Flowlin Queen Arkanza, merupakan gadis kampung yang hidup sebatang kara.
Kejamnya dunia tak menggoyahkan semangat gadis tersebut untuk bertahan hidup.
Demi sesuap nasi ia bahkan rela bekerja keras, banting tulang. Ia tak pernah mengeluh akan hidupnya.
Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang wanita paruh baya, yang mana pertemuan tersebut akan merubah hidupnya.
Hal apa yang akan merubah hidupnya? apakah ia bisa merubah hidupnya? bagaimana kisah selanjutnya? ikuti cerita selanjutnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Marcelina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dunia dalam Cermin
Flow pun berjalan ke arah danau, ia terus berjalan ke arah tengah-tengah danau dan mengambil posisi lotus. Saat hampir satu jam flow kembali merasakan sakit pada tubuhnya walau tidak sesakit tadi saat tulang-tulang nya di daur ulang. Saat ini ia merasakan seluruh bagian tubuhnya seperti di tusuk-tusuk jarum yang sangat banyak. Tak lama kemudian ia kembali merasakan aliran hangat dalam tubuhnya.
Brakkkk
Terdengar letusan dari dalam danau, namun Nilam tak khawatir, karena itu menandakan bahwa flow telah berhasil menyerap energi murni di dalam danau tersebut. Setelah itu, terlihat flow berjalan dengan anggun keluar dari danau itu menuju gubuk tempat Nilam menunggu nya.
"Lihatlah dirimu pada cermin perak itu, ahhh! kau sangat cantik bak dewi cahaya," ujar Nilam dengan senyum kepuasan.
Flow pun terpaku menatap dirinya di depan cermin.
"Sudah, sekarang tubuhmu sudah di tempa dengan baik, kamu tidak akan merasakan sakit untuk kedepannya, dan apabila terluka, akan sembuh atau meregenerasi dengan sendirinya."
"Benarkah guru? waahhh! sungguh, ini sangat di luar prediksi BMKG (canda)," ucapnya sambil terkikik karena omongannya, membuat Nilam hanya geleng-geleng kepala mendengar nya.
"Baiklah setelah ini kamu bisa berbaur sama orang-orang di sini. Tapi ingat kamu harus menyamar, gunakan ini, jangan perlihatkan wajah indah mu itu, yang ada nanti jadi petaka," ujarnya sambil menyerahkan sebuah cadar untuk menutupi kecantikan flow.
"Baik, terimakasih guru!" ucap flow sambil memasang cadarnya.
Flow pun pamit undur diri, tak lupa Nilam memberikan 3 keping emas untuk perbekalan Flow. Tak henti-hentinya Flow memperhatikan kepingan emas di tangannya itu.
'Andai aku memiliki banyak emas, pasti aku akan kaya raya, apakah emas ini bisa aku jual di duniaku?' monolognya sepanjang perjalanan sambil terus melihat telapak tangannya yang memegang koin emas.
'Tapi, bagaimana ya caranya, agar aku bisa memiliki atau bahkan mengumpulkan kepingan emas ini dengan banyak?'
Tak lama akhirnya Flow sampai di desa yang ia lihat kemarin, terlihat banyak sekali rumah penduduk yang terbuat dari kayu dan bambu.
Flow masih mengamati sekitarnya, desa yang rumahnya banyak tapi tidak tampak akan adanya orang, membuat Flow berfikir 'kemana para penduduk? apakah ini desa mati? tapi rumah mereka terlihat seperti terurus!' begitulah kira-kira pikiran Flow saat ini. Tak lama kemudian, baru ada orang yang lewat satu persatu dari arah berlawanan dengan kedatangan flow. mereka ada yang berjalan kaki, ada juga yang menggunakan gerobak untuk kendaraan.
Flow pun menghentikan langkah salah seorang warga, ia begitu penasaran dengan orang-orang yang terlihat kembali ke desa yang ia pikir desa mati tadinya.
"Permisi Tuan, ada apa ini? kenapa semuanya terlihat seperti dari satu arah? dan ada juga yang berbondong-bondong datangnya?" tanya flow.
"Oh itu, kami baru saja dari pasar di arah sana," jawabnya sambil menunjuk arah ia berjalan sebelumnya, dan dia melanjutkan lagi perkataannya. "Aku yakin, kau orang baru di sini. Di sana, ada sebuah pemukiman di khususkan untuk melakukan jual beli. Kami semua sengaja pergi pagi-pagi sekali karena tidak mau ketinggalan untuk belanja kebutuhan sehari-hari, yang ada kalau terlambat sedikit semuanya habis terjual. Pasar itu hanya buka 1 kali dalam seminggu, kalau tidak dapat apapun, terpaksa harus belanja di pusat kota yang jarak begitu jauh, kami yang hanya petani kecil tidak mungkin untuk ke kota untuk berbelanja, selain jaraknya yang memakan waktu satu hari satu malam, harga yang dibiasakan di kota juga sangat mahal," jelasnya dengan panjang kali lebar.
"Apakah pasarnya masih buka tuan?" tanya flow lagi.
"Sepertinya sebentar lagi akan tutup, cepatlah kesana agar kau dapat bagian."
"Baiklah, terimakasih tuan."
Flow melanjutkan perjalanannya, tak lama kemudian, ia sampai di pusat desa, ia takjub dengan pemandangan yang dilihatnya. Masih banyak yang berlalu-lalang, flow mencoba untuk berbaur dengan mereka, ia melihat-lihat apakah ada yang ia butuhkan, tak lama ia melihat banyaknya buah-buahan yang segar, ia menghampiri tempat buah tersebut. " Buahnya sangat bagus tuan."
"Tentu saja, semua buah-buahan ini baru di petik pagi ini Nona, aku menjamin kesegaran nya. Anda mau berapa kilo Nona? satu kilonya hanya 2 perak saja."
Mendengar hal tersebut flow merasa sangat senang, karena ia memiliki 3 keping emas, jadi hanya satu emas yang akan berkurang itu pun akan ada kembalian 98 keping perak.
"Baik aku mau satu kilo setiap buahnya tuan."
"Tentu, tentu Nona, tunggu sebentar."
"Tuan apakah ada yang menyewakan gerobak disini? sepertinya aku tidak akan sanggup untuk membawa semua belanjaan ku."
"Oh, ada Nona, nanti akan aku panggilkan seseorang yang akan menyewakan gerobak untuk Anda Nona."
"Terimakasih Tuan, maaf telah merepotkan Anda."
Singkat cerita, Flow kalap dalam berbelanja, ia menghabiskan uang 50 keping perak.
Ia membeli semua kebutuhan hariannya, ia yang selama ini hidup susah dan selalu berhemat dalam segala hal, terlihat sangat senang dengan yang ia dapatkan hari ini.
Mulai dari beras, sayur-sayuran, lauk pauk dan buah-buahan, semuanya ia beli.
Ia telah kembali lagi ke gubuk tempat Nilam membawanya, ia bisa dibilang itu tempat persinggahan Nilam untuk Flow.
Sesampainya di sana flow, tidak melihat Nilam sama sekali, ia mencari-cari nya bahkan sampai ke danau tapi Nilam tak kunjung terlihat, Al hasil, ia hanya menunggu sampai Nilam kembali.
Setelah lama menunggu dan flow pun ketiduran, ia bosan dan lelah menunggu Nilam yang tak kunjung kembali.
Flow terbangun, tapi saat ia terbangun, ternyata ia telah di dalam kamar kontrakannya.
Matanya menerawang melihat sekeliling, tapi ia tak melihat barang belanjaannya.
'Aku pikir semua itu nyata, ternyata benar, aku hanya bermimpi,' kata flow berbicara sendiri dengan lesu, karena ia sangat berharap semua itu nyata dan tak perlu susah payah lagi membeli kebutuhan di dunianya, karena apa? karena sekarang apa-apa sudah sangat mahal.
Sedangkan di dunia cermin.
Nilam yang telah kembali dari hutan, menepuk pelan jidatnya.
'Astaga! ini pasti ulahnya flow, lihatlah ini, ini, ini, dan itu! cih, setiap sudut penuh dengan belanjanya, ck ck ck, dasar bocah nakal itu kenapa tidak dibawanya langsung ke bumi,' gerutu Nilam dengan kesal sambil memindahkan barang-barang flow kedalam cincin ruangnya.
Sementara itu, flow yang hendak pergi kerja.
Hacuh...
'Haduh hidungku terasa gatal, siapa yang sedang mengutuk ku,' ucap flow sambil menggosok hidungnya beberapa kali.
Sesampainya di pabrik.
Seperti biasa flow mengganti seragamnya, ia bergegas mengerjakan semuanya.
Tapi saat ia sedang membersihkan lorong pabrik, terlihat seseorang yang sedang mengendap-endap berjalan ke arah ruangan tempat penyimpanan file-file.
Ia mengikutinya dari jarak aman, tapi baru beberapa langkah,
Bersambung
Besok lagi ya guys, seperti biasa jangan lupa ikutin terus kisahnya flow ya!
Lalu aku pengen tahu alasan kakek nya Flow tidak merestui hubungan antara ayah dan ibu nya