Setelah 3 tahun bercerai dengan Dimas Anggara. Anna Adiwangsa harus kembali ke kota yang menorehkan banyak luka. Anna dan Dimas bercerai karena sebuah kesalah pahaman. Tanpa di sadari, ke duanya bercerai saat Anna tengah hamil. Anna pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya dan bertekad membesarkan anaknya dan Dimas sendirian tanpa ingin memberitahukan Dimas tentang kehamilannya.
Mereka kembali di pertemukan oleh takdir. Anna di pindah tugaskan ke perusahaan pusat untuk menjadi sekertaris sang Presdir yang ternyata adalah Dimas Anggara.
Dimas juga tak menyangka jika pilihannya untuk menggantikan sang ayah menduduki kursi Presdir merupakan kebetulan yang membuatnya bisa bertemu kembali dengan sang mantan istrinya yang sampai saat ini masih menempati seluruh ruang di hatinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desy kirana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Setelah pertemuan penuh haru, kini kami semua duduk di meja makan. Mama Ulan memangku Yessa dan menyuapinya makan. ."Pintarnya cucu Oma makan, pantas badan Yessa gemuk, makannya banyak! Hahahah." mama Ulan tertawa dan mengecup pipi gembil Yessa.
Aku dan yang lainnya hanya tersenyum senang. Aku bahagia sekali karena bisa mempertemukan Yessa dan keluarganya, terimakasih Tuhan. Kataku dalam hati.
Setelah selesai makan malam, kami kembali duduk di ruang keluarga. Yessa sedang memainkan beberapa piring dan mangkuk plastik, karena disini tidak ada mainan anak.
"Yessa, malam ini menginap di rumah Opa ya. Tidur sama Oma dan Opa mau, besok kita ke istana Playground lalu membeli banyak mainan buat Yessa. Opa akan buatkan tempat bermain khusus untuk Yessa di sana." kata papa Willi, lalu menunjuk ruangan yang kosong di bawah tangga. Aku menatap ruangan yang lumayan luas yang kosong melompong.
"Mau! Mau! Tadi Daddy nggak jadi ajak Yessa ke istana Playground." jawab Yessa antusias.
"Kan tadi di rumah ada om Deon, Yessa juga tidur." jawabku. Mendengar jawabanku, Yessa mengangguk.
Aku tersenyum dan mengikat rambutku karena merasa gerah. "Leher mommy kenapa merah-merah?" tanya Yessa polos. Aku langsung mendelikkan mataku, dan menutupi leherku dengan tangan, menatap mas Dimas dengan tatapan tajam.
"Oh, ini digigit semut sayang." jawabku. Yessa mengangguk paham, dan kembali bermain.
Sang pelaku malah tersenyum senang. "Sorry!" ucapnya tanpa rasa bersalah.
Aku melihat mama dan papa menggelengkan kepalanya. "Sebaiknya kalian menikah lagi, jangan sampai Yessa punya adik sebelum mommy dan daddy nya menikah." kata mama Ulan. papa Willi mengangguk setuju.
"Aku akan menikahi Anna besok, jika memang Anna mau ma!" jawab Dimas.
"Bukan aku tidak mau menikah dengan mas Dimas lagi ma, tapi aku masih menunggu anak Lisa lahir, dan mas Dimas bisa membuktikan jika anak itu bukan anaknya."
Mendengar perkataan ku, mama dan papa menatap Dimas penuh tanya.
"Kan aku sudah katakan pada mama dan papa, aku tidak merasa melakukannya dengan Lisa. Separah apapun aku mabuk, aku selalu bisa mengingat percintaanku ketika paginya. Aku dulu sering bercinta dengan Anna saat mabuk parah, tapi paginya aku bisa mengingat bagaimana permainan kami semalam." terang Dimas.
"Kalau begitu lakukan tes DNA sebelum anak itu lahir, jaman sekarang sudah lebih canggih bukan." usul papa Willi.
"Bukan aku tidak tau pah, tapi aku tidak mau melakukannya. Karena sangat berbahaya mengambil sample DNA ketika janin masih di dalam perut. Lisa bisa keguguran, aku tidak ingin membunuh jiwa yang ingin hidup." terang Dimas.
Kami semua terdiam setelahnya, hanya terdengar suara Yessa bermain alat-alat makan dengan imajinasinya.
"Setelah aku bercerai dengan Anna, aku belum pernah mengeluarkan bibitku, apa lagi pada wanita seperti Lisa. Percayalah, anak itu bukan anakku, bahkan usia kehamilannya lebih tua, aku tidur di apartemennya sekitar 3 bulan lalu, dan saat ini usia kehamilannya sudah masuk 5 bulan. Apa tidak janggal, aku tidak ingin menanggung apa yang orang lain perbuat. Enak saja, orang lain yang menanam bibit aku yang di suruh merawatnya. lebih baik aku menanam bibirku sendiri bersama Anna."
"Kalau memang benar apa yang kamu katakan, sebaiknya Anna pikirkan lagi usul mama agar kalian segera menikah. Masalah Lisa biar papa dan mama yang urus. Mama tidak ingin jika Anna sampai hamil di luar nikah. Mama tau seberapa bejat anak mama." kata mama Lisa. Aku tersenyum mendengarnya mencela Dimas.
"Mama, jika aku bejat, tidak mungkin sampai 3 tahun aku menahan bibitku di dalam. Bahkan sampai sekarang pun belum aku keluarkan karena Anna selalu menolakku. Papa pasti tau bagaimana sakitnya kepala ku atas dan bawah."
Plak!
Aku menepuk paha Dimas karena ia duduk di sebelahku. Aku benar-benar malu mendengarnya sejak tadi mengatakan hal seperti itu.
"Syukurlah jika Anna tak termakan bujuk rayumu. Kalau begitu segera urus pernikahan kalian. Mama tidak ingin kau memperkosa Anna." kata mama, lalu ia menatap kearahku.
"Bagaimana Anna?" tanya mama Ulan.
"Aku,-"
"Please, jangan tolak sayang. Kau sudah ku beritahu jika tidak akan ada pernikahan sungguhan antara aku dan Lissa."
Ucap Dimas Dengan mata memohon.
Akhirnya aku menganggukkan kepalaku yakin, aku juga takut tidak bisa menahan diri, sentuhan Dimas selalu ku nanti. Aku juga percaya jika Lisa tidak mengandung anaknya.
"Haah, syukurlah. Besok aku akan meminta Leo mengurus berkas pernikahan kita." ucapnya lega.
"Tapi aku butuh jaminan, jika nanti anak Lisa memang terbukti anak mas Dimas bagaimana?" tanyaku padanya.
"Jika anak itu terbukti anak Dimas, papa akan membawamu dan Yessa pergi jauh dari anak ini. Karena sudah sembarangan menebar bibit." sela papa Willi.
"Deal!" kataku. Aku tidak sudi berbagi mas Dimas dengan wanita itu.
"Baik, aku yakin jika anak itu bukan anakku."
ucap Dimas penuh keyakinan.
"Jika memang kamu se yakin itu, kenapa tidak batalkan saja pernikahan kalian?" ucap mama.
"Kan mama yang memaksaku agar menikahi nya. Mama yang mengurus semua urusan pernikahan kami. Padahal aku sudah mengatakan jika aku tidak menghamili Lisa." sindir Dimas.
"Baiklah mama bersalah, kalau begitu besok mama dan papa akan mendatangi rumah orang tua Lisa untuk membatalkan pernikahan kalian."
Aku dan Dimas membolakan mata mendengar perkataan mama. "Benarkah?" tanya Dimas tak percaya.
"Hmm! Mama tak Sudi mengeluarkan sepeserpun uang untuk pernikahanmu dengan wanita licik itu."
Jika ada yang bertanya tentang perasaanku mendengar hal ini. Tentu saja aku bahagia, Lisa sangat licik, bisa-bisanya menipu mas Dimas dan keluarganya. Aku tidak akan pernah ragu lagi untuk mempertahankan Daddy-nya Yessa dari wanita itu.
"Besok kita akan menikah, Leo akan mengurus berkas pernikahan kita. Dan kita hanya perlu menandatanganinya, setelah itu kita resmi menjadi suami istri lagi."
Aku mengangguk senang mendengar ucapan Dimas, begitupun papa dan mama. Mereka kembali memberikan kami nasehat. Terutama untuk mas Dimas. Karena perceraian kami dulu penyebabnya itu dirinya, yang mudah terprovokasi.
Karena terlalu larut dalam obrolan, kami sampai tidak sadar jika Yessa tertidur diatas karpet tebal dengan memegang gelas plastik yang dimainkan.
"Astaga cucu Oma sampai ketiduran." Mama mendekati Yessa dan mengambil gelas plastik dari tangannya.
"Sebaiknya kalian menginap saja disini ya." pinta mama.
"Tapi ma, kami besok harus datang pagi-pagi sekali. Banyak agenda besok, karena lusa aku dan mas Dimas harus segera ke kantor cabang." bukannya aku menolak, tapi memang begitu kenyataannya. Aku dan Yessa tidak memiliki pakaian ganti.
"Benar mas?" tanya mama pada mas Dimas.
"Benar mah."
"Kalau Yessa saja yang menginap disini, menangis tidak?" tanya mama lagi.
"Sepertinya tidak, karena sudah mengenal Oma dan Opa nya. Yang penting saat bangun besok harus ada mama atau papa yang menunggunya. Jika tidak ada orang, dia akan menangis." jawabku. Memang begitu kebiasaan Yessa.
"Ya sudah, malam ini Yessa biarkan menginap disini. Kalian kalau mau pergi ke kantor cabang biar Yessa tinggal disini saja. besok pagi-pagi kirimkan semua keperluan Yessa."
"Baik mah, besok pagi aku akan meminta pengasuh Yessa datang ke mari sebelum Yessa bangun. Yessa bangun biasanya jam 8 pagi."
"Ya sudah, sebaiknya kalian pulang sekarang."
"Ayuk sayang!" ajak Dimas.
"Mas pindahkan Yessa ke kamar." pintaku sebelum pulang.
"Tidurkan di kamar mama papa saja mas!" ucap mama. Dimas mengangguk dan mengangkat Yessa menuju kamar utama.
Setelah itu, aku dan mas Dimas memutuskan untuk kembali ke rumah. Malam ini pertama kalinya aku tidak tidur bersama Yessa. Tapi aku percaya, mama dan papa akan menjaga Yessa.
semoga Othor nya beri kesempatan Dimas segera bisa bangun dan pulih kembali yaaa 👍😢