Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TIDAK INGIN PULANG
POV Axton
Mata anak itu, mengingatkanku pada seseorang, hanya saja aku tak ingat di mana. Senyumnya pun terlihat begitu tulus, membuat hatiku menjadi hangat.
Sebenarnya hari ini aku sangat malas untuk bekerja, ntah mengapa rasanya ingin sekedar berbaring meski hanya sebentar. Namun, ada sesuatu di dalam dadaku yang mengatakan bahwa aku harus segera berangkat ke Pulau Bali dan menyelesaikan pekerjaanku.
Sejak pertemuanku dengan anak laki laki itu, pandangan mataku tak lepas darinya. Aku tak.pernah seperti ini, bahkan dengan kedua keponakanku. Aku bahkan lebih terkesan cuek karena memang aku tak pernah dekat dengan anak kecil.
Sebuah rak yang agak besar, di mana tempat piala piala ditempatkan, menjadi perhatianku karena anak laki laki itu bermain di sana. Aku lihat ia telah menyelesaikan lomba menggambarnya dan salah seorang temannya terlihat menyembunyikan krayon miliknya di bawah rak itu.
Aku tak tahu apa yang terjadi, tapi kakiku ini tiba tiba bergerak mendekatinya saat rak tersebut mulai bergoyang dan piala piala di atasnya akan jatuh.
Brakkk
Saat kudengar suara itu, hatiku terasa sakit sekali karena melihat tubuh kecil itu tertimpa rak yang tiang tiangnya lepas dan menimpa salah satu kakinya. Aku langsung mengangkat anak itu dan memerintahkan Zero untuk mengambil mobil.
Aku tak peduli lagi dengan acara tersebut karena yang terpenting bagiku adalah menyelamatkan anak itu segera. Di dalam hati, aku sempat merutuki orang tua dari anak ini yang tidak memperhatikan anaknya.
Namun, saat Ibu dari anak itu datang, aku bisa melihat kegelisahan dan raut lelah di wajahnya. Aku mengambil kesimpulan bahwa ibu dari anak itu tengah bekerja dan langsung datang ke sana ketika mendapat kabar.
Saat aku berdiri di samping wanita itu, jantungku tiba tiba berdetak dengan cepat. Bahkan ada sesuatu yang aneh merasuki diriku. Wangi itu? Wangi itu kembali. Aku terus menahan gejolak yang ada di dalam diri.
Ingin sekali aku bertanya, parfum apa yang ia gunakan, tapi bibirku ini seakan mengatup tak berani. Ia tak ingin wanita mana pun merasa bahwa ia menaruh perhatian.
Awalnya aku ingin langsung kembali ke Jakarta, tetapi niat itu kuurungkan. Aku merasa bertanggung jawab pada anak laki laki itu dan berencana akan kembali menemuinya besok.
*****
Jeanette kini berada di dalam ruang rawat yang 1 kamarnya berisi 3 orang. Ia tak mau ditempatkan di kelas VIP karena memang harganya sangat mahal. Jeanette harus menabung untuk biaya pendidikan Alex hingga putranya itu dewasa.
"Maafkan Alex, Mom," ucap Alex untuk kesekian kalinya.
"Mommy memaafkanmu, sayang. Tapi ingat apa yang Mommy katakan, lain kali jangan mengulanginya lagi."
"Alex mengelti."
"Apa kakimu masih sakit?" Tanya Jeanette dan Alex menggelengkan kepalanya. Untuk sementara ia harus menggunakan kursi roda, sampai kakinya benar benar sembuh.
Trekkk
Tirai di bagian tempat tidur Alex terbuka dan menampakkan sosok seorang pria. Mata Alex langsung berbinar saat melihatnya.
"Om!"
Jantung Jeanette kembali bergejolak saat Axton datang kembali mengunjungi putranya. Ia tak menyangka bahwa pria itu akan kembali. Bukankah ia adalah pria yang sibuk? Untuk apa membuang waktu menemui putranya yang bukan siapa siapa. Apa ia sudah mengetahui semuanya? Perasaan takut dan gelisah kembali menghampiri Jeanette.
"Jangan bangkit dulu, bukankah kakimu masih sakit?" Tanya Axton.
"Tidak, sudah tidak sakit."
Axton melihat ke arah Jeanette yang terus saja menunduk. Axton pun mengambil ponselnya dan menghubungi asisten pribadinya.
Tak lama, beberapa perawat datang dan terlihat akan melakukan sesuatu pada putranya, membuat Jeanette tersadar dan langsung berdiri.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Jeanette.
"Aku meminta mereka memindahkan putramu ke kamar VIP," jawab Axton.
"Berhenti! Kalian tidak perlu melakukan itu. Biarkan putraku di sini," ucap Jeanette pada para perawat yang berniat memindahkan Alex. Setelahnya, Jeanette melihat ke arah Axton.
"Tuan, saya berterima kasih yang sebesar besarnya atas pertolongan anda. Tapi, jangan melakukan sesuatu yang lebih dari itu. Saya adalah orang tuanya dan saya yang akan menentukan semua untuknya," lanjut Jeanette.
"Di sana kamu akan lebih nyaman, bahkan bisa menginap dan tidur dengan nyaman," ucap Axton.
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kebaikan anda. Tapi biarlah kami di sini, ini sudah cukup untuk kami," Jeanette memeluk tubuh Alex. Ia tak ingin putranya itu berdekatan ataupun menggunakan fasilitas dari pria yang bukan siapa siapa.
Axton menghela nafasnya, "Baiklah kalau kamu tidak mau. Aku tidak akan memaksa."
Lalu Axton meminta para perawat tadi untuk pergi. Ia pun mengambil kursi dan duduk di samping brankar Alex.
"Sekarang katakan pada Om, apa ada sesuatu yang kamu inginkan? Om akan mengabulkannya," ada sesuatu di dalam hati Axton yang menginginkan untuk terus berada di tempat itu.
"Benalkah?" Mata Alex sudah berbinar, lalu saat ia menoleh ke arah Mom Jean, terlihat Mommynya itu menggelengkan kepalanya. Itu berarti ia tak boleh meminta apapun pada orang lain, karena Jeanette memang mengajarkan bahwa dirinya lah yang akan memberikan apa yang diperlukan oleh Alex.
"Ya tentu saja."
"Tidak usah, Om. Alex tidak ingin apa apa," ucap Alex.
"Apa kamu melarangnya?" tiba tiba Axton melihat ke arah Jeanette seakan mencari jawaban.
"Ya, aku melarang ia menerima apapun dari orang asing," ucap Jean dengan tegas.
Axton yang biasanya bersikap dingin pada orang lain, ntah mengapa ia tak bisa melakukannya pada Jean dan juga putra wanita itu. Ia memperhatikan bagaimana Jeanette menyuapi Alex, melihat perhatian wanita itu pada putranya.
"Apa kamu sendirian menjaganya?" Axton yang biasanya irit bicara, seakan ingin bertanya banyak hal.
Jeanette yang tahu arah pembicaraan Axton pun menghela nafas pelan. Ia hanya melihat mata Axton kemudian berpaling, tanpa menjawab.
"Makan lagi, sayang," ucap Jeanette pada putranya yang kini sedang mengutak atik ponsel miliknya, "Aaaa ..."
"Lihat Mom, aku bisa lihat Abla main," ucap Alex.
"Abra?"
"Iya! Lihat Mom, itu kan mobilan aku. Abla nakal!"
Jeanette mendekati Alex dan melihat layar ponselnya. Matanya membulat saat melihat di sana ada video CCTV yang ia tahu adalah CCTV yang dipasang oleh tetangganya.
"Berikan ponselnya pada Mommy, sayang," pinta Jean dengan lembut.
"Aku masih ingin lihat Abla. Abla ambil mobilan aku," ucap Alex.
Axton yang tiba tiba memiliki rasa ingin tahu pun langsung melihat layar ponsel milik Jeanette.
"Kamu meretasnya?" tanya Axton.
"letas? Apa letas, Mommy?"
"Nanti Mommy jelaskan, sekarang kamu makan dulu ya. Aaaa ....," Jeanette kembali menyuapi Alex. Ia baru tahu kalau Alex bisa meretas CCTV tetangganya, benar benar di luar pikirannya.
Sementara itu, Axton justru sangat tertarik dengan kegeniusan Alex. Ia terus memperhatikan Ibu dan anak itu, tanpa ada keinginan sedikitpun untuk beranjak dari sana.
"Anda tidak ingin pulang, Tuan?" tanya Jeanette.
🧡 🧡 🧡
juga asal usul tokoh2nya...
sungguh mantap sekali ✌️🌹🌹🌹
terus berkarya dan sehat selalu 😘😘