Cintanya pada almarhumah ibu membuat dendam tersendiri pada ayah kandungnya membuatnya samam sekali tidak percaya akan adanya cinta. Baginya wanita adalah sosok makhluk yang begitu merepotkan dan patut untuk di singkirkan jauh dalam kehidupannya.
Suatu ketika dirinya bertemu dengan seorang gadis namun sayangnya gadis tersebut adalah kekasih kakaknya. Kakak yang selalu serius dalam segala hal dan kesalah pahaman terjadi hingga akhirnya.........
KONFLIK, Harap SKIP jika tidak biasa dengan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Dia gembel?
"Tidak perlu sampai seperti itu, Om. Saya bisa mengurus diri sendiri..!!" Kata Nadila.
Bang Rama terus menatap jalanan. Matahari mulai menampakan sinarnya dan ia enggan berangkat ke kantor karena pikirannya sedang terlalu penuh.
"Om......."
"Kau ini bisa diam atau tidak????? Kenapa wanita di dunia ini selalu membuat kacau segala hal." Ucap geram Bang Rama.
"Siapa yang meminta Om untuk membawa saya kesana??? Om tidak perlu repot memikirkan saya. Saya bisa menanganinya sendiri..!!" Jawab Nadila dengan kesal.
"Kamu mau apa??? Anak itu perlu status. Bang Ge tidak akan memberimu status karena saya tau dia juga akan menikah."
Nadila bersandar lemas. Nyaris tak ada kata yang bisa keluar dari bibirnya. Bang Rama yang merasakan kepalanya terasa pening segera menepikan mobilnya.
"Oomm.."
"Kepala saya sakit sekali, tiba-tiba mual." Kini Bang Rama turut bersandar pada jok mobilnya. Ia memejamkan sejenak matanya yang terasa panas. Entah kenapa dirinya menjadi begitu lemah.
Tanpa perintah, Nadila memijat kedua pelipis pria yang nampaknya masih begitu kesal dengan kejadian tadi.
Terlihat jelas bekas luka di sela bibir Bang Rama, Nadila pun menghapusnya. Tak disangka Bang Rama melemah dan meringkuk dengan tangisnya. Bang Rama nampak bergetar dalam
Nadila membiarkan waktu bergulir beberapa saat hingga pria di sampingnya berangsur tenang.
"Saya akan membuat keluarga itu menyesal." Ucap geram Bang Rama. Kepalan tangannya begitu kuat.
"Saya tidak mau merepotkan semua orang. Saya akan menggugurkan kandungan ini..!!" Kata Nadila sembari menggunakan seluruh kekuatan tenaganya membuka kepalan tangan Bang Rama. Namun ternyata kekesalan itu semakin menjadi.
Bang Rama bangkit dan menatap kedua bola mata Nadila. "Berani sekali kau berbuat seperti itu."
"Saya tidak punya siapa-siapa di dunia ini. Jika saya harus membawa bayi ini juga, bayi ini akan menderita. Saat ini, sepeser pun saya tidak punya uang." Nadila menarik kedua kantong roknya, ia juga membongkar tas kecilnya. "Itulah sebabnya saya kabur dari rumah sakit. Saya tidak punya uang untuk membayar biaya rumah sakit itu."
"Tapi saya tidak mengijinkan kamu 'menangani' bayi itu."
"Saya tidak punya cara lain, Om." Pekik Nadila, terlihat gadis itu begitu kalut dengan keadaannya.
"Saya yang akan tanggung jawab..!!" Bentak Bang Rama mendiamkan Nadila.
//
"Minta Rama pulang, Pa..!! Dia pasti salah paham dengan sikap Papa tadi." Kata Mama Arlian.
"Dia tidak pernah menghormatimu, Ma. Untuk apa aku menyuruhnya pulang." Jawab Papa Hanggar.
"Bawa Rama pulang..!! Jangan memusuhi anak ku, Pa..!! Di dalam perut gadis malang itu ada cucu kita..!!" Tangis Mama Arlian terdengar begitu pilu.
Muran yang sejak tadi mendengarkan kekisruhan itu sampai tidak tahan mendengarnya. Ia segera meminta salah seorang anggota kawal di rumahnya untuk mengantarnya ke Batalyon.
...
Bang Rama menutup ponselnya. Ia meminta pada salah seorang anggota untuk menangani sesuatu.
"Dimana kost mu..!! Saya mau tau dimana kamu tinggal..!!" Ajak Bang Rama.
Nadila tidak bisa berbuat apapun. Pria berkulit hitam bergaya punk itu membuatnya cukup takut. Ia tidak tau kenapa Bang Panggih yang seorang tentara bisa mempunyai saudara yang notabene adalah 'gembel'. Ia mengira mungkin karena pilihan hidupnya tersebut, Bang Rama jadi terusir dari keluarga.
:
Bang Rama hanya bisa mengelus dada melihat gadis itu mengontrak di kawasan se kumuh itu. Dengan kata lain selama ini Panggih memang tidak pernah memperhatikan gadis itu.
Sebagai manusia normal jelas Bang Rama merasa trenyuh, banyak hal yang belum ia ketahui dari gadis ini tapi melihat setiap gerak gerik, tata bahasa dan sikapnya jelas menunjukkan bahwa sebenarnya gadis itu memiliki perangai yang baik.
"Kita pindah ke kontrakan saya..!!"
"Nggak bisa, saya belum kerja untuk cuci baju ibu kost. Dua bulan saya tidak bisa bayar kontrakan ini." Tolak Nadila.
"Berapa?"
"Empat ratus ribu, dua bulan." Jawab Nadila. Nafasnya semakin berat. Tidak akan ada yang bisa membantunya saat ini.
"Dimana ibu kost mu? Biar saya lunasi plus bunganya, kita pergi sekarang juga..!!"
Nadila ternganga. Yang berdiri di hadapannya adalah pria yang tidak meyakinkan. Dirinya saja yang tidak hidup di jalanan harus mati-matian banting tulang untuk hidup.
"Om.. punya uang??"
Bang Rama sampai ternganga mendengarnya, matanya melotot seolah tak percaya dengan pertanyaan konyol Nadila. Agaknya gadis itu kini sungguh menyangkanya adalah seorang tunawisma tanpa masa depan.
"Apa penampilan saya begitu menyedihkan??" Tanya Bang Rama.
Kini Nadia yang merasa tidak enak dengan pertanyaan Bang Rama.
"Eghm.. itu.. nggak sih. Om Rama hanya seperti gelandangan." Jawab Nadila.
"Whaaatt?? Gelandang?????" Bang Rama langsung menatap dirinya pada pecahan cermin yang terpampang di dinding.
Bang Rama memperhatikan dirinya dari segala sisi.
"Ayo dah kita ke salon..!!" Ajak Bang Rama.
"Buat apa?" Tanya Nadila lagi.
"Kamu harus lihat bagaimana gantengnya saya. Saya ini di perebutkan banyak wanita, tapi tertolak." Kata Bang Rama.
"Siapa yang tertolak??" Nadila mengerutkan keningnya.
"Saya." Jawab Bang Rama singkat padat dan jelas.
.
.
.
.