Farrel adalah seorang playboy kelas kakap, sudah banyak wanita yang dia kencani dari berbagai macam profesi. Baginya wanita hanya mainan saja, yang akan dia tinggalkan setelah merasa bosan. Tak ada satupun wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta.
Dia adalah seorang pria dengan sejuta pesona. Siapapun wanita yang melihatnya akan terpesona dengan ketampanannya, apalagi dia adalah seorang pengusaha yang kaya raya.
Namun, malam itu dia salah masuk ke dalam kamar hotel membuat dia melakukan kesalahan fatal dengan seorang wanita yang tidak dia kenali. Wanita itu meletakkan sebuah cek senilai seratus juta di atas meja, agar Farrel tutup mulut.
Farrel sangat terkejut ketika mengetahui kenyataan bahwa wanita itu ternyata adalah istri dari saudara sepupunya. Apakah dia harus bertanggung jawab karena telah merenggut kesuciannya ataukah mencari wanita lain sebagai tambatan hati? Padahal ada banyak wanita yang mengharapkan cintanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Farrel sedang mengecek foto-foto hasil penyelidikan seorang detektif yang telah dia sewa, di foto tersebut memperlihatkan aktivitas Edho sehari-hari selama empat hari terakhir.
Setelah pulang kerja, Edho hanya menemui kedua sahabatnya di tempat billiard sampai malam. Kemudian setelah itu, Edho pun pulang ke rumah. Sama sekali tidak ada yang mencurigakan di diri Edho.
"Kalau dia tidak memiliki wanita lain, lalu kenapa selama ini dia kuat tidak menyentuh Renata, bahkan mereka tidur terpisah?" Farrel mengerutkan keningnya.
Walaupun penyelidikan detektif yang dia sewa selama empat hari itu belum membuahkan hasil, tapi Farrel tidak akan memberhentikannya, siapa tahu mungkin saja suatu saat nanti detektif tersebut akan menemukan kejanggalan dari Edho.
Drrrrtt!
Drrrrtt!
Drrrrtt!
Ponselnya Farrel bergetar, rupanya ada pesan dari Renata. Mungkin Renata ingin berjaga jarak dari Farrel, dia akan menemui Farrel jika ada kepentingan pekerjaan saja.
[Aku ingin nanti besok jangan hanya kita berdua yang berangkat ke kota M. Kamu harus membawa supirmu.]
Farrel pun tersenyum smrik, "Mengapa dia takut berduaan dengan aku? Apa mungkin sebenarnya dia sudah terpesona dengan ketampananku?"
...****************...
Renata yang sedang berada di mejanya, dia mendengar ponselnya bergetar, rupanya ada balasan pesan dari Farrel.
[Oke. Kalau memang itu bisa membuat kamu nyaman.]
Renata sangat bernafas lega, setidaknya dia akan aman selama berada di kota M, karena ada supirnya Farrel.
"Akhirnya aku merasa lega, supirnya Farrel akan ikut. Itu artinya aku akan aman selama berada disana."
Sejujurnya Renata takut menjadi santapan pria itu lagi. Sudah cukup dia melakukan sebuah dosa terindah itu.
Renata menepuk jidatnya sendiri, dia mengoreksi dengan apa yang ada di dalam pikirannya. Bukan dosa terindah, tapi sebuah kesalahan yang tidak seharusnya mereka lakukan.
...****************...
Dan besoknya pun telah tiba, sayangnya apa yang diharapkan oleh Renata tidak terkabul. Ketika mereka sedang berada ditengah perjalanan menuju kota M, tiba-tiba sang supir bernama Pak Diman itu menghentikan mobil yang dia kendarai.
Saat itu, Renata memilih duduk di dekat Pak Diman, dari pada harus duduk di samping Farrel yang duduk di kursi penumpang. Wanita itu sangat berjaga jarak dari Farrel. Farrel sama sekali tidak tersinggung dengan sikap Renata yang ingin berjaga jarak dengannya, justru membuat dia semakin merasa tertantang.
"Kenapa berhenti, Pak?" tanya Renata kepada Pak Diman.
"Saya barusan mendapatkan pesan dari istri saya kalau istri saya baru saja melahirkan, Mbak Renata," jawab Pak Diman.
Seketika Renata merasakan gelisah, apakah itu artinya Pak Diman akan pergi, sehingga pada akhirnya dia tetap akan pergi berduaan dengan Farrel?
Farrel yang sedang duduk di kursi penumpang, dia pun segera berkata, "Kalau begitu lebih baik Pak Diman segera pergi. Cari bus disekitar sini! Kasihan istrimu. Nanti akan aku transfer uang untuk membantu biaya persalinannya."
Pak Diman sangat terharu mendengarnya, "Terimakasih banyak, Tuan."
Renata merasa tersentuh, walaupun Farrel terkadang menyebalkan, ternyata pria itu memiliki hati yang baik. Tapi tetap saja sifat menyebalkannya lebih mendominasi. Namun wajahnya seketika memerah, membayangkan dia akhirnya harus pergi berdua dengan Farrel ke kota M.
Setelah Pak Diman pergi, kini Farrel yang duduk di kursi kemudi, tepatnya berada di samping Renata.
"Kalau begitu aku duduk di kursi belakang saja," pinta Renata.
"Sampai kapan kamu terus membohongi dirimu sendiri, hm?" goda Farrel. Dia menahan lengan Renata yang hendak keluar dari mobil.
"Bilang saja kalau sebenarnya kamu terpesona padaku, makanya kamu grogi jika harus berduaan dengan aku. Ya, seperti yang kamu lihat, aku memang adalah seorang pria yang sangat mempesona. Karena itulah kamu harus kuat selama berduaan dengan aku di kota M." Farrel berkata dengan penuh percaya diri, dia mencondongkan tubuhnya kepada Renata.
Renata menelan saliva mendengarnya, dia melepaskan lengannya dari sedari tadi dipegang oleh Farrel, kemudian dia memperlihatkan sebuah bogeman kepada Farrel sebagai bentuk ancaman, "Kalau kamu berani macam-macam padaku lagi. Aku akan menghajar kamu."
Bukannya takut, Farrel malah gemas melihatnya, kemudian pria itu menyentil jidatnya Renata, "Dasar mes-um! Tujuan kita ke kota M hanya untuk pekerjaan. Bisa-bisanya kamu berpikir aku akan mengulang lagi malam panas kita, sampai kamu tidak sanggup kita berduaan seperti ini?" godanya.
Renata menjadi gelagapan mendengar perkataan Farrel, mengapa malah dia yang dikira berpikiran mes-um. "A-ku tidak berpikir begitu. Aku hanya... hanya..." Renata tidak meneruskan perkataannya, dia mendadak loading karena ulah pria itu.
Farrel malah ingin semakin menggoda Renata, dia mengigit bibir bawahnya memandangi Renata, kemudian dia berkata, "Apakah mungkin sebenarnya kamu belum bisa move on dengan malam panas yang pernah kita lakukan? Haruskah kita melakukannya lagi, Renata?"