolah menyadarkannya bahwa sampai kapanpun dia menyimpan dendam, semua sudah terlanjur terjadi dan tidak akan bisa di ubah lagi.
jgn tunggu diancam...
jgn serakah atau monika akan menyesal seumur hidupnya....