"Maukah kau menikahi ku, untuk menutupi aib keluarga ku?" tanya Jisya pada seorang satpam yang diam menatapnya datar.
Kisah seorang gadis yang lebih rela di nikahi oleh seorang satpam muda demi tidak menikah dengan seorang pengusaha angkuh dan playboy.
Sanggupkah satpam datar itu bertahan di tengah-tengah keluarga istrinya yang sering menghinanya? atau dia memilih pergi saja? dan siapa kah sebenarnya satpam muda itu?
Mari ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salsabilah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedatangan Malvin
Jisya sudah selesai membersihkan dirinya dan keluar dari kamar mandi. Wanita itu tak memakai jilbab yang membuat ke kecantikan wanita itu terlihat dengan jelas.
Jisya begitu sibuk mengelap rambut basahnya sehingga dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang sedang menatapnya dari arah belakang.
Dia mengambil pengering rambut dan ingin mengering kan rambutnya dengan gerakan yang serentak mendudukkan bokongnya di kursi meja rias.
Saat melihat ada sosok yang duduk di belakangnya sedang menatapnya tanpa berkedip. Gadis itu terperanjat kaget.
"Astaghfirullahaladzim." Ucapnya beristigfar mengusap dadanya kaget.
"M-Mas, Arga, sejak kapan Mas Arga duduk di situ?" Tanya Jisya gugup.
"Sejak kau keluar dari kamar." Jawabnya singkat.
"Oh, aku tidak menyadarinya," kata Jisya tersenyum canggung. Kembali berbalik dan kemudian mengerimkan rambutnya.
Keduanya sama-sama terdiam, tidak ada yang memulai pembicaraan entah mengapa, Jisya tiba-tiba saja merasa canggung saat melihat pria itu yang terus saja menatap ke arahnya dari pantulan cermin.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar yang membayar kecanduan yang dirasakan oleh Jisya.
Wanita itu menyimpan pengering rambut yang sedang ia gunakan, kemudian dia berdiri dan mengambil jilbab lalu memakainya dan berjalan ke arah pintu untuk membuka pintu.
Cklek
"Iya bi, ada apa?" tanya Jisya kepada bibi yang tadi mengetuk pintu kamarnya.
"Maaf mengganggu non. Non dipanggil sama nyonya turun ke bawah untuk makan malam bersama," ucap bibi menyampaikan apa yang di perintahkan tadi oleh mama Sua.
Terlihat Jisya sedang menarik nafas berat. Sebenarnya gadis itu tak ingin ikut makan malam bersama. Bukan tanpa alasan, itu karena dia sudah tahu, pasti akan ada drama yang menyakitkan hati suaminya lagi di meja makan nanti.
"Beritahu kan kepada mama, aku makannya nanti saja setelah mereka semua sudah selesai," pesan gadis itu kepada bibi.
"Kenapa harus nanti Jisya! sekarang saja! Kenapa harus menunggu nanti lagi, turunlah ke bawah, kita akan makan malam bersama," ucap mama Sua yang tiba-tiba datang dari arah belakang bibi pembantu.
"I-iya, ma." Jawab Jisya tak bisa menolak keinginan dari wanita paruh baya itu.
Jisya kembali masuk ke dalam kamar setelah mama Sua dan pembantu tadi sudah beredar dari depan pintunya.
Wanita itu menghampiri suaminya yang sedang duduk di atas sofa.
"Mas Arga, barusan mama datang dan memanggil kita untuk turun ke bawah, mama mengajak kita untuk makan malam bersama," ucap gadis itu kepada suaminya dengan wajah yang terlihat ragu untuk turun ke bawah.
"Ya sudah, kalau begitu, mari kita turun ke bawah, apa lagi yang kau tunggu." Arga berdiri dari duduknya ingin mengambil topi dan kacamata putih miliknya seperti biasa yang sering pria itu perlihatkan di depan orang-orang.
Tapi sebelum pria itu melangkah Jisya tiba-tiba saja menahan lengannya.
Arga melihat tangan istrinya yang sudah memegang di lengannya, kemudian melihat wajah istrinya yang tampak begitu khawatir.
"Ada apa?" Tanya Arga kepada istrinya.
Menarik nafas sebelum mengeluarkan kata-kata. "Mas yakin ingin turun ke bawah?" Tanya Jisya memastikan jika pria itu benar-benar ingin ke bawah.
"Kenapa? Ada yang salah? Bukan kah barusan kau sendiri yang mengatakan kalau mama memanggil kita untuk makan malam bersama?" Tanya pria itu kepada istrinya.
Menggeleng, "Bukan itu maksud aku Mas, tapi apa Mas yakin? Tahan mendengar hinaan mereka? Aku rasa Mas pasti sudah tahu apa yang akan terjadi di bahwa sana nanti," lirih gadis itu sembari menunduk sedikit merasa malu kepada sikap keluarganya yang suka merendahkan orang lain.
"Tidak masalah bagiku, yang penting mereka tidak menyakiti fisikku aman-aman saja," jawab Arga terlihat tak peduli dengan sikap keluarga istrinya kepadanya.
"Baiklah, terserah Mas saja. Kalau begitu mari kita turun ke bawah." Ajak gadis itu kepada suaminya.
Tiba di lantai bawah, ternyata semua keluarga sudah berkumpul di meja makan. Tapi malam ini ada yang berbeda, itu karena ada Malvin laki-laki yang tidak datang di hari pernikahan nya bersama dengan Jisya beberapa hari yang lalu.