Dia bukannya tidak sayang sama suaminya lagi, tapi sudah muak karena merasa dipermainkan selama ini. Apalagi, dia divonis menderita penyakit mematikan hingga enggan hidup lagi. Dia bukan hanya cemburu tapi sakit hatinya lebih perih karena tuduhan keji pada ayahnya sendiri. Akhirnya, dia hanya bisa berkata pada suaminya itu "Jangan melarangku untuk bercerai darimu!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon El Geisya Tin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Gani Arta itu, kakaknya Deril Pratama, direktur grup Pratama, apa kamu kenal dia?” Shima berkata setelah meneguk kopinya.
Elbara ikut menyeruput kopi sambil menatap Shima, dia tahu persis siapa pria yang baru saja dikatakan wanita di hadapannya.
“Apa hubungannya dengan Kakak?”
Shima menceritakan secara singkat tentang hubungannya dengan Deril. Bagaimana kejadian sampai ayahnya terbaring koma di rumah sakit.
Namun, dia tidak tahu apa yang menyebabkan Deril menuduh ayahnya sebagai pembunuh. Mantan suaminya itu memiliki bukti berupa foto yang menunjukkan bahwa, Wisra pelakunya. Foto tersebut memperlihatkan Wisra yang sedang memegang pisau. Sementara Ganiarta tergeletak di sisi jalan dengan banyak darah di tubuhnya.
“Apa Kakak punya fotonya?”
Shima menggelengkan kepalanya.
“Itu agak sulit, tapi aku bisa mengatasinya, Kakak tenang saja aku pasti membantu, tapi, ini akan memakan waktu agak lama, kejadiannya bukan di sini, kan?”
“Ya! Di luar negri!”
“Baiklah! Tapi, Kakak harus bertemu ayah dulu, dia ada di belakang!” kata Elbara, sambil berjalan ke dalam dan menarik napas panjang. Dia muncul kembali sambil mendorong kursi roda dan Harya duduk di atasnya.
Dua laki-laki itu saling berbincang selama berjalan mendekati Shima yang duduk di sofa ruang tamu rumah mereka.
“Om Harya!” Shima menyambut kedatangan pemilik rumah yang sebenarnya dengan ramah. Dia menunduk hormat dan menyalaminya.
Sejak tadi pria itu duduk di halaman belakang dan tidak tahu kedatangannya, karena Elbara – anaknya, sengaja tidak memberitahukan kedatangan Shima.
Elbara tidak ingin mengganggu ketenangan ayahnya namun masalah yang diungkapkan oleh Shima sepertinya harus disampaikan kepada ayahnya terlebih dahulu. Dia hanya membutuhkan sedikit informasi tambahan dan persetujuan dari ayahnya yang lebih profesional. Tentang kepribadian dan hal yang berkaitan dengan bisnis Wisra, tentu Harya lebih tahu dibanding dirinya.
Harya tersenyum ramah, pria itu lebih kurus dari waktu terakhir bertemu dengan Shima dulu tapi, perempuan itu tetap mengenalinya. Rambut, kumis dan jenggotnya sudah memutih semua.
“Maafkan saya Om, mengganggu ketenangan Om di sini,” kata Shima menghilangkan kecanggungan yang terjadi diantara mereka. Dari tadi, tidak melihat keberadaan Harya, dia pikir lelaki tua itu sedang istirahat dan dia sudah merasa cukup saat bertemu Elbara.
“Duduklah, jangan sungkan! Ini bukan rumahku, ini rumah Elbara aku hanya menumpang di sini!” kata Harya.
“Aku gak kuat lihat Ayah sedih terus sejak Ibu pergi, jadi aku minta Ayah gak tinggal di rumah lama lagi ... banyak sekali kenangan dengan Ibuku di sana dan Ayah selalu mengingatnya, jadi, lebih baik tinggal di sini saja!” kata Elbara, sambil kembali duduk di tempat semula. Sebagai anak dia tidak ingin ayahnya terus bersedih.
Shima tertegun mendengar penuturan Harya, yang menjelaskan tentang anaknya. Ternyata, Elbara cukup sukses di usianya yang masih muda. Dia sanggup menangani kasus Shima dengan penuh percaya diri. Itu artinya dia punya pengalaman.
Shima memang tidak banyak tahu tentang Elbara.
“Aku sudah tahu apa yang terjadi pada ayahmu tapi, aku tidak menyangka ada orang yang menuduhnya sebagai seorang pembunuh.” Harya berkata sambil mengingat apa yang dialami sahabatnya.
Sejak Shima lulus SMA, Wisra semakin jarang bertandang ke rumahnya, begitu juga sebaliknya.
Saat kebakaran di perusahaan Wisra, kejadian itu menjadi berita utama di berbagai televisi. Lalu, informasi yang dia terima setelah itu, Wisra jatuh sakit. Sementara dirinya sendiri tengah dalam masa penyembuhan pasca operasi tulang pada kaki dan punggung. Jadi, dia tidak bisa berbuat banyak untuk sahabatnya.
“Kenapa kamu percaya begitu saja dengan ucapan orang itu? Kalau memang benar ayahmu bersalah di negara lain, dia harusnya ditahan di sana dan menjalani hukumannya, kan?"
"Aku juga berpikir begitu tapi, buktinya Paman Wisra bisa kembali! Bahkan, dirawat di rumah sakit tanpa pengawasan dari polisi, hukuman pembunuhan minimal delapan tahun dan maksimal 15 tahun, kalau Paman benar-benar bersalah, dia belum keluar dari penjara sekarang,” kata Elbara.
Ucapan dua laki-laki yang sudah dianggapnya sebagai keluarga itu, membuat pikirannya seketika terbuka.
Shima mengakui memang dirinya benar-benar bodoh dan buta masalah hukum. Dia tidak menyangkal semua tuduhan Deril pada ayahnya sejak awal. Kalau memang ayahnya bersalah tentu saja dia tidak akan bisa pulang dari luar negeri setelah itu.
Namun, Shima ingat saat pulang dari luar negeri waktu itu, ayahnya memberinya hadiah. Pertemuan mereka dan hari-hari sesudahnya sama sekali tidak menunjukkan kalau ayahnya sudah berbuat salah. Bukankah pembunuhan adalah sesuatu yang mengerikan? Akan tetapi Wisra tidak bercerita tentang hal yang buruk, dalam perjalanan bisnisnya itu.
Begitu juga dengan Deril, pria itu seolah tabu menceritakan secara detil tentang kematian Gani Arta, karena itu hal yang sangat menyakitkan baginya.
Wisra pria yang baik, penyayang keluarga dan ramah pada semua orang. Wisra menggantikan peran ibu setelah ibunda Shima meninggal dunia.
Bagaimana mungkin orang yang memiliki hati lembut seperti itu mampu melenyapkan nyawa seseorang?
“Eum ... baiklah, jangan kuatir, Kak! Percayalah, aku akan menyelidiki apa yang terjadi sebenarnya,” kata Elbara.
“Kalau begitu menghubungi Paman Wen, dia bisa membantumu di sana!” ujar Harya. Paman Wen adalah saudara Elbara yang juga seorang detektif swasta.
“Baik ayah!”
“Kalau kamu mau ke luar negeri berapa kira-kira biaya yang kamu perlukan untuk melakukannya?” Shima bertanya sambil menyalakan ponselnya dia berniat untuk mentransfer sejumlah uang yang bisa digunakan untuk membiayai perjalanan El bara dalam menyelidiki kasusnya.
“Kakak tidak usah repot-repot memikirkan itu!”
“Tapi aku tidak bisa menerima kebaikanmu begitu saja aku sudah menyiapkan uang untuk membiayai penyelidikan ini!” Shima terus memaksa, dia merasa tidak enak kalau mengerjai orang tapi dengan cara gratisan. Lagi pula dia memiliki banyak uang.
Elbara menolak, bukan bermaksud untuk merendahkan Shima, tapi dia hanya ingin membantu. Sama sekali tidak menginginkan uang gadis itu.
Shima punya lima miliar di rekeningnya dan uang sebanyak itu masih utuh. Rencananya akan dia gunakan untuk biaya perawatan Wisra saja tapi, sekarang dia akan menggunakannya untuk kemoterapi dan menyelidiki kasus ayahnya.
Dia bisa memberikan pada Elbara sekarang juga berapa pun yang dibutuhkannya.
Namun, Elbara justru kasihan, dia pikir Shima tidak punya uang, ayahnya sudah bangkrut dan dirinya sudah diceraikan.
Setelah perdebatan yang panjang, akhirnya Shima memberikan uang yang dia pikir cukup untuk biaya perjalanan dan penyelidikan di luar negeri. Dia sedikit memaksa. kalau tidak, maka ayah dan anak yang duduk di hadapannya itu, tidak akan mau menerima uang darinya.
Meskipun keadaan mereka sekarang sudah lebih kaya, dia tidak akan tergantung begitu saja. Elbara dan Harya adalah orang lain bukan keluarga ataupun saudara.
“El, kamu sudah aku anggap sebagai adik, maaf aku merepotkan,” kata Shima, ingin menunjukkan kasih sayang yang sebenarnya yaitu dengan memberikan uang jajan kepada adiknya.
Setelah terjadi kesepakatan Sima pun berpamitan untuk pulang, karena hari sudah menjelang malam.
Elbara berjanji akan memberinya kabar setelah dua atau tiga pekan lagi.
Menyadari waktu yang cukup lama untuk menunggu informasi dan kebenaran yang akan diterimanya, Shima memutuskan untuk menjalani kemoterapi dengan sungguh-sungguh. Dia harus sehat dulu sebelum melakukan sesuatu demi Wisra.
Setelah mendapatkan informasi kebenaran itu, barulah dia bisa melakukan tindakan selanjutnya.
Elbara mengantar Shima pulang, tetapi baru setengah perjalanan, dia melihat pasar malam di kejauhan. Demi menganang masa kecil dulu, dia mengajak Shima untuk mampir dan membeli semua jajanan yang pernah mereka beli saat masih kanak-kanak.
“Ayo kita habiskan di sini, Kak!” kata Elbara sambil membawa permen kapas yang cukup besar di tangannya.
Begitu juga Shima, dia memilih rasa jeruk dan El memilih rasa tiramisu.
Namun, belum sempat makanan itu habis, seseorang mendekat dan memegang tangan Shima, membuat gadis itu terkejut.
"Deril?" katanya gugup.
“Ayo pulang! Ini sudah malam!”
semoga mendapatkan lelaki sederhana walaupun tidak kayak raya tapi hidup bahagia
aku cuma bisa 1 bab sehari😭