NovelToon NovelToon
Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Petir Abadi Dan Tawa Di Antara Kematian

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Reinkarnasi / Fantasi Isekai
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Raven Blackwood

mengikuti perjalanan Kaelan, seorang remaja yang terjebak dalam rutinitas membosankan kehidupan sehari-hari. Dikelilingi oleh teman-teman yang tidak memahami hasratnya akan petualangan, Kaelan merasa hampa dan terasing. Dia menghabiskan waktu membayangkan dunia yang penuh dengan tantangan dan kekacauan dunia di mana dia bisa menjadi sosok yang lebih dari sekadar remaja biasa.

Kehidupan Kaelan berakhir tragis setelah tersambar petir misterius saat dia mencoba menyelamatkan seseorang. Namun, kematiannya justru membawanya ke dalam tubuh baru yang memiliki kekuatan luar biasa. Kini, dia terbangun di dunia yang gelap dan misterius, dipenuhi makhluk aneh dan kekuatan yang tak terbayangkan.

Diberkahi dengan kemampuan mengendalikan petir dan regenerasi yang luar biasa, Kaelan menemukan dirinya terjebak dalam konflik antara kebaikan dan kejahatan, bertempur melawan makhluk-makhluk menakutkan dari dimensi lain. Setiap pertarungan mempertemukan dirinya dengan tantangan yang mengerikan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Raven Blackwood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Prolog

Namaku Kaelan, dan jika kau mengenalku di dunia yang lama, kau mungkin akan menyebutku gila. Tapi aku lebih suka menyebutnya… berbeda. Dunia ini, dengan segala rutinitasnya yang hambar, tidak pernah cukup memuaskan bagiku. Aku tidak pernah merasa seperti orang kebanyakan. Bagiku, kehidupan yang biasa-biasa saja bersekolah, belajar, pulang adalah penjara. Sebuah jebakan yang merenggut segala potensi yang bisa aku capai.

Aku selalu haus akan sesuatu yang lebih. Aku ingin lebih dari sekadar hidup tenang dan aman. Aku ingin petualangan yang tak terlupakan, sesuatu yang bisa membuat darahku berdesir pertarungan yang brutal, pertempuran yang penuh risiko, bahkan kematian sekalipun tidak membuatku gentar. Mungkin karena itu aku menyebut diriku lebih dari sekadar manusia biasa. Aku menginginkan hal-hal yang membuat kebanyakan orang takut: bahaya, pertarungan hidup-mati, dan, sejujurnya, darah.

Sekolah hanyalah panggung sandiwara bagiku. Di sanalah aku mempelajari bagaimana berpura-pura, bagaimana berbaur di tengah massa tanpa mencolok. Aku bisa tersenyum, bercanda dengan teman sekelas, bahkan memainkan peran sebagai siswa yang biasa. Tapi di balik senyum itu, pikiranku sibuk merencanakan skenario-skenario aneh: bagaimana rasanya berada di tengah pertarungan sengit, pedang di tangan, musuh di depan, dan darah berceceran di bawah kakiku? Bagaimana rasanya mengendalikan kekuatan yang mematikan?

Aku pernah berpikir, mungkin aku ini monster. Namun, kebenarannya adalah, aku hanya tidak puas dengan dunia ini. Semua terasa terlalu mudah, terlalu membosankan. Aku tahu aku bisa lebih, lebih dari semua orang yang hanya mengejar kehidupan aman dan nyaman. Aku menginginkan dunia yang bisa memberiku sesuatu yang menantang, yang menguji batas-batas kewarasanku. Petualangan epik, pertempuran tanpa henti, dan darah yang terus mengalir.

Hari itu, saat petir menghantam, adalah momen yang selama ini aku tunggu-tunggu.

Hujan mengguyur jalanan kota, dan aku berjalan sendirian di bawahnya, merasakan setiap tetes yang jatuh ke kulitku seperti sambutan dari langit. Lalu, aku melihat kilatan cahaya dari kejauhan, menyambar dengan kekuatan yang tidak biasa. Petir yang menyala bagaikan sebuah pintu menuju sesuatu yang lebih dari dunia ini sesuatu yang akhirnya bisa memuaskan hasrat gilaku akan hal-hal yang baru.

Kilatan itu datang mendekat, semakin terang, semakin liar. Aku merentangkan tangan, membiarkan petir itu datang padaku, merasakannya seolah mengundangku menuju sesuatu yang lebih besar dari kehidupanku yang kosong. Dan dalam sekejap, dunia di sekitarku meledak dalam cahaya.

Ketika aku terbangun, dunia yang kutinggalkan sudah hilang.

Aku berdiri di tengah reruntuhan, tempat yang tampak kuno dan terlupakan. Batu-batu besar tertutup lumut, dan udara di sini terasa jauh lebih dingin dan tebal. Suara bisikan dari angin menambah suasana yang menakutkan, tapi bagiku ini sempurna. Tubuhku terasa berbeda lebih kuat, lebih cepat, lebih… berbahaya. Aku menyentuh kulitku, yang kini penuh dengan tanda-tanda misterius yang berdenyut seiring dengan darah di nadiku. Dan saat aku memandang tanganku, sebuah kilatan petir kecil muncul, menyambar-nyambar di ujung jariku.

Aku tertawa pelan. Ini, ini yang aku cari selama ini.

Bayangkan: kekuatan petir yang bisa kumanipulasi sekehendak hati, kemampuan untuk menyembuhkan diriku sendiri dari luka apa pun. Dunia di sekitarku mungkin telah berubah, tetapi aku juga berubah—dan untuk pertama kalinya, aku merasa inilah dunia yang selalu aku inginkan. Sebuah dunia yang penuh tantangan, penuh misteri, dan yang paling penting, penuh dengan kesempatan untuk bertarung.

Aku menyadari di mana aku berada. Sebuah laboratorium, ditinggalkan bertahun-tahun lamanya. Ada jejak-jejak eksperimen yang pernah dilakukan di sini eksperimen terhadap tubuh manusia, yang hasilnya kini menjadi aku. Siapa pun yang menciptakan tubuh ini, mereka sudah mati, dilupakan oleh waktu. Tapi apa yang mereka tinggalkan, tubuhku yang sekarang, adalah senjata. Aku adalah senjata yang sempurna, diciptakan untuk sesuatu yang lebih besar dari kehidupan lamaku.

Langkah-langkah berat mendekat dari balik reruntuhan, dan aku berdiri tegap, bersiap menghadapi apa pun yang datang. Tidak ada rasa takut, hanya rasa antisipasi. Darahku mendidih, menunggu pertarungan pertama di dunia baruku.

Dari balik kegelapan muncul sosok tinggi berjubah, tatapannya dingin namun tajam. Dia berjalan mendekat dengan ketenangan yang menakutkan. “Akhirnya terbangun juga, ya?” katanya tanpa emosi, seolah-olah ini hanyalah rutinitas baginya.

“Aku tahu siapa dirimu, Kaelan. Kamu adalah hasil eksperimen terakhir dari tempat ini. Tubuhmu… kekuatanmu… itu semua adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar. Tapi sekarang, kamu bebas. Dan percayalah, dunia ini jauh lebih menarik daripada yang kamu bayangkan.”

Aku tidak merespons. Sebaliknya, aku memandangi petir di tanganku, kilatannya semakin besar, mengalir dengan liar. Ini adalah kekuatan yang aku impikan. Dan di dunia baru ini, aku akan menggunakannya untuk memenuhi hasrat terbesarku: petualangan tanpa batas, pertempuran yang tiada akhir, dan darah yang mengalir di setiap langkahku.

Sosok itu menyeringai tipis. “Aku bisa membantu menunjukkan jalannya, kalau kau mau. Tapi dunia ini, Kaelan, adalah tempat di mana hanya yang terkuat yang bertahan.”

Aku tersenyum tipis. “Itu persis seperti yang aku cari.”

Petualanganku baru saja di mulai.

1
Hr⁰ⁿ
bagus Thor,tpi tolong di perbaiki aja si buat bicara dan untuk bicara dalam hati,agak pusing kalo baca lngsung kaya gitu,
coba cari novel lain trus cek buat nambah referensi 🙏
Raven Blackwood: masukkan yang menarik, di bab selanjutnya langsung saya pakai nih saran nya, thanks.
Raven Blackwood: siap, terimakasih masukannya
total 2 replies
Hr⁰ⁿ
mantap Thor lanjutkan
Shion Fujino
Merasuki jiwa
Mia001
semangat kak
Raven Blackwood: terima kasih 😁
total 1 replies
Mia001
Semakin di baca semakin penasaran
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!