Pernikahan yang sejatinya diinginkan seumur hidup sekali akhirnya kandas juga oleh sebuah pengkhianatan.
Di hari ia ingin memberikan sebuah kejutan anniversary yang ke 2 dan memberikan kabar tentang kehamilannya, Sita melihat sang suami Dani tengah mengerang nikmat di atas seorang perempuan yang tidak lain adalah sekretarisnya.
Hancur hatinya, namun ia memilih tegar. Meminta perceraian walau tidak mudah.
Hidup sebagai single mom membuat Arsita Ayuningrum tidak lagi percaya cinta dan fokus ke putra semata wayang nya Kai.
6 tahun berlalu, dan di saat tak terduga ia bertemu kembali dengan Dani Atmaja, sang mantan suami. Dani meminta Sita kembali, akankah Sita mau menerima mantan suami yang telah menghianatinya kembali? Akankah Kai Bhumi Abinawa mau menerima daddy nya?
Disaat bersamaan ada seorang pria single yang begitu tulus tengah berusaha mengambil hati Sita dan Kai. Pria itu bernama Raden Rama Hadyan Joyodiningrat.
Akankah Sita kembali kepada Dani, atau malah menerima Rama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24. Sita Dimana Kamu?
Sita Dimana Kamu?
Mauren yang dari tadi sibuk menghubungi Jack namun belum juga tersambung. Ia sangat kesal karena biasanya jika ia menelpon Jack, pasti pria itu akan segera mengangkatnya. Ini sudah lebih dari 5 kali belum juga diangkat.
"Sialan ini Jack. Kemana tuh orang. Dari tadi di telpon nggak bisa-bisa."
Mauren terus mencoba menghubungi pria tersebut tapi tak kunjung mendapat jawaban juga.
"Haaah. Sudahlah. Besok kutemui saja itu si Jack. Persetan dengan semua berita yang ada di luar sana. Nanti pasti juga hilang dengan sendirinya."
Mauren bermonolog lalu ia merebahkan tubuhnya. Mencoba untuk tidur.
Susi yang tengah berada di kamarnya sedang mengingat-ingat ucapan Anton tadi siang. Ia merasa sudah waktunya meninggalkan rumah Maureen. Sebenarnya setiap ada pria yang datang ke rumah itu membuat Susi takut dan dia merasa harus lebih waspada. Bahkan Susi kemana-mana membawa semprotan lada plus cabai. Ia juga membawa alat kejut listrik yang dibeli secara online.
Susi mengambil ponselnya dan menulis pesan kepada Anton.
"Mas Anton, saya sudah siap meninggalkan rumah nyonya. Apakah mas Anton bisa membantu mencari pekerjaan.?"
"Bagus… bagus sekali. Baik aku akan membantumu."
"Baik mas terima kasih. Besok saya akan bilang ke nyonya perihal resign."
"Iya sama-sama. Baik kalau begitu." Anton yang di seberang sana merasa senang dengan keputusan Susi. Sedangkan Susi di ajuga merasa keputusan ini sudah tepat. Dia Tidak mau menambah maksiat dengan melihat adegan mesum setiap saat. Dia juga tidak mau jadi korban seperti novel-novel yang pernah ia baca, dimana seorang pembantu jadi korban pelecehan. Susi bergidik ngeri hanya dengan membayangkannya saja. Saking parnonya Susi oun mengunci kamarnya dna meletakkan meja dan kursi di pintu masuknya. Saat tidur pun ia selalu menggenggam semprotan lada plus cabe itu. Semenjak Dani tidak lagi di rumah itu Susi menjadi sangat parno.
🍀🍀🍀
Hari ini Sita mengajak Kai pergi ke mall untuk membeli beberapa keperluan. Kai yang memang sangat bosan pun menyetujui ajakan mommy nya. Mereka hanya pergi berdua. Bi Surti memilih di rumah karena ia merasa tubuhnya kurang fit.
"Hati-hati ya nak. Awas jangan sampai ilang. Mall kota J sangat besar tidak seperti kota K." Bi Surti memberi nasehat kepada Kai.
"Siap Nek. Kai kan sama mommy jafi pasti aman." Ucap Kai.
"Ibu mau nitip apa bu." Tanya Sita.
"Tidak usah neng. Tidak ada yang bibi inginkan. Neng… apakah sudah memberitahu Tuan Wira dan Nyonya Laila kalau kita sudah kembali ke kota J?"
Sita terdiam mendengar penuturan bi Surti. Sampai saat ini ia memang belum memberi tahu tentang kedatangan mereka kepada opa dan oma nya Kai. Sita merasa belum saatnya.
"Iya Bu. Nanti coba Sita telepon opa nya Kai."
Bi Surti tersenyum, wanita paruh baya itu paham Sita masih ingin menyembunyikan kedatangannya.
Kai dan Sita pun meluncur menuju mall yang ada di daerah mereka. Jalanan kota J tampak indah saat malam hari. Lampu-lampu menyala mengalahkan cahaya bintang di langit.
"Baby, apakah Kai betah tinggal di sini?"
"So far so good mom. Sejauh ini Kai nyaman nyaman saja. Di sekolah semuanya baik juga kepada Kai."
Bagaimana teman-temannya tidak baik kepada Kai, Kai sering membantu teman-temannya menyelesaikan tugas yang mereka anggap sulit. Bahkan beberapa kakak kelas pun meminta bantuan Kai untuk membantu mengerjakan tugas mereka. Tapi Kai memberi syarat, mereka tidak boleh memberitahu hal tersebut kepada guru. Kai malas jika ketahuan guru maka dia pasti akan diminta lompat kelas. Meskipun beberapa guru sudah mulai curiga Kai memiliki kecerdasan diatas anak seusianya.
Mendengar jawaban Kai, Sita tersenyum senang. Ia bersyukur Kai merasa nyaman di sekolahnya.
Setelah memarkirkan mobilnya Sita menggandeng Kai masuk mall. Mereka berjalan beriringan. Terlebih dulu Sita mengajak berbelok ke supermarket untuk membeli kebutuhan dapur terlebih dahulu. Kai menurut. Ia pun antusias memasukkan beberapa barang ke keranjang belanjaan.
Saat Kai hendak mengambil susu kesukaannya ia kesulitan meraihnya, ingin meminta tolong mommy nya ternyata Sita sedang berada di ujung sehingga saat kai memanggil Sita tidak mendengar. Kai berusaha untuk terus meraih namun tetap tidak sampai.
Huuuh…. Kai mendengus kesal.
"Hei boy, apa mau uncle tolong" Tawar seorang pria yang berdiri di sampingnya.
Deg… jantung Kai seakan berhenti berdetak.
"Daddy…." Kai berucap lirih nyaris tak terdengar. Pria di sampingnya yang menawarkan bantuan itu adalah Dani Atmaja yang tidak lain adalah ayahnya.
"Ooh oke Uncle. Terimakasih sebelumnya." Ucap Kai sopan sambil menetralkan keterkejutannya. Meskipun ia belum pernah bertemu dengan daddy nya itu tapi dia sudah banyak mencari info jadi dia sangat paham dengan wajah ayah biologisnya itu.
Dani pun mengambilkan box susu yang hendak diraih Kai dan menyerahkan kepada Kai. Kai tersenyum sopan. Sejenak Dani tersihir oleh senyuman bocah itu, apalagi mata hazelnya seketika mengingatkannya kepada mantan istrinya. "Sita." Ucapnya dalam hati.
Kai pun berlalu tanpa disadari oleh Dani. Padahal ia masih ingin menatap bocah laki-laki itu.
Kai yang sengaja kabur dari Dani segera menghampiri Sita. Nafasnya terengah-engah. Sita sangat heran melihat putranya itu.
"Baby are you ok?"
"Eh… mom. Yes I'm ok."
"Tapi kenapa kamu seperti habis lari marathon begitu?"
"Oh ini. Itu. Oh iya tadi ada orang mencurigakan. Kai ingat dalam film-film orang tersebut suka menculik anak kecil jadi Kai takut dan berlari ke sini. Ya begitu mom."
"Oh ya Allaah Kai. Sepertinya kamu harus berhenti menonton film-film seperti itu lagi. Kamu jadi parnoan gitu."
"Ok Mom, aku akan menguranginya."
Huh, untung mommy percaya. Ya Allaah maafkan Kai ya Allah karena telah bohong sama mommy, untuk saat ini Kai belum bisa membiarkan mommy bertemu daddy. Semoga nggak ketemu. Huft… meskipun supermarket ini luas tapi persentase mommy dan daddy lebih dari 50%. Harus cari cara untuk menghindar. ucap Kai dalam hati.
Sita mengecek kembali keranjang belanjaannya, memastikan tidak ada yang terlewat.
"Boy, ada yang kurang tidak?, ada lagi yang ingin kamu beli?"
"Eh… no Mom, it's enough. Oh iya Mom, belikan nenek susu dan vitamin. Kasihan nenek pasti capek. Nenek kan sudah tua."
Sita tersenyum. Ia sangat senang anaknya itu punya kepedulian yang tinggi terhadap orang disekitarnya.
"Sudah dong sayang. Susu nenek mah sudah, tinggal vitaminnya yang belum. Nanti beli diapotik saja."
"Oke Mom, oh iya Mom apa tidak sebaiknya kita cari art saja di rumah. Biar nenek bisa istirahat dan ada temannya. Kan kasian nenek kalau mommy kerja dan Kai sekolah nenek sendirian di rumah." Kai memberi ide mengingat bi Surti yang semakin renta.
"Wait baby, mommy bayar dulu di kasur ya. Tapi ide mu boleh juga." Sita melakukan pembayaran di kasir. Dan mengambil belanjaannya.
"Mau Kai bantu Mom."
"Oh no baby, mommy bisa kok. Untuk ide kamu tadi sepertinya mommy setuju. Nanti coba mommy pasang iklan. Yuk kita beli vitamin dulu buat nenek."
"Ok mom siap"
"Ya Allaah, anak mommy sudah besar ternyata. Muach muach."
"Oh no.. Mom stopped. Don't kiss me in public." Kai memanyunkan bibirnya lucu.
"Hahahahaha, kamu sangat menggemaskan baby. Hahahah."
"Sita…. Ya itu suara tawa sita. Ta wa Sita begitu khas. Aku pasti tidak salah dengar."
Dani bermonolog. Dia memang mendengar suara tawa Sita, tapi dia sama sekali tidak melihat sosok sita. Dani berjalan kesana kemari. Bahkan ia berlari, melihat ke arah eskalator, melihat ke arah tangga. Dani pun berlari menuju beberapa toko berharap menemukan sosok Sita di sana.
"Sita, apakah itu kamu. Tapi aku yakin itu kamu. Suara tawamu begitu khas. Sita, dimana kamu?"
TBC
Eaaaa… Babang Dani kelimpungan nyariin Sita gaes….
Gimana enaknya kasih temu secepatnya atau entar-entaran aja? Yuk jangan lupa tinggalkan jejak biar Sita semangat menjalani hidup hehehe.
Terima Kasih. Matursuwun.