Alhambra; PUTRA KEDUA keluarga Rain yang dikenal nakal dan urakan. Pemuda dengan segala keburukan yang tercetak di keningnya.
Sialnya, pemuda problematik tersebut harus mengalami kelumpuhan usai balap liar di satu minggu menjelang pernikahan.
Tanpa diketahui sebelumnya, calon istri idaman Alhambra justru mengincar PUTRA PERTAMA yang dianggap lebih sempurna dibanding Alhambra.
Drama kaburnya Echy, membawa Kinara kepada sebuah pernikahan. Kinara Syanara yang harus rela menjadi tumbal, menggantikan saudari tirinya sebagai mempelai wanita untuk Alhambra.
"Cowok badboy yang lumpuh kayak Alhambra itu lebih cocoknya sama cewek jelek kayak kamu, Kinara!"
Visual ada di Igeh...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPA TIGA SATU
Kinara tak habis-habisnya tercengang dengan aksi Alhambra. Lihat saja bagaimana pemuda itu mengirimkan hasil penjualan lukisan secara tunai ke kediaman Kinara.
Tiga milyar rupiah, anak buah suruhan Alhambra menjajar gepokan uang-uang tersebut di meja ruang tamunya.
Lukisan mawar sederhana kemarin dilelangkan dengan harga tinggi. Dan hasilnya langsung diberikan untuk Kinara.
Galang yang kebetulan ada di rumah Kinara, tadinya pemuda itu hanya datang untuk jadwal kunjungan ke stasiun televisi swasta sebagai perwakilan mahasiswa peduli sosial.
Namun, keberadaannya di sini justru melihat tumpukan uang tiga milyar. "Kamu serius ini uang hasil lukisan AMR, Ra?"
Saking shock, Kinara tak bisa mengangguk sedikitpun kepalanya. "Lang, aku pusing lihat duit-duit ini. Ya Tuhan, kenapa sebanyak ini?"
Galang lebih heran lagi. "Ngomong-ngomong, kenapa AMR kasih ini ke kamu?"
"Aku akan cerita nanti. Sekarang, bisa nggak kamu tinggalkan aku sendiri?"
"Bisa." Galang mengangguk, lagi pula dia memang harus pergi. Galang juga sempat tertawa saat Kinara menawarkan satu gepok uang padanya. "Nggak, terima kasih, aku takutnya uang ini uang tumbal, Ra!"
Kinara tergelak sekilas, sungguh candaan Galang tidak lucu sama sekali karena dia bahkan sudah menjadi tumbal ibu tirinya selama ini.
Galang keluar, di saat itu juga Kinara mengunci pintunya. Tiga milyar rupiah ada di rumahnya yang sepi bahkan dering telepon saja cukup horor baginya saat ini.
Kinara sempat terkejut, kemudian meraih ponsel yang dia letakkan di sisi tumpukan uangnya. Rupanya, Alhambra yang mengirim panggilan video.
Kinara sedang malas menunjukkan wajah stresnya pada siapa pun saat ini, jadi Kinara hanya mengangkat panggilannya saja, tidak mengaktifkan kameranya.
📞 "Kenapa off came hmm?"
Kinara sedang tidak ingin membahas kamera, Kinara mau mengangkat panggilan bukan karena ingin kangen-kangenan, Kinara hanya ingin membahas soal uang-uang tiga milyar.
"Kamu ngapain kirim uang?" Kinara tinggal sendiri, Kinara tidak aman.
📞 "Kamu bilang belum lihat duit tiga milyar secara langsung. Sebagai suami yang baik, aku wujudkan! Harusnya seneng dong!"
"Aku nggak mau, ya, kalau sampai rumah ku kemasukan maling, Bra! ... Ambil nggak?!"
📞 "Bilang kangen dulu aku ke sana."
Kinara berdecak tergelak, bukan tertawa lebih tepatnya ingin menangis. "Kamu kenapa sih nyusahin aku gini. Rumah ku tuh nggak ada satpam kayak di rumah kamu!"
📞 "Bilang rindu Bee ... apa susahnya?"
Kinara semakin menghentakkan kakinya kesal, tantrum, pokoknya semua rasa yang menyebalkan sedang dirasakan olehnya.
📞 "Jangan bilang aku nggak menafkahi kamu, jangan jadikan tidak dinafkahi sebagai alasan bercerai. Uang tiga milyar itu hasil jerih payah ku sendiri."
Kinara mendesah kasar. Entah, dia sudah tidak bisa berkata-kata kembali.
Yah, dia memang lari dari rumah suaminya, tapi bukan berarti mereka bercerai, mereka masih suami istri sah. Mereka hanya sedang menghadapi labilnya hubungan anak muda.
Itulah kenapa, menikah dibutuhkan usia yang matang karena jujur, Kinara sendiri tidak siap menghadapi hal-hal semacam patah hati dan lainnya di tengah gempuran tugas kuliahnya.
📞 "Jangan bernapas kasar gitu. Aku makin kangen jadinya, Bee."
Kinara tak bisa lanjutkan obrolan ini, atau dia akan terus mendengarkan kata-kata mesum suaminya. "Ya udah. Aku capek, udahan dulu teleponnya, aku mau mandi."
📞 "Lagi kasih kode ya? Minta nafkah batin?"
"Apa sih, nggak jelas! Pokoknya besok suruh anak buah kamu ambil duitnya. Aku nggak punya berangkas buat nampung tiga milyar!"
Kinara mematikan sambungan telepon secara sepihak. Kemudian mendesah ke udara demi mengeluarkan kegelisahan-nya.
📥 "Have a nice dream."
Kinara memutar bola matanya. Kata-kata Alhambra mirip dengan kata-kata alay yang populer di tahun dua ribuan.
...\=//°°°®™©™°°°//\=...
Kinara duduk di bangku kantin, menikmati semangkuk mie ayam dengan racikan saos sambal dan kecap manis. Es teh melengkapi ujung meja persegi panjang tersebut.
Sejak gosip gonjang-ganjing rumah tangga bersama Alhambra mencuat, satu kampus seolah ingin merundung dirinya.
Ada saja ulah gadis-gadis yang secara sembunyi-sembunyi mengerjainya. Dari mulai terkunci di toilet lah, hilangnya alat-alat tulis lah, dan masih banyak kekejaman lainnya.
Sejauh ini, Kinara tak pernah menanggapi serius gadis-gadis itu. Kinara memaklumi, mungkin satu kampus sempat merasa dia lah pelakor di hidup para gadis-gadis tersebut.
Suapan mie ayam pertama hingga ketiga lancar, tidak dengan suapan ke empat yang dihalau tangan mungil wanita dengan busana mencolok dan Kinara yakin tiga orang di depannya ini juga termasuk korban Alhambra.
Satu botol air sudah siap dituang ke dalam mangkuk mie ayam Kinara. Tetapi, Kinara terlalu sigap memelintir tangan gadis itu hingga tak memiliki kesempatan untuk menumpahkan air mineralnya.
Bahkan, air dari botol tersebut justru menjadi senjata makan tuan setelah dengan cepat Kinara meremas botol terbukanya ke arah wajah gadis itu sendiri.
"Kinara!!"
Kinara diam duduk dan melanjutkan makan kembali tanpa peduli. Di mana semua orang menertawakan gadis yang berlari bersama teman-temannya setelah kegagalan mereka.
Kinara tengah lapar-laparnya, dan para gadis bodoh membangkitkan sisi lain dirinya. Jika kemarin dia diam saja, bukan karena tidak berani melawan, tapi kalau hanya sekedar bergosip dan mengerjai secara diam-diam Kinara anggap itu hanya angin lewat.
Namun, jika perundungan sudah cukup fatal seperti barusan. Di mana dia tengah asyik makan dan seseorang berusaha membully, Kinara tidak akan pernah membiarkannya.
"Aaaa!!"
Pikirnya sudah cukup tenang, teriakan dan sorak sorai dari ujung tempat membuat Kinara kembali menghela napas.
Kinara yakin, kalau alarm teriakan gadis-gadis fakultasnya sudah berdering, itu pertanda jika ada salah satu atau bahkan lebih personil dari anggota JAS-MotorClub yang tiba di kantin.
Kinara membuka tas selempang miliknya kemudian meraih headset bluetooth untuk disematkan ke telinganya. Dia harus susun silabus setelah ini, jadi apa pun badai nya, Kinara harus tetap berlanjut makan.
Namun, pikirannya berubah setelah netra kecoklatan miliknya tak sengaja menangkap wajah suaminya. Kerupuk yang baru saja dia makan hampir mencekik leher yang tersedak.
"Uhuk--" Kinara menepuk-nepuk dadanya, meraih minum demi menyudahi siksaan rasa pedas di kerongkongan-nya. "Bee--"
Sebutan itu masih membuat Kinara salah tingkah ditambah dengan sebuket bunga yang Alhambra bawa bersama kedua kaki yang sudah melangkah tegak sempurna.
"Alhambra!! Ya ampun!! Ganteng!!"
Kinara menggaruk kening, jadi ternyata Alhambra yang sedari tadi diteriaki. Ya Tuhan, Kinara hanya ingin makan dengan tenang, tapi badainya terlalu kencang.
Yah, senyuman manis pemuda berlogo suami itu terlalu menghantamnya. Alhambra duduk di kursi depan meja Kinara yang masih diam tak tahu harus melakukan apa.
"Hay, Wife."
Melihat setitik noda, Alhambra meletakan buket bunga di meja lantas menyeka bibir istrinya dengan jemari. Dan Kinara reflek meraih tisu demi mengelapnya sendiri.
Sesekali, Kinara melirik ke seluruh arah, di mana semua atensi berpusat padanya. Seolah dia ratunya dan Alhambra rajanya.
"Ngapain ke sini?"
"Jatah setelah LDR."
seru2 masalah kalian...